1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Mencermati Apa yang Terjadi Sekitar Pemilu

10 Juli 2014

Joko Widodo dan Prabowo Subianto sama-sama mengaku sebagai pemenang berdasarkan hitung cepat tidak resmi, menimbulkan kecemasan terjadinya ketidakstabilan politik di negara ekonomi terbesar Asia Tenggara itu.

https://p.dw.com/p/1CZJ6
Foto: Reuters

Inilah penjelasan mengenai klaim kemenangan kedua kandidat, dan apa yang bisa terjadi dalam hari-hari kedepan.

APA ITU QUICK COUNT?

Para peneliti menghitung suara acak dari sampel Tempat Pemungutan Suara (TPS), yang memungkinkan mereka membuat perkiraan yang bisa diandalkan mengenai hasil perhitungan nasional. Organisasi masyarakat sipil telah menggunakan metode ini untuk memperkirakan hasil pemilu di sejumlah negara maju selama lebih dari 15 tahun. Para pendukung mengatakan, metode ini bisa mengurangi resiko kecurangan dalam proses penghitungan akhir. Quick Count atau Hitung Cepat, secara akurat telah meramalkan hasil pemilu di Indonesia baik di tingkat nasional maupun pemilihan kepala daerah sejak 2009.

APA YANG TERJADI?

Paling sedikit 12 organisasi, diantara mereka adalah kelompok-kelompok peneliti dan media, yang melakukan perhitungan cepat sendiri. Diantara mereka, delapan menunjukkan Jokowi menang dengan selisih suara antara 4 hingga 5 persen. Sisanya memperkirakan Prabowo menang dengan jarak 1 hingga 4 persen. Hampir semua lembaga survei yang memperkirakan Jokowi menang dilakukan oleh organisasi independen dengan rekam jejak panjang dalam melakukan quick count dan survei opini publik, dan memprediksi dengan akurat hasil pemilihan legislatif April lalu, membuat mereka menjadi lebih kredibel. Sementara dua dari lembaga yang memperkirakan Prabowo menang, dilakukan oleh dua stasiun televisi yang secara terbuka mendukung pencalonan bekas jenderal tersebut.

LALU APA?

Semua mata kini tertuju pada Komisi Pemilihan Umum (KPU) yang sedang menghitung dan akan mengumumkan hasil akhir pada 22 Juli mendatang. Jika Jokowi menang, sebagaimana yang sangat mungkin terjadi berdasarkan data hitung cepat, maka Prabowo bisa mengajukan gugatan kepada Mahkamah Konstitusi jika ia bisa menemukan bukti-bukti kecurangan atau penyimpangan lainnya. Hakim konstitusi bisa menolak permintaan itu jika mereka menganggap bukti tersebut tidak cukup. Jika mereka setuju menerima kasus itu, maka mereka harus menyelesaikannya sebelum 24 Agustus.

APAKAH PRABOWO AKAN TERUS FIGHT?

Prabowo dan para pengusaha, militer dan elit politik yang mendukungnya telah menginvestasikan jutaan dollar untuk memenangkan pemilu. Banyak analis memperkirakan mereka tidak akan menyerah. Tapi Prabowo menghadapi tantangan berat. Hanya sedikit yang memperkirakan ia akan menerima kekalahan berdasar hitung cepat, namun opini publik kelihatannya akan cenderung berbalik melawan dia jika hasil akhir menunjukkan bahwa ia kalah secara meyakinkan. Jokowi khawatir bahwa kecurangan masih akan terjadi, dan menyerukan kepada para pendukungnya untuk ikut mengawasi jalannya perhitungan suara KPU. Korupsi masih merajalela di Indonesia dan banyak insitusi negara yang rentan tekanan politik dan suap. Bulan lalu, bekas ketua Hakim Konstitusi dijatuhi hukuman penjara seumur hidup karena menerima suap saat berkuasa dalam kasus sengketa hasil pemilihan kepala daerah.

ab/hp (afp,ap,rtr)