1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Menjelang Pemilu Parlemen Belanda

20 November 2006

Perdana Menteri Belanda Jan Pieter Balkenende diperkirakan kalah dalam pemilu parlemen hari Rabu (22/11) mendatang.

https://p.dw.com/p/CPAs
Pimpinan oposisi Wouter Bos
Pimpinan oposisi Wouter BosFoto: AP

Berbagai jajak pendapat memprediksikan kemenangan kubu oposisi Partai Sosial Demokrat pimpinan Wouter Bos. Muda, karismatik dan sosialis, semua itu dimiliki Bos dan sifat tidak dipunyai perdana menteri Belanda selama ini.

Tapi, beberapa hari menjelang pemilihan parlemen, tiba-tiba PM Balkenende yang biasanya kaku berubah menjadi kocak, pandai berargumnentasi dan tampil santai. Di dalam duel televisi dengan kompetitornya, Balkenende mengomentari Wouter Bos: "Saya percaya pada Wouter Bos sebagai individu dan politisi. Tapi jika menyangkut Belanda, saya lebih percaya pada diri sendiri.”

Harry Potter, demikian julukan Balkenende yang berusia 50 tahun dan tetap awet muda. Ia mencoba bangkit di panggung politik pada hari-hari terakhir kampanye. Setelah koalisi tengah kanan bubar awal musim panas lalu, bekas profesor di Universitas Amsterdam ini memimpin Belanda dengan pemerintahan minoritas. Kabinetnya tidak bisa bekerja lagi secara efektif. Walaupun begitu, pemerintahan Balkenende masih berhasil meningkatkan perekonomian dan pemasukan negara, sementara angka kuota pengangguran turun hingga hampir lima persen.

Ini prestasi yang datang terlambat, tapi mungkin masih tepat waktu bagi politisi Balkenende. Untuk mereformasi pasar kerja, koalisi Tengah Kanan menerapkan kebijakan yang tidak populer, seperti menghentikan pensiun dini, menghapus tunjangan pengangguran dan merombak sistem pelayanan kesehatan. Dalam kunjungan ke Belanda, Kanselir Jerman Angela Merkel malah menyebut Belanda sebagai negara percontohan bagi Jerman.

Tapi langkah pembaruan itu memiliki kelemahan. Jurang pemisah antara kaya dan miskin semakin lebar. Aliansi oposisi mengendus kesempatan dan mengeritik kelemahan itu. Pimpinan oposisi Wouter Bos: "Orang-orang lanjut usia masih merasa mereka adalah biaya atau masalah keuangan bagi masyarakat. Saya ingin mengubah pandangan seperti itu di masa depan, warga lanjut usia tak lagi merasa seperti beban, melainkan di masa senjanya, mereka harus tetap dihormati.“

Klaim ini berhasil meningkatkan popularitas Bos. Tapi klaim itu juga membuat ia terjerat pro dan kontra. Awalnya ia menerangkan akan menaikkan pajak untuk membiayai dana pensiun. Belakangan ia menyatakan akan menurunkan pajak. Kubu Sosial Demokrat kelihatan panik karena tingkat popularitasnya dalam jajak pendapat mulai turun. Tak hanya itu, mereka juga harus bersaing dengan kaum kiri, yaitu Partai Sosialis, yang dalam jajak pendapat sedang naik daun. Ketua Partai Sosialis Jan Marijnissen mengangkat isu kemiskinan dan keadilan sosial: "Kita harus lebih serius membicarakan kemiskinan dan pemerataan kesejahteraan.“

Marijnissen tidak segan-segan mengangkat isu populis tanpa kompromi. Para pengamat pemilihan yakin Partai Sosialis bisa menduduki peringkat ketiga dalam pemilihan.

Partai Liberal diperkirakan tidak akan mampu meningkatkan perolehan suaranya. Partai ini sempat populer terutama setelah peristiwa pembunuhan sutradara Theo van Gogh dan tokoh nasionalis Pim Fortuyn. Ketika itu Partai Liberal mengangkat tema politik imigran yang tanpa kompromi. Sekarang iklim politik di Belanda sudah berubah. Politik imigran sudah tidak menjadi tema utama.