1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Menjelang Pertemuan Puncak MDG

19 September 2010

“Kita harus lebih cepat memenuhi sasaran ini”, begitu ungkap Kanselir Jerman Angela Merkel menjelang pertemuan puncak Millennium Development Goals, MDG di markas PBB.

https://p.dw.com/p/PG7j
Foto: AP

Setiap tahunnya masih satu milyar orang yang pergi tidur dengan perut kosong setiap malam. Meski begitu Kanselir Jerman Angela Merkel juga menyambut laporan berkurangnya 100 juta angka kelaparan global tahun lalu. Tapi ia lalu menegaskan, bahwa perbaikan berjalan terlalu lamban. Dalam pesan video mingguannya Merkel menyatakan mengimbau agar lebih banyak pihak turun tangan memberantas kelaparan dan kemiskinan.

Kanselir Merkel termasuk salah seorang kepala negara yang hari Senin (20/09) akan menghadiri KTT MDG di New York. Dalam pertemuan tiga hari itu akan dibicarakan berbagai strategi untuk mengatasi halangan tercapainya sasaran pembangunan millenium sampai tahun 2015.

Delapan butir sasaran utama pembangunan global itu termasuk mengurangi hingga separuh jumlah kelaparan dan kemiskinan, menjamin agar setiap anak lelaki dan perempuan menyelesaikan pendidikan sekolah dasar, diberlakukannya kesetaraan jender, mengurangi 2/3 jumlah kematian anak di bawah usia 5 tahun, mengurangi 75% jumlah kematian ibu terkait kehamilan, serta memerangi penyakit HIV Aids dan Malaria.

Krisis ekonomi global dan capaian MDG.

Sekretaris Jenderal Ban Ki Moon menegaskan bahwa janji MDG yang dibuat para kepala negara tahun 2000 wajib dipenuhi. Ia menyerukan agar masyarakat internasional agar tidak patah semangat . Ban juga memperingatkan, bahwa krisis ekonomi yang baru lalu bukan alasan bagi negara-negara untuk mengurangi anggaran bantuan pembangunan yang disediakan. "Kita tak boleh memperbaiki anggaran belanja negara dengan mengorbankan kaum miskin di dunia."

Masalah dana bakal merupakan tema penting pada pertemuan puncak ini. Menurut sejumlah organisasi bantuan Uni Eropa akan mengumumkan tambahan dana satu milyar untuk program MDG dan Bank Dunia telah menyatakn akan menyediakan 750 juta dolar untuk pendidikan.

Namun negara industri misalnya, telah berjanji menyisihkan 0,7 persen Produk Brutto Nasional untuk kebutuhan bantuan pembangunan. Prosen kuota itu semestinya naik setiap tahun. Hingga kini angka rata-rata itu hanya mencapai 0,51%. Jumlah ini sudah didekati oleh Belgia, Finlandia, Irlandia dan Inggris. Sementara Jerman mengintil di belakang dengan hanya 0,4 persen.

Seretnya dana yang masuk merupakan satu masalah. Namun selain itu, jumlah dana yang dicanangkan itu tidak cukup untuk pelaksanaan program-program ke depan. Disebutkan, dari 2012 hingga 2017 kekurangannya mencapai 340 Milyar Dollar. Oleh sebab itu diperkirakan upaya pendanaan inovatif akan menjadi salah satu tema hangat.

Tekad politik untuk memenuhi MDG

Menurut perkiraan Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional, IMF, banyak negara yang tampaknya akan mencapai target MDG. Asia Timur dan Selatan menunjukkan kemajuan yang cukup besar , terutama akibat perkembangan di negara-negara seperti Cina. Kemajuan juga terlihat di sejumlah negara Afrika, meski kondisi di benua itu secara keseluruhan masih menimbulkan keprihatinan besar. Salah satu masalahnya adalah dana bantuan yang dijanjikan kepada Afrika, tapi tak kunjung dikucurkan.

Lalu, apakah hambatan capaian disebabkan akibat seretnya kucuran dana bantuan atau pada pemerintahan yang tak memiliki tekad politik dalam mengimplimentasikan program MDG?

Antara negara donor dan negara penerima bantuan juga terdapat selisih pendapat. Terkait tema ini, Kanselir Jerman Angela Merkel bermaksud meminta pertanggungan jawab yang lebih besar dari negara penerima bantuan. Setiap negara harus merancang program untuk menurunkan jumlah miskin di negaranya, kemudian mengimplementasinya dengan transparan. Bantuan selanjutnya akan dikaitkan dengan keberhasilan dari program tersebut.

Sementara itu, sebuah laporan IMF menjabarkan persoalan kesenjangan antara program dan kenyataan di lapangan sebagai salah satu penyebab kegagalan program. Misalnya, sehubungan kematian ibu. Di berbagai negara, seorang perempuan membutuhkan izin suaminya untuk pergi ke dokter, klinik atau rumah sakit, meskipun sudah hampir melahirkan atau mengalami rasa sakit yang tak dimengerti.

Sejauh apa pertemuan puncak MDG ini akan menghasilkan bantuan dan langkah konkrit, masih harus ditunggu.

Edith Koesoemawiria /dpae/afpe
Editor: Renata permadi