1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Menlu Jerman akan Hadiri KTT Uni Afrika

21 Juli 2010

Menteri luar negeri Jerman Guido Westerwelle bertolak ke Kampala guna hadiri KTT Uni Afrika yang digelar dua hari di ibukota Uganda itu. Kamis (22/07) pada sidang pembukaan sesi menlu, ia akan bahas kerjasa Jerman-Afrika

https://p.dw.com/p/OQiv
Guido WesterwelleFoto: AP

Kehadiran menteri luar negeri Jerman dalam pertemuan puncak Afrika beberapa tahun lalu, masih sesuatu yang tidak lumrah. Para pakar memandangnya sebagai bukti bahwa di Berlin Afrika memainkan peran lebih penting dibanding sebelumnya. Di satu sisi Jerman masih mengincar posisi tetap di Dewan Keamanan PBB dan untuk itu membutuhkan dukungan Afrika. Andreas Mehler, direktur Pusat kajian GIGA di Hamburg mengetahui alasan lainnya


"Kami berkesimpulan bahwa ada seperti persaingan memperoleh sumberdaya, dimana Cina juga mencari akses terhadap sumberdaya tersebut. Dan dalam hal ini Afika juga menjadi pemasok sumberdaya yang penting."

Tapi selain membahas masalah keamanan dan kerjasama Afrika Jerman, khususnya konflik di Somalia akan menjadi agenda pembicaraan, setelah ekstremis Somalia melakukan serangan bom di Kampala, saat penayangan final sepak bola Piala Dunia 2010 dua pekan lalu. 78 orang tewas saat dalam serangan itu. Pemerintah di Kampala ingin mencegah konflik di Somalia juga merambat ke negara-negara tetangganya. Dan untuk itu meminta bantuan Eropa. Duta Besar Tanzania untuk Uni Afrika Mohammed Maundi

"Somalia berada dalam krisis. Tapi Somalia bukanlah sebuah pulau, melainkan dikelilingi oleh negara-negara lainnya. Jika masalahnya tidak dapat diatasi, akan merambat ke negara lainnya seperti Kenya dan Uganda. Oleh sebab itu menjadi kewajiban seluruh benua Afrika membuat Somalia lebih aman."

Bagi negara-negara Afrika itu berarti lebih banyak tentara harus dikerahkan. Selama ini hampir 6000 anggota pasukan perdamaian Afrika ditempatkan di Somalia. Kebanyakan berasal dari Uganda. Dan sejauh ini hasilnya tidak tampak. Tentara-tentara hanya menjaga istana kepresidenan dan sejumlah jalan-jalan di ibukota Mogadishu. Menurut Presiden Uganda Yoweri Museveni, tambahan pasukan akan mencapai 20 ribu orang. Tapi Uni Afrika memerlukan dana luar negeri, bahkan untuk menerbangkan tentara-tentara ke Somalia.

Suatu permintaan yang pada prinsipnya bisa diterima, karena Jerman dan Uni Eropa menginginkan penempatan pasukan Afrika di Somalia dan daerah konflik lainnya di Afrika. Dukungan terhadap arsitektur perdamaian dan keamanan, itulah kata kuncinya.

Kementerian luar negeri Jerman membantu pengembangan pasukan perdamaian Afrika secara finansial. Andreas Mehler dari Pusat Kajian GIGA di Hamburg, menyampaikan alasan pragmatis untuk itu


„Saya pikir Uni Afrika melakukan hal yang tidak ingin dilakukan atau tidak dapat dilakukan pihak lainnya. Pasukan Uni Afrika jauh lebih murah dan secara politis hampir tidak ada risiko biaya apapun, jika turut andil menyokongnya."

Selama ini pasukan Uni Afrika ditugaskan di Somalia dan juga di provinsi Darfur di Sudan. Di kedua kawasan tersebut kehadiran mereka hampir tidak mampu mengurangi konflik.

Karena pasukan tersebut sering kurang terlatih dan perlengkapannya buruk. Selain itu sering terjadi bentrokan karena perjanjian perdamaian tidak dipenuhi. Oleh sebab itu Andreas Mehler mengusulkan cara kedua, Jerman dan Uni Eropa sebaiknya memperluas politiknya untuk Somalia. Yakni mempererat kerjasama dengan provinsi-provinsi yang membelot, yang menyatakan kemerdekaannya.


"Mungkin akan bermanfaat secara diplomatik mengakui Republik Somalia yang secara de facto adalah negara yang mandiri, dan dengan demikian juga menyatakan dengan jelas bahwa ini menyangkut politik real."

Karena menurut perhitungan Mehler, Jerman dan Uni Eropa lebih dapat bertindak untuk stabilisasi kawasan itu. Dan apa yang ibaratnya Pulau-Pulau Perdamaian adalah andil pertama untuk stabilitas lebih besar di tanduk Afrika.

Daniel Pelz/Dyan Kostermans

Editor: Hendra Pasuhuk