1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Menlu Libya Melarikan Diri ke Inggris

31 Maret 2011

Mundurnya Menteri Luar Negeri Mussa Kussa dari pemerintahan disambut sebagai isyarat bahwa rejim Gaddafi mulai ambruk. NATO mengambil alih sepenuhnya kontrol atas operasi serangan udara terhadap Libya, Kamis (31/03).

https://p.dw.com/p/10lIN
Mussa Kussa dalam sebuah konferensi pers bagi media asing di Tripoli, Jumat (18/03)Foto: dapd

Mussa Kussa secara mengejutkan meninggalkan posnya sebagai menteri luar negeri Libya. Ia terbang ke Inggris hari Rabu (30/03) dan menyatakan mundur dari pemerintahan Muammar Gaddafi karena tidak bersedia lagi mewakili pemerintah, demikian kata juru bicara pemerintah Inggris. Kussa merupakan mantan kepala dinas intelijen Libya dan pernah menjabat sebagai duta besar untuk Inggris.

Tibanya Kussa di lapangan terbang Farnborough, London, menandai pembelotan terbesar dari pemerintahan Libya, sejak pemberontakan rakyat dimulai sebulan lalu terhadap empat dekade rejim Gaddafi. Menteri kehakiman dan menteri dalam negeri sudah lebih dulu membelot dan bergabung dengan pemberontak yang bertempur di timur Libya.

Pembelotan di antara orang-orang terdekat Muammar Gaddafi lah yang akan menggulingkan pemimpin Libya itu, lebih efektif daripada aksi militer Barat, kata Menlu Italia Franco Frattini, hari Kamis (31/03). Frattini akan bertemu para pemimpin pemberontak Libya, Senin (04/04). Italia, yang sebelumnya sekutu terdekat Gaddafi di Eropa, dengan enggan bergabung dalam operasi militer terhadap daerah bekas koloninya itu.

Sebesar apa dampak pembelotan Mussa Kussa bagi Gaddafi? Jelas akan merugikan Gaddafi. Namun para pengamat menilai, belum jelas apakah bisa diartikan sebagai akhir kekuasaan Gaddafi. Kussa berpengaruh sangat besar di kalangan elit pemerintahan Gaddafi, selama berpuluh tahun. Ia ada di jantung jajaran pengambil keputusan di Libya. Bertahun-tahun ia menjabat sebagai kepala dinas rahasia Libya. Tetapi, ia bukan bagian dari lingkaran inti. Lingkaran yang hanya diisi oleh putra-putra Gaddafi dan mereka yang memiliki hubungan keluarga dengan pemimpin Libya tersebut, dan kesetiaan mereka sangat kokoh.

Pada sebuah konferensi internasional di Tripoli bulan Desember 2010, Kussa sering terlihat sendiri sambil tak putus menghisap rokok di tempat untuk umum di kawasan konferensi, sementara orang-orang terdekat Gaddafi berada di ruang pribadi.

Geoff Porter, pengamat independen Afrika Utara yang memberi kesaksian tentang Libya di depan kongres Amerika Serikat, mengatakan, pembelotan Kussa adalah salah satu isyarat awal bahwa jajaran elit Gaddafi retak. Pembelotan Kussa menyatakan secara tak langsung bahwa bahkan di kalangan paling tinggi pun di kubu Gaddafi berpikir bahwa permainan sudah mendekati akhir.

Tetapi, Geoff Porter menambahkan, Gaddafi sendiri dan putra-putranya tahu bahwa mereka adalah pejuang sampai titik darah penghabisan. Mereka tahu, tidak ada jalan keluar bagi mereka, tidak ada exil. Jadi, saat pembelotan Kussa merupakan isyarat bahwa situasi di kubu Gaddafi buruk, juga merupakan isyarat bahwa kubu Gaddafi akan menuju ekstrimisme, nihilisme dan kekerasan akut.

Di Brega, pemberontak bertempur sejak Kamis subuh (31/03), memperebutkan kontrol atas kota minyak di timur Libya itu. Rabu (30/03), pasukan yang setia pada Gaddafi memukul mundur mereka di bawah serangan roket. Kamis pagi (31/03), NATO telah mengambil alih resmi kontrol dalam serangan udara terhadap Libya. Sekjen NATO Fogh Rasmussen mengatakan pada wartawan, ia menentang gagasan untuk mempersenjatai pemberontak Libya. Ia menekankan, NATO berada di negara itu untuk melindungi rakyat Libya dan bukan mempersenjatai mereka.

Renata Permadi/ afp/dpa/rtr

Editor: Yuniman Farid