1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Menteri Agraria Jepang bunuh diri

29 Mei 2007

Kepada pers Jumat lalu, Toshikatsu Matsuoka mengaku perlu bertanggung jawab. Kini ia telah tiada. Perdana Menteri Shinzo Abe, menyesali peristiwa ini. Namun alasan bunuh diri itu belum diumumkan.

https://p.dw.com/p/CP5w

Belakangan memang, Toshikatsu Matsuoka disorot media karena dugaan menerima uang pelicin dari sejumlah perusahaan. Matsuoka disebutkan menerima sumbangan sebesar 80 ribu Euro dari sekitar 14 perusahaan. Perusahaan-perusahaan ini diketahui menerima tender dari Kementerian Agraria melalui sebuah agentur.

Pekan lalu, pihak kejaksaan menahan dua orang pejabat yang terlibat skandal itu dan memberikan tender pembangunan jalan-jalan di wilayah asal Matsuoka. Sementara, beberapa pegawai perusahaan yang diduga menyogok menteri Agraria juga ditahan, dengan tuduhan berkolusi, melakukan pembicaraan ilegal dalam sebuah tender publik.

Di televisi internasional CNN, Jeffrey Kingston dari universitas Temple di Jepang mengatakan,

„Skandal yang melibatkan menteri-menteri dalam kabinet selalu ditanggapi secara serius. Matsuoka termasuk dalam sayap konservatif partai LDP. Bahwasanya ia terlibat skandal selama berbulan-bulan menjadi perhatian.“

Secara politik Menteri Agraria Jepang, Toshikatsu Matsuoka berada dalam posisi buruk. Parlemen Jepang melakukan penyidikan mengenai permasalahan ini. Hari Senin (28/05) Matsuoka seharusnya mempertanggung jawabkannya di muka parlemen Jepang. Namun hal itu tidak sampai terjadi.

Menteri Agraria Jepang yang berusia 62 tahun itu ditemukan tergantung di ruang tamu apartemen dinasnya, hanya beberapa jam sebelum acara tanya pendapat di parlemen.

Ia berada dalam keadaan pingsan dan jantungnya sudah tak berdetak, ketika sekretarisnya menemukannya. Setelah dibawa ke rumah sakit Matusuoka tak dapat dipulihkan lagi. Dilaporkan, ketika ditemukan didekatnya terdapat beberapa surat yang isinya tidak diumumkan oleh pihak resmi.

Skandal paling mencolok yang mengelilingi Matsuoka, justru berkaitan dengan ongkos tambahan yang diperhitungkan untuk apartemen dinasnya yang mencapai 120.000 Euro. Padahal apartemen itu disediakan secara cuma-cuma.

Matsuoka menjelaskan biaya tambahan itu adalah akibat jenis air minum khusus yang digunakannya. Harganya sangat mahal, mencapai 60 Euro per liter.

Meski skandal terus menerpa Menteri Agraria ini, dan indikasi tindak ilegal itu ada, selama ini Perdana Menteri Jepang, Shinzo Abe terus mendukung Matsuoka. Bahkan, Abe menolak tuntutan agar Matsuoka mengundurkan diri.

Kinipun Abe tetap membelanya, memang awalnya Abe juga yang mengangkat Matsuoka. Ia menegaskan, Matsuoka merupakan menteri yang cakap. Namun justru karena itulah, peristiwa ini akan berpengaruh besar terhadap kabinet dan pemerintahan Abe. Apalagi ada kemungkinan, banyak warga Jepang yang akan menilai tindakan bunuh diri ini sebagai pengakuan kesalahan.

Wafatnya Menteri Agraria Matsuoka bisa berdampak buruk pada citra pemerintahan. Oleh karena itu, Perdana Menteri Abe harus bersiap-siap menghadapi krisis yang mungkin menerpa. Krisis yang mungkin sekali akan sulit diatasi saat ini, karena popularitas Abe di Jepang berada pada titik yang paling rendah selama masa pemerintahannya.

Jajak pendapat harian Mainichi menunjukan, hanya sepertiga rakyat Jepang yang sekarang mendukungnya. Sementara harian ekonomi Nikkei, mencatat bahwa dukungan untuk Abe mencapai 40%. Meski belum jelas, ada perkiraan bahwa Perdana Menteri Abe bisa mengalami kekalahan dalam pemilihan di parlemen Jepang, pada bulan Juli mendatang. Bila ini terjadi, mungkin sekali partainya sendiri yang akan mendesak Abe untuk mundur.