1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
Kriminalitas

Indonesia Negara Tujuan Penipuan Bermodus Industri Hiburan?

17 Juli 2019

Biro Penyelidikan Federal Amerika Serikat (FBI) saat ini tengah mencari korban penipuan bermodus industri dunia hiburan, mereka yang diming-imingi berkerja dalam proyek film besar di Indonesia.

https://p.dw.com/p/3MBOt
USA FBI Logo in Washington
Foto: picture-alliance/dpa/EPA/M. Reynolds

Menurut pernyataan di laman resminya, Biro Penyelidikan Federal Amerika Serikat (FBI)menyebutkan Indonesia sebagai negara tujuan para pelaku penipuan bermodus industri dunia hiburan. Setidaknya FBI meyakini modus penipuan ini sudah berlangsung sejak tahun 2013 silam. FBI pun menghimbau kepada para warga negara Amerika yang pernah tertipu untuk segera melaporkan diri.

“FBI sedang mencari korban yang mungkin telah melakukan perjalanan ke Indonesia antara tahun 2013 hingga sekarang untuk mengejar tawaran pekerjaan palsu dari orang-orang yang mengaku sebagai profesional industri hiburan terkenal,” begitu bunyi pernyaatan resmi FBI.

Menanggapi ini, kepada DW Indonesia, Karopenmas Divisi Humas Polri, Brigjen Pol Dedi Prasetyo, mengatakan saat ini Polri belum menerima adanya laporan terkait kasus tersebut. “Ya menunggu korban dulu tentang peristiwa tersebut,” ujar Dedi singkat saat dihubungi DW Indonesia. Ia juga menyatakan Polri siap menjalin komunikasi dengan FBI untuk membantu mengungkap dalang penipuan ini.

Sejauh ini modusnya diketahui selalu sama, seseorang yang mengaku sebagai produser eksekutif industri hiburan Hollywood melakukan panggilan telfon, mengirimkan pesan singkat, atau mengirim email berisikan tawaran pekerjaan yang menarik di Indonesia, khususnya di Jakarta. Mereka yang diketahui menerima tawaran ini adalah sejumlah fotografer, penulis, pemeran pengganti, perwakilan keamanan, dan lain semacamnya.

Mereka yang percaya akhirnya terbang ke Indonesia dengan menggunakan biaya pribadi terlebih dahulu, diiming-imingi oleh pelaku bahwan akan mengganti biaya perjalan mereka. Setibanya di Indonesia, mereka dijemput oleh salah seorang supir yang mengaku dari pihak manajemen, dan meminta sejumlah uang dalam bentuk dollar dengan jumlah yang besar.

“Para korban diyakinkan untuk terus memberikan sejumlah uang dalam mata uang A.S. hingga perjalanan selesai atau hingga mereka menyadari bahwa mereka adalah korban penipuan. Para korban tidak mendapat penggantian untuk biaya perjalanan, uang yang diberikan kepada sang supir, atau biaya pelayanan selama di Indonesia,” lanjut bunyi pernyataan resmi FBI.

Untuk membuat korban - korbannya terjerat tipu daya, para oknum berani mencatut nama-nama beken profesional Hollywood seperti Presiden Lucasfilm, Kathleen Kennedy; Produser Marvel, Victoria Alonso; Mantan Direktur Sony Pictures, Amy Pascal; pengusahan sekaligus produser film, Wendi Deng Murdoch; hingga casting director, Sarah Finn.

Agen khusus FBI yang menangani kasus ini, Todd Hemmen, dalam sebuah pernyataan mengatakan para pelaku merupakan orang yang profesional. “Para pelaku tampaknya melakukan pekerjaannya dengan sangat teliti, baik dengan memeriksa latar belakang identitas fiktif mereka, sehingga mengetahui banyak hal tentang individu yang mereka catut, hingga memeriksa secara menyeluruh pekerjaan yang dilakukan para korban,” jelas Todd.

FBI sendiri tidak menyebutkan secara pasti jumlah korban ataupun kerugian yang diakibatkan skema penipuan ini. Namun sebuah firma investigasi K2, yang mengaku mengikuti perkembangan kasus ini, telah meminta keterangan kepada sekitar 100 orang korban. Setidaknya para korban mengalami kerugian sebesar US$ 3.000 untuk biaya perjalanan dan akomodasi selama di Indonesia.

rap/vlz (dari berbagai sumber)