1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Merawat Kebebasan Memperkaya Pengetahuan

3 Mei 2013

Terimakasih kepada Anda yang telah setia menemani Deutsche Welle mengarungi era pemberitaan sejak otoritarianisme hingga demokrasi.

https://p.dw.com/p/18Qgw
Foto: DW

Orang bilang, di ulang tahun ke-60, umur bukanlah sebuah topik pembicaraan yang menarik. Bagi beberapa orang, umur itu dianggap sebagai tanda kematangan sekaligus kehandalan. Tapi bagi sebagian yang lain, itu artinya membosankan dan gampang diprediksi.

3 Mei adalah hari ulang tahun Deutsche Welle ke-60. Jika bagi banyak orang itu adalah masa pensiun, bagi DW umur itu justru awal untuk menghadapi era baru.

Bagi publik Indonesia, DW amat terasa hadir ke telinga lewat siaran radio gelombang pendek pada masa puncak kekuasaan rejim orde baru. Itulah masa, ketika seorang Komandan Koramil bisa “menelepon” meja redaksi. Masa ketika wartawan ditekan, dan ketakutan untuk bicara jujur menyebar di kalangan kuli tinta.

Perlu kecerdasan khusus untuk survive dalam bisnis pemberitaan di era rejim otoriter.

Sensor menciptakan semacam permainan kucing-kucingan. Media menyisipkan “kebenaran” dengan cara canggih agar bisa lolos sensor. Tugas para pembaca adalah mencarinya di antara deretan berita atau baris-baris kata.

Sensor menciptakan jarak antara Kebenaran-Media-Pembaca. Dalam berbagai isu sensitif, membaca media secara literal hanya akan membuat audiens tersesat. Karena itu perlu kemampuan “meniti diantara baris kalimat”.

Para editor menyisipkan isu panas di halaman belakang. Para pembaca pelan-pelan belajar bahwa berita di balik halaman utama serigkali lebih penting dari headline. Meminjam tangan audiens untuk mengkritik partai yang berkuasa lewat rubrik surat pembaca adalah cara lain yang bisa ditempuh.

Demikianlah rumus bersama itu bekerja: bantahan penguasa artinya konfirmasi. Ucapan keseleo lidah dari pejabat adalah fakta. Angka-angka korban, selalu lebih kecil dari kenyataan. Berita luar negeri kecil tentang kekejaman diktator di Afrika, akan dibaca audiens sebagai sindiran terhadap rejim yang berkuasa.

Pada konteks media seperti itu, Deutsche Welle bersama-sama media penyiaran internasional berbahasa Indonesia lain memberi kontribusi bagi kebebasan pers lewat pemberitaan yang lebih terbuka dan lugas.

Lewat siaran gelombang pendek, di zaman itu DW menerabas sensor dan mengabarkan berita tentang Indonesia dan dunia.

Kini, Indonesia telah terbuka. Tantangan bagi media termasuk Deutsche Welle juga berbeda. Inilah periode demokrasi yang “bising“. Masa ketika media massa sejak pagi hingga malam berteriak mengkritik atau bahkan memaki pejabat. Tapi kami sadar, keberanian untuk sekedar mengkritik penguasa bukanlah sebuah keistimewaan. Kami memilih jalan lain.

Deutsche Welle kini hadir dengan laporan mendalam tentang apa yang terjadi di belahan lain dunia.

Breaking news tentang bom, korupsi, atau kekerasan di tanah air sering membuat orang frustasi. Laporan mendalam tentang musim semi Arab di Mesir, Libya dan Tunisia akan menjadi pengetahuan berharga bagi Indonesia untuk menyelesaikan berbagai persoalan yang tersisa dari transisi demokrasi kita. Tulisan tentang polusi di Beijing atau laporan soal kesemrawutan di Dhaka, mungkin akan membuat kita lebih merasa bersyukur atas Jakarta.

Itulah gunanya studi perbandingan. Melihat orang lain dan membandingkannya dengan posisi kita hari ini, akan membuat kita sadar tentang kemajuan apa yang telah kita capai. DW ingin berkontribusi pada aspek itu.

60 tahun bagi orang Jerman, artinya 7 tahun menuju masa pensiun. Tapi bagi DW, 60 tahun justru ditandai dengan transisi untuk memulai sesuatu yang baru.

Sejak 2012, kami memulai langkah krusial: menghentikan program radio dan mulai memproduksi siaran TV. Kini siaran kami bisa anda saksikan di TVRI, Jawa Pos TV, Bali TV dan sejumlah stasiun televisi lokal lainnya.

Kami ingin memanfaatkan booming TV dengan menyodorkan mata acara alternatif yang menyajikan tema ilmu pengetahuan, teknologi, lingkungan serta tren gaya hidup, kepada audiens Indonesia lewat program Inovator.

Memperkaya demokrasi dengan menyajikan perspektif tentang kebebasan. Mengisi keterbukaan dengan pengetahuan ilmiah. Itulah kredo DW Indonesia. Semoga kami bisa memberikan kontribusi positif bagi Indonesia.

Salam

Redaksi DW Indonesia