1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Mereka Yang Tak Termakan Waktu

Andibachtiar Yusuf15 Juni 2016

Banyak musisi Indonesia yang dulu berjaya, berputar haluan, terjun ke politik, jadi pendakwah atau lainnya. lalu karya musiknya meredup. Inilah yang menjadi keprihatinan penikmat musik Andibachtiar Yusuf.

https://p.dw.com/p/1J3PW
Foto: Getty Images/AFP/Y. Lage

"Entah kenapa seolah agama yang membuat banyak musisi kita seperti kehilangan gairahnya,” ujar teman yang hingga kini masih aktif bermusik di berbagai jalur. Saya agak sulit menyebut namanya di areal publik seperti ini, pastinya dalam obrolan yang ditemani kopi dan cemilan itu saya sibuk bertanya mengapa banyak musisi kita yang mendadak "garing" saat telah “insyaf”.

Lalu tersebutlah berbagai nama dari yang kini sulit dicari rimba musikalitasnya sampai yang masih terus berkibar namun lebih sering terdengar sikap politis atau pilihan kandidatnya ketimbang karya terbaru dengan semangat dan energi yang besar.

Indonesien Andibachtiar Yusuf
Foto: Andibachtiar Yusuf

Lebih banyak yang seperti kehilangan energi besar seperti saat pertama mereka berkarya dulu ketimbang terus dengan semangat yang sama mempertahankan musikalitasnya.

“Penonton konser mereka kayaknya gak ada yang umurnya sebaya mereka ya?” ujar Aji, kawan lama saya saat kami menyaksikan video konser Iron Maiden ‘Flight 666' beberapa tahun lampau. Aji adalah penggemar musik cadas sejak lama yang saat itu dengan antusias bersama saya menyaksikan tur anyar band idolanya sejak masa remaja.

Si Perawan Besi memang semakin menua secara fisik, kerutan sama sekali tak bisa mereka sembunyikan dari tubuh yang dibaluti celana ketat kulit ataupun singlet kulit senada. Cabikan bass Steve Harris yang dikenal garang kini ditimpali pula oleh gelayut lemak di sekitar lengannya yang dulu kokoh. Adrian Smith yang dulu berlarian ke sana-sini, kini tampak kesusahan mengangkat kakinya keatas speaker besar layaknya anak metal jaman dulu yang tengah menggila diatas panggung.

Semangat besar dalam karya

Fisik mereka memang terus dimakan oleh waktu, karena kodrat itu memang tak bisa dihindari karena alami. Namun semangat besar yang menyala dalam diri mereka terlontar keras pada musik yang dimainkan. Semangat yang menjadi inspirasi orang-orang yang berusia bahkan separuh dari mereka atau lebih untuk datang ke lokasi pertunjukan dan menyaksikan konser mereka.

Kini para senior asal Inggris ini kembali datang dengan album Books Of Souls yang semakin menegaskan bahwa lima kakek-kakek ini sama sekali belum menua. Semangat besar yang mereka bawa ke album studio ke-6 ini membuat para pendengar mereka sejak lama seperti Aji ataupun saya bagai tak bergerak dari masa itu “Satu-satunya hal yang membedakan adalah sound yang tentu lebih modern,” ujar Aji lewat pesan pendeknya pada saya pagi itu.

Inilah band besar dan senior yang terus bertahan di tengah segala generasi yang terus muncul coba menggantikan. Mereka datang lagi dengan karya terbaru sembari menegaskan bahwa Iron Maiden bukan cuma nama besar tersisa. Tenaga yang disajikan masih sama, energi yang diberikan sama sekali tak terasa bedanya dibandingkan bahkan 30 tahun lalu bahkan Bruce Dickinson masih terasa melafalkan lagu-lagu ini dengan tenaga yang sama besar seperti saat ia masih jauh lebih muda.

Hidup sehat, langgeng karir

Seorang performer sejati selalu membutuhkan pencitraan sesuai warna musiknya. Pada faktanya kehidupan Ozzy Osbourne tidaklah segelap aksinya di atas panggung, Mick Jagger (seperti yang diceritakan oleh om Donny Fattah, bassist God Bless) pun berhenti konsumsi alkohol sejak tahun 1984 dan menggantinya dengan kegiatan yoga yang sangat aktif serta kehidupan sehat lainnya.

“Dengan Jack Daniels di tangan kanan dan Bir Bintang di tangan kiri, saya menunggu ia selesai meditasi….nyaris 40 menit!” kisah om Donny tentang pertemuannya dengan si legenda hidup di Jakarta sekitar tahun 1987 itu.

27 tahun kemudian di Tokyo tahun 2014, saya menyaksikan Mick Jagger bersama band yang membesarkannya. Pada usia 73 tahun saat itu, ia masih mampu berlari tanpa henti ke setiap sudut panggung raksasa yang berdiri di dalam Tokyo Dome……sementara banyak musisi kita di usia yang bahkan jauh lebih muda tapi tak mampu lagi bergerak selincah itu.

Jagger memberitahu saya tentang vibrasi dan cara hidup dalam diri dia untuk menyikapi waktu dan usia. Sementara Iron Maiden dan banyak band metal lainnya menjelaskan bahwa energi besar dan semangat membara saat muda bukanlah sesuatu yang harus kita tinggalkan apalagi lupakan, ia harus terus ada untuk tetap terus berkarya dengan sikap yang sama..

Seperti itulah berkarya, bukan lalu mematikan semangatnya dan memilih untuk tunduk pada kekuasaan materi.

Penulis: Andibachtiar Yusuf, penikmat musik, filmmaker & traveller

@andibachtiar

*Setiap tulisan yang dimuat dalam #DWNesia menjadi tanggung jawab penulis.