1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Merkel Bertolak ke AS

2 November 2009

Kanselir Jerman Angela Merkel bertolak ke Amerika Serikat. Selasa (03/11), dia akan berbicara di hadapan Kongres Amerika Serikat. Apa saja kemungkinan tema yang akan diangkat?

https://p.dw.com/p/KLkl
Angela Merkel ketika mengunjungi Barack Obama, Juni 2009Foto: dpa

Pertama-tama Kanselir Jerman Angela Merkel akan membicarakan tentang penempatan tentara Jerman Bundeswehr di Afghanistan. Jumlah tentara Jerman merupakan ketiga terbesar di bawah kepemimpinan NATO di negara itu. Namun kemungkinan operasi militer hampir 4400 serdadu Jerman dibatasi oleh Parlemen Jerman Bundestag. Pasukan Jerman hanya boleh mempertahankan diri, tidak boleh menyerang. Pesawat tempur Tornado Bundeswehr hanya boleh membantu dalam pengintaian, namun tidak boleh dikerahkan untuk medukung pertempuran.

Sebelum Presiden AS Barack Obama dapat merumuskan secara resmi harapan lebih besar pada Jerman dan sekutu lainnya, ia harus terlebih dulu memutuskan bagaimana seharusnya kelanjutan operasi di Afghanistan. Tapi jelas terlihat, bahwa AS ingin agar Jerman memainkan peran lebih aktif di negara yang tak reda dililit kemelut itu. Barack Obama selalu menekankan bahwa AS tidak dapat berdiri sendirian dalam pembangunan kembali di Afghanistan dan dalam perang melawan Al Qaida dan Taliban.

Selama masa kampanye lalu di Jerman, AS memberikan tenggang waktu bagi Jerman. Namun kini pemerintahan di Washington mendesak komitmen tegas Jerman, ujar Direktur Akademi Trans Atlantik Yayasaan Marshall untuk Jerman, di Washington, Stephen Szabo. "Pemerintah AS menginginkan agar Jerman mencabut pembatasan penugasan penempatan pasukannya, dan Jerman mengakui bahwa ini merupakan operasi militer, sebuah misi pertempuran dan bukan sekedar bantuan pembangunan.”

Tema lainnya yang dibahas adalah soal kesiapan Jerman dalam pengambilahan tahanan dari Guantanamo. Akan menjadi arti simbolis penting apabila Jerman siap menampung satu atau beberapa tahanan lainnya dari penjara AS di Guantanamo. Sesaat setelah memangku jabatan sebagai presiden AS, Barack Obama menjanjikan bahwa kurang dari satu tahun masa jabatannya, ia akan menutup penjara itu. Namun tampaknya ia sulit memenuhi tenggat waktu tersebut. Problemnya adalah kemana para tahanan itu akan ditampung, mereka yang tidak terbukti bersalah namun tidak dapat kembali lagi ke negaranya karena akan menghadapi resiko dianiaya.

Dalam kasus pengalihan tahanan itu, Stephen Szabo mengatakan: “Bagi presiden AS akan lebih mudah untuk mengalihkan sebagian besar tahanan di AS, jika ia bisa menunjukkan bahwa sekutu AS mau menanggung sebagian dari beban ini.”

Sementara dalam menghidupkan kembali hubungan AS dengan Rusia, Jerman memaikan peran cukup penting. Kedekatan hubungan ekonomi Jerman dengan Rusia, dipandang dengan curiga oleh AS. Penasihat mantan Presiden AS Jimmy Chrater, Zbigniew Brzezinski, memperingatkan agar tidak membuat komporomi politik terlalu besar dengan Rusia, yang memiliki motivasi politik ekonomi.

“Kami ingin membangun hubungan yang baik dengan Rusia. Tapi tidak menginginkan hubungan yang sudah terbangun dengan negara-negara yang terkait dengan akhir perang dingin, kembali mengalami kemunduran, baik dengan Ukraina, Belarusia, Georgia atau negara-negara di Eropa Tengah dan Eropa Timur lainnya,“ ditegaskan Brzezinski.

Juga dalam kebijakan AS terhadap ekonomi Iran pun, hubungan ekonomi Jerman dengan Iran menjadi tema. Walau terjadi penurunan, ekspor Jerman ke Iran masih bernilai milyaran Euro per tahun. Di satu sisi Jerman merupakan eksportir terbesar ke Iran di Uni Eropa. Di lain sisi, Jerman yang duduk di Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa Bangsa bersama lima anggota tetap lainnya mengadakan perundingan seputar sengketa atom Iran. Konsekuensinya adalah bila diputuskan dijatuhkannya sanksi oleh PBB terhadap Iran, Jerman pun harus melaksanakannya.

Saat ini AS membutuhkan mitra yang kuat di Eropa. Jerman seharusnya tak membuang waktu lebih banyak lagi untuk meneguhkan kemitraan dengan AS, karena tampaknya AS tidak sabar lagi untuk itu.

Christina Bergmann/Ayu Purwaningsih

Editor : Agus Setiawan