1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Merkel: Sepakbola Adalah Mesin Integrasi

14 Februari 2012

Penghargaan integrasi sepakbola Jerman menyoroti proyek dan inisiatif skala kecil yang membantu anak-anak belajar bahasa Jerman serta memperoleh kepercayaan diri, semangat tim, dan ketrampilan sosial.

https://p.dw.com/p/14390
Kanselir Jerman Angela Merkel berpose bersama para pemenang penghargaan integrasi sepakbola DFB
Kanselir Jerman Angela Merkel berpose bersama para pemenang penghargaan integrasi sepakbola DFBFoto: Reuters

Tepuk tangan tiada henti diberikan bagi Thomas Murken. Guru asal Bremen tersebut menjadi salah satu pemenang penghargaan integrasi tahun ini yang diselenggarakan Asosiasi Sepakbola Jerman (DFB). Proyek Murken dengan para muridnya diganjar mobil van Mercedes Vito baru.

"Sepakbola adalah mesin untuk integrasi," ujar Kanselir Jerman Angela Merkel yang turut hadir dalam acara pemberian penghargaan di Berlin. Dalam beberapa tahun terakhir, Merkel kerap menunjukkan ketertarikan terhadap sepakbola sebagai olahraga paling populer di Jerman. Merkel juga menekankan bahwa penghargaan integrasi tahunan menaruh fokus masyarakat kepada proyek-proyek dan inisiatif berskala kecil.

Tahun ini contohnya, klub kecil Fontana Finthen dari pinggiran kota Mainz, termasuk dalam jejeran pemenang. Setiap tahun klub tersebut menggelar kamp pelatihan bagi anak-anak yang orangtuanya tidak memiliki cukup uang untuk berlibur. Banyak diantara anak-anak yang mengikuti kamp berlatar belakang imigran.

Oliver Bierhoff: Kerjasama warga Jerman dengan imigran berlangsung baik di lapangan hijau
Oliver Bierhoff: Kerjasama warga Jerman dengan imigran berlangsung baik di lapangan hijauFoto: dapd

Kepercayaan diri dan ketrampilan sosial

Presiden DFB Theo Zwanziger menerangkan bahwa diantara hampir 7 juta anggota DFB, jumlah anggota yang berlatar belakang migran terus bertambah. Lagipula hampir 40 persen anak-anak di Jerman berasal dari keluarga yang orangtua atau kakek-neneknya datang sebagai imigran ke Jerman.

DFB menilai partisipasi dalam sebuah klub olahraga dan mengikuti sesi latihan secara rutin amatlah penting untuk belajar bahasa Jerman dan memperoleh kepercayaan diri, semangat tim serta ketrampilan sosial.

Faktor lain yang berperan di Jerman seperti di banyak negara lainnya adalah sepakbola bisa menjadi batu loncatan bagi kemajuan sosial, bagi penerimaan dan pengakuan. Bahkan bisa menjadi jalan menjadi kaya. Tim sepakbola nasional Jerman diramaikan Mesut Özil, Sami Khedira dan Jerome Boateng menjadi bukti nyata dan dinilai sebagai contoh utama bagi integrasi yang sukses.

Namun juga dalam level amatir, di sekolah-sekolah dan banyak proyek olahraga, kerjasama antara warga Jerman dengan imigran berjalan dengan baik, ujar Oliver Bierhoff, mantan pemain Jerman yang sekarang menjabat manajer timnas Jerman. Dan menurut Bierhoff sama pentingnya untuk menceritakan kisah-kisah sukses tersebut.

Mantan striker itu juga menjadi pelindung penghargaan integrasi dan termasuk dalam barisan juri. Di tahun kelima penyelenggaraan penghargaan, ada hingga 176 orang atau proyek yang diikutsertakan.

Thomas Murken banting setir dari bankir menjadi guru sekolah
Thomas Murken banting setir dari bankir menjadi guru sekolahFoto: DW

Bankir banting setir jadi pelatih anak-anak

Thomas Murken menganggap penghargaan baginya sebagai pengakuan dan konfirmasi akan keputusan luar biasa yang ia ambil. Beberapa tahun lalu, lelaki berusia 43 tahun ini meninggalkan kerjaannya sebagai bankir dan memilih menjadi guru sekolah. Saat ditanya mengapa ia mengubah karir dengan drastis, Murken tersenyum dan berkata hanya karena ia memilih bekerja dengan anak-anak.

Selama dua setengah tahun, Murken mengajar di sebuah sekolah di Bremen. Menurutnya jika seseorang menaati aturan layaknya dalam olahraga seperti sepakbola, akan sangat membantu dalam menghormati aturan dalam situasi lainnya, baik di dalam maupun di luar sekolah. 70 persen anak-anak yang diajar Murken memiliki latar belakang migran. Setengah dari jumlah tersebut adalah anak perempuan yang harus melewati penolakan orangtuanya untuk aktif berolahraga. Namun secara umum menurut Murken gayanya mengajar cukup diterima oleh anak-anak dan orangtua di sekolahnya. Saat ia tiba di sekolah di pagi hari, banyak anak yang menyambutnya dengan gaya sepakbola: dengan sebuah tos.

Bernd Gräßler/Carissa Paramita

Editor: Hendra Pasuhuk