1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Mesir Berdarah, Uni Eropa Timbang Ulang Bantuan

Edith Koesoemawiria19 Agustus 2013

24 polisi tewas ditangan milisi, 36 Ikhwanul Muslimin tewas di penjara. Pertumpahan darah di Mesir meraup kecaman internasional, diplomat Uni Eropa ancam akan hentikan bantuan.

https://p.dw.com/p/19S24
Foto: AFP/Getty Images

Uni Eropa akan menimbang kembali hubungannya dengan militer dan pemerintah Mesir, apabila pertumpahan darah tidak berhenti segera. Begitu ancaman dari Brussel. Kedua pemimpin Uni Eropa, Herman Van Rompuy dan Jose Manuel Barroso Minggu (18/08/13) mengatakan bahwa tinjauan akan berlangsung dalam beberapa hari mendatang.

Uni Eropa Bekukan Bantuan?

Menjelang pertemuan khusus ke-28 Menteri Luar Negeri anggota Uni Eropa, mulai Senin (19/08), diplomat Uni Eropa melakukan pertemuan darurat membahas situasi aktual Mesir.

Di masa pemerintahan Presiden Muhammad Mursi ,Uni Eropa menjanjikan bantuan 5 milyar Euro bagi Mesir untuk periode tahun 2012-2013. Namun sejak kudeta 3 Juli lalu, Uni Eropa menyatakan akan menimbangnya kembali.

Pun Amerika Serikat telah mengumumkan pembatalan latihan militer bersama, yang setiap dua tahun sekali dilakukan dengan Mesir. AS juga menutup Kedutaannya di Kairodengan alasan keamanan. Gedung Putih saat ini tengah berkutat dengan pemotongan bantuan dana untuk Mesir.

Suasana Eksplosif

Di Mesir Minggu pagi (18/08), ibukota Kairo terlihat beranjak normal. Meski begitu, bagaikan api dalam sekam, suasana tetap eksplosif.

Senin pagi (19/08/13) di kawasan Utara, sejumlah milisi menyergap dua bis kecil dan menembak mati 25 polisi yang menumpanginya. Serangan yang terjadi di kota perbatasan Rafah itu, juga mencederai dua polisi lainnya.

Sementara sehari sebelumnya, 36 orang tahanan yang diduga anggota Ikhwanul Muslimin dibunuh ketika berusaha melarikan diri dari sebuah penjara Mesir. Laporan mengenai pembunuhan tahanan itu tampak simpang siur.

Namun Menteri Dalam Negeri Mesir, kepada televisi lokal mengatakan bahwa tahanan sebelumnya menawan seorang sipir penjara. Lalu, para tahanan itu tewas akibat sesak nafas dalam ruang yang penuh gas air mata. Pihak berwajib menyebutkan, polisi dan militer menggunakan gas air mata untuk menghadang para tahanan.

Kantor berita Mesir, MENA, mengatakan hari Minggu itu, pasukan bantuan dari militer maupun polisi telah dikirimkan ke penjara Abu Zaabal.

Pemerintahan Mesir saat ini membela tindakannya dan menyangkal laporan bahwa akan membubarkan Ikhwanul Muslimin. Sementara kelompok islamis itu menyatakan bahwa pembunuhan tahanan di penjara Abu Zaabal menunjukkan niat buruk pemerintah untuk menghabisi para oposan kudeta.

Mesir Sangkal Akan Bubarkan Ikhwanul Muslimin

Di beberapa kawasan Mesir, seperti kota Ismailiya, kaum Ikhwanul Muslimin masih sempat turun ke jalan hari Minggu. Meski begitu jurubicaranya menyatakan, sejumlah aksi protes lainya telah dibatalkan karena kekuatiran bahwa demonstran akan ditarget oleh kelompok pemuda pengaman masyarakat anti Mursi dan tentara-tentara penembak jitu.

Belakangan dilaporkan sejumlah kelompok pemuda pengaman mulai merajalela, berkeliaran menyapu lelaki-lelaki berjanggut yang ditudingnya sebagai „teroris“.

Minggu petang, Mendagri Mesir mengumumkan larangan terhadap semua kelompok pemuda pengaman itu dan mengimbau agar masyarakat mematuhi jam malam.

Dalam pernyataan pertamanya sejak menggulingkan Presiden Mursi pada 3 Juli, Abdel Fattah al-Sisi, telah memperingatkan bahwa pasukan keamanan siap untuk bertindak keras terhadap pihak-pihak yang menyerang kantor polisi dan gedung pemerintahan. Dikatakannya, Kami tidak akan diam menghadapi kehancuran negara ini.

ek/ ap (ap, afp, rtr)