1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Mesir Percepat Pemilu

9 Juli 2013

Pemimpin sementara Mesir berjanji akan menggelar pemilu awal tahun depan, setelah 51 orang yang sebagian besar pendukung presiden Mohamed Mursi, tewas terbunuh di depan barak militer Kairo.

https://p.dw.com/p/194Af
Foto: Getty Images

Ikhwanul Muslimin yang mendukung Mursi, memimpin demonstrasi menentang penggulingan yang dilakukan militer atas presiden kelompok Islamis tersebut, sambil menyerukan “pemberontakan”, dan mengatakan bahwa polisi dan tentara telah “membantai” pengikut mereka saat shalat subuh di Kairo, hari Senin lalu.

Di tengah jurang yang melebar di negara bergolak itu, presiden sementara Adly Mansour mengeluarkan dekrit yang menetapkan jadwal referendum mengenai perubahan konstitusi yang kemudian akan diikuti dengan pemilihan parlemen.

Seluruh proses itu akan akan membutuhkan waktu tak lebih dari 210 hari, menurut isi dekrit itu, yang artinya pemilu akan digelar paling lambat pada awal Februari,.

Penembak Berpakaian Preman

Mansour akan mengumumkan tanggal pemilihan presiden setelah parlemen baru yang terpilih nanti bersidang, demikian isi pasal 33 dekrit, sebagaimana dipublikasikan kantor berita MENA.

Pembantaian di luar markas pasukan elit Garda Republik telah menunda usaha lebih jauh dari Mansour untuk mengumumkan nama perdana menteri baru, bersamaan dengan koalisi oposisi longgar yang mendukung penggulingan Mursi, belakangan kehilangan dukungan dari partai Islamis kunci.

Ikhwanul mengumumkan 42 nama yang terbunuh dalam insiden, sementara menteri dalam negeri dan militer mengatakan dua polisi dan seorang tentara juga terbunuh.

Pihak militer menyalahkan “para teroris“, sementara para saksi mata, termasuk pendukung Ikhwanul yang ada di lokasi, mengatakan bahwa pasukan keamanan hanya melepaskan tembakan peringatan dan gas air mata, dan kemudian “para preman“ berpakaian sipil melepaskan tembakan.

Ägypten Krise Proteste Auseinandersetzungen Islamisten 08.Juli 2013 Militär
Angkatan bersenjata peringatkan demonstran menjauh dari instalasi militerFoto: Reuters

Sayap politik gerakan Islamis Partai Keadilan dan Kesejahteraan telah menyerukan ”pemberontakan besar rakyat Mesir melawan mereka yang mencoba mencuri revolusi lewat tank“ terkait dengan pembunuhan hari Senin lalu.

Mereka menyerukan “komunitas internasional dan berbagai kelompok serta seluruh orang bebas di dunia untuk turun tangan menghentikan pembantaian lebih lanjut… dan mencegah munculnya Suriah baru di dunia Arab“.

Di kota Port Said di Terusan Suez, laki-laki bersenjata dari sepeda motor melepaskan tembakan ke arah gereja, melukai satu orang, demikian keterangan seorang saksi mata.

Sekretaris Jendral Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengutuk gelombang berdarah terakhir di Mesir, sambil menyerukan sebuah penyelidikan independen.

Berdasarkan dekrit Mansour, sebuah panel yang mewakili kelompok politik, agama dan pasukan keamanan akan menyetujui perubahan akhir atas konstitusi yang tertunda karena jatuhnya Mursi dan kemudian akan menggelar referendum atas hasil amandemen itu dalam waktu lima bulan.

Pemilihan parlemen akan selesai dalam waktu kurang dari tiga bulan setelah konstitusi diratifikasi.

Seorang pejabat senior Ikhwanul Muslimin mengecam dekrit tersebut. “Sebuah dekrit konstitusional oleh seorang laki-laki yang ditunjuk oleh para pengkudeta… membawa negara ini kembali mundur,“ kata Essam al-Erian lewat Facebook.

Berbagai Reaksi

Juru bicara Gedung Putih Jay Carney dalam pernyataannya segera setelah persitiwa itu mengatakan bahwa pemotogan segera atas bantuan militer bagi Mesir “tidak akan menjadi kepentingan terbesar kami”, saat ia ditanya apakah Washington telah mempertimbangkan kembali bantuan lebih dari satu milyar dollar -- yang sebagian besar berupa bantuan militer -- akan tetap diberikan setiap tahun.

Amerika Serikat menyerukan kepada militer Mesir untuk “menahan diri secara maksimal“, sambil mengutuk seruan “eksplisit“ dari Ikhwanul untuk melakukan kekerasan.

Sebagai respon atas “pembantaian“, partai Islamis konservatif Al-Nur, yang memenangkan hampir seperempat kursi dalam pemilu parlemen 2011 dan sebelumnya mendukung langkah militer menjatuhkan Mursi, telah mengatakan bahwa mereka menarik dari dari seluruh pembicaraan terkait pembentukan pemerintahan baru.

Imam Ahmed al-Tayyeb dari Al-Azhar, yang dikenal memiliki kedudukan tertinggi dalam tradisi Islam sunni Mesir, mengatakan ia “masih akan tetap berada di pengasingan“ hingga pertumpahan darah selesai sambil menyebut “mereka yang berada di belakang itu harus bertanggung jawab“.

Ägypten Krise Proteste Auseinandersetzungen 07.07.2013
Sampai kapan gejolak politik Mesir berlanjut?Foto: Reuters

Mansour, Ketua Mahkamah Agung sebelum penunjukkannya sebagai presiden sementara, telah memerintahkan sebuah komisi hukum untuk menyelidiki pembunuhan tersebut.

Para saksi mata mengatakan, para Islamis melemparkan batu ke arah pasukan keamanan yang dibalas dengan gas air mata dan tembakan.

“Para pendukung Mursi sedang berdoa saat polisi dan tentara melepaskan peluru tajam di sekitar tempat itu,“ demikian pernyataan Ikhwanul.

Suasana penuh emosi saat orang-orang mencari nama-nama orang yang dicintainya di daftar orang tewas di rumah sakit, di mana puluhan mayat diletakkan di lantai penuh darah di kamar mayat darurat.

Angkatan bersenjata memperingatkan tidak akan membiarkan siapapun mengancam keamanan nasional, sambil menyerukan kepada pemrotes untuk menjauh dari instalasi militer dan mengakhiri aksi duduk mereka.

Komunitas internasional mengecam darah yang tumpah pada Senin lalu, dengan Jerman mengekspresikan “keterkejutan“ atas kekerasan, Turki menyebut itu sebagai serangan atas “kemanusiaan“ dan Qatar yang mendukung Ikhwanul mendesak untuk “menahan diri“ dan “bersatu“.

Pergolakan pemerintahan Mursi yang hanya berusia satu tahun, ditandai dengan tuduhan bahwa revolusi atas pemerintahan otoriter Husni Mubarak telah gagal, karena para Islamis sedang memusatkan kekuasaan ke tangan mereka dan pada saat bersamaan membiarkan ekonomi menukik ke jurang krisis.

ab/hp (afp,dpa,rtr)