1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Migran Perbaiki Kesejahteraan

6 Oktober 2009

Imigran yang jumlahnya di seluruh dunia mencapai satu miliar jiwa, berpotensi memperbaiki kesejahteraan umat manusia.

https://p.dw.com/p/Jz5U

Laporan terbaru Program Pembangunan PBB, UNDP, menyebutkan, migrasi dapat membawa manfaat lebih lanjut jika ada pengurangan kendala bagi mobilitas tenaga kerja di dalam negeri dan lintas perbatasan.

Dikeluarkan Senin (05/10) di Bangkok, laporan itu secara umum merekomendasikan pada pemerintah di seluruh dunia agar memfasilitasi migrasi tenaga kerja yang setiap tahun menghasilkan pengiriman uang sekitar 300 miliar Dolar ke negara asal.

Laporan setebal 217 halaman itu memfokuskan pada fenomena migrasi yang diabaikan dan sering disalahmengerti. Dari satu miliar imigran di dunia, hanya 70 juta yang melewati batas negara, pindah ke negara lebih maju. bagian terbesar, 740 juta orang, adalah migran internal, berpindah di dalam negeri.

Ketua UNDP, Helen Clark, mengatakan, "Menurut laporan ini, ketakutan bahwa migran mengambil alih pekerjaan atau merendahkan tingkat upah warga setempat atau menghabiskan uang pembayar pajak, pada umumnya dibesar-besarkan."

Krisis ekonomi global mengurangi peran pekerja migran. Tetapi, permintaan terhadap pekerja pendatang akan kembali, menyusul pemulihan ekonomi dari resesi global, kata Jeni Krugman, penulis laporan.

Selain itu juga dicatat peran kaum migran dalam perkembangan politik di negara asal. Di Libanon, migran yang pulang menggunakan kekayaan yang diperoleh dari luar negeri untuk berkontribusi dalam politik. Terutama saat kekuatan politik baru terbentuk setelah persetujuan Ta'ef tahun 1989 mengakhiri perang saudara.

Semakin banyak bukti bahwa imigran mendorong perbaikan institusi politik di negara asalnya. Mereka bisa bertindak sebagai agen perubahan sosial dan politik saat pulang membawa nilai-nilai, harapan dan gagasan baru yang terbentuk dari pengalaman hidup di luar negeri.

Laporan UNDP menunjuk dua contoh terkenal. Ellen Johnson-Sirleaf dari Liberia, perempuan pertama yang menjadi kepala negara di Afrika, pernah belajar di Amerika serikat dan bekerja untuk UNDP di New York. Sementara Joaquim Chissano, mantan presiden Mozambik, sebelumnya belajar di Portugal lalu bekerja di Paris.

Walau kebanyakan bersifat konstruktif, tetapi ada juga sisi buruk dimana kelompok migran mendukung perang saudara, seperti kasus di Sri Lanka. Palitha Kohona, Duta Besar Sri Lanka untuk PBB mengatakan, migran Tamil memainkan peran sentral dalam konflik 30 tahun lebih yang menewaskan 70 ribu orang.

Komunitas ekspatriat Tamil, kebanyakan di Eropa Barat dan Kanada, adalah sumber utama dana bagi mesin perang Macan Tamil Eelam LTTE. Kelompok Islam Bersenjata, GIA, yang memerangi pemerintah Aljazair untuk membentuk negara Islam, sebagian didanai ekspatriat Aljazair di Eropa Barat. Sementara Tentara Merah Irlandia, IRA, mengumpulkan dana dari ekspatriat Irlandia di Amerika Serikat.

Berdasarkan data tahun 2007 tentang pendapatan per kapita, pendidikan dan harapan hidup, laporan terbaru UNDP tentang migrasi juga mencatat Norwegia sebagai negara dengan standar hidup paling tinggi dan merupakan tempat tinggal terbaik, sementara Niger, kawasan sub-sahara Afrika, terburuk.

RP/AR/dpa/ips/rtr