1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
Sosial

Milenial: Pentingnya Lapangan Kerja dan Hidup Layak

Yusuf Gandang Pamuncak
11 April 2019

Bagi Ardan dan kawan-kawannya yang merupakan pemilih pemula, presiden yang mereka inginkan adalah yang dapat membuka banyak lapangan pekerjaan hingga memenuhi kelayakan hidup para kaum muda.

https://p.dw.com/p/3EMNQ
Indonesier in Deutschland
Foto: DW/R. A. Putra

Jerman merupakan salah satu negara yang menjadi destinasi banyak mahasiswa di dunia untuk mengenyam studi. Tak terkecuali pelajar-pelajar dari Indonesia. Terhitung menurut data pada bulan Februari 2019 dari Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Berlin, ada 7419 mahasiswa Indonesia yang sedang menyelesaikan studinya di Jerman.

Ragam studi dan jenjangnya pun beragam. Dari jurusan kesenian hingga teknik, mulai jenjang Studienkolleg sampai doktoral. Tujuan mereka untuk menjadi pelajar di Jerman bermacam-macam. Selain biaya perkuliahan yang terbilang murah, mereka juga percaya suatu saat ilmu yang mereka emban nantinya akan digunakan untuk membangun Indonesia.

Seperti yang diungkapkan salah seorang mahasiswa jurusan Sistem Informasi bisnis di Hochschule Bonn-Rhein-Sieg, Hamzah Shafardan. "Saya ingin nantinya Indonesia memiliki banyak lapangan pekerjaan. Tentu untuk membuka kesempatan bagi semua warganya untuk berkarya,” katanya.

Saat ini mahasiswa yang akrab dipanggil Ardan tersebut berusia 20 tahun. Baginya jaminan lapangan pekerjaan bagi kaum muda Indonesia yang produktif adalah suatu keniscayaan.  Hal senada juga diamini oleh kawan sebaya Ardan serta sesama mahasiswa, Qinta Kurnia Fathia. Mahasiswi Psikologi Bisnis tersebut berharap segala profesi di Indonesia harus memiliki tingkat kelayakan penghasilan yang baik sehingga setiap orang dapat saling menghargai pekerjaan tiap individu. Untuk itu ia berharap pemerintah "dapat meratakan tingkat pendidikan di Indonesia secara menyeluruh, sehingga kesenjangan antar-daerah dapat diatasi”.

Harapan kedua mahasiswa terhadap masa depan Indonesia tersebut juga bisa menjadi cerminan sosok pemimpin yang akan mereka pilih dalam Pemilu Presiden 2019 yang akan datang. "Pilpres kali ini penting sekali. Karena Indonesia memiliki bonus demografi, jadi nantinya orang yang memimpin Indonesia itu sangat penting perannya bagi kaum muda Indonesia,” kata Qinta.

Selain Ardan dan Qinta, ada juga kawan sesama mahasiswa lainnya yaitu Sinatryasti Purwi Agfianingrum dan Kevin Olindo. Sebagai perantau di luar negeri mereka berempat sering memanfaatkan waktunya untuk berdiskusi membahas sosok presiden yang cocok bagi Indonesia. Menurut Sinatryasti atau ia biasa dipanggil Sina, keikutsertaan pertama kalinya dalam Pemilu ini membuatnya sangat antusias. "Di sini kami saling tukar pikiran tentang bagaimana sosok presiden yang baik bagi Indonesia,” ujarnya.

"Terkadang kami sulit untuk mendapatkan berita tentang Pemilu Presiden yang valid. Sebagai pemilih pemula kami harus pintar memilih mana berita yang benar dan hoaks,” kata Kevin soal banyaknya berita palsu yang marak di media sosial.

Pentingnya debat Pemilu Presiden pun dirasakan kelompok mahasiswa Indonesia di Jerman ini. Walau kecewa dengan hasil beberapa putaran debat yang lalu karena masih belum ada pembahasan konkret soal program dari kedua calon presiden, namun acara debat tersebut nantinya dapat membantu mereka untuk melihat siapa yang lebih kompeten memimpin Indonesia. "Saat ini bagi kami siapa sosok yang paling pantas memimpin Indonesia masih belum jelas. Keduanya masih menjatuhkan satu sama lain secara individu, bukan mengedepankan visi dan misi,” kata Ardan. (ap)

 

Wawancara dilakukan oleh Rizki Akbar Putra.