1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

010811 Somalia Shabaab

1 Agustus 2011

Bencana kelaparan di Afrika timur menjadi semakin parah setiap harinya. Tetapi banyak wilayah bencana dikuasai oleh milisi Al-Shabaab, yang menolak bantuan dari dunia Barat. Perundingan merupakan faktor esensial.

https://p.dw.com/p/127rj
Pengikut kelompok Al-Shabaab di Mogadishu
Pengikut kelompok Al-Shabaab di MogadishuFoto: AP

"Allahu akbar" diserukan oleh para pengikut kelompok radikal Islamis Al-Shabaab dalam pertemuan mereka. Banyak dari mereka masih amat muda. Para milisi ini ingin merekrut anak muda untuk perjuangan melawan Barat. Seperti misalnya Asad Abdi, seorang warga Somalia berusia 16 tahun, yang dibawa pamannya ke sebuah kamp teror di dekat ibukota Mogadishu.

Asad menceritakan, bahwa setiap harinya anak-anak muda dibangunkan pagi-pagi dan ada serangkaian latihan yang harus mereka lakukan. "Pertama-tama kami harus lari. Setelah itu kami belajar, bagaimana cara meloncat pagar, misalnya. Selain itu ada juga latihan dengan senjata, bagaimana cara memasukkan pelurunya dan membersihkannya. Di malam hari kami harus menonton film mengenai 'perang jihad'," ujar Asad.

Setelah beberapa minggu Asad berhasil melarikan diri dari proses cuci otak ini dan kabur ke negara tetangga Kenya. Tetapi ribuan remaja lainnya tetap dilatih menjadi pelaku serangan teror bunuh diri.

Menjadi semakin radikal

Menurut Al-Shabaab perempuan juga harus ikut jihad
Menurut Al-Shabaab perempuan juga harus ikut jihadFoto: AP

Milisi Al-Shabaab, yang artinya "kaum muda", didirikan di Somalia tahun 1998. Awalnya mereka terutama berjuang melawan pasukan Ethiopia yang ditempatkan di Somalia. Tetapi lama kelamaan, kelompok ini menjadi semakin radikal. Tokoh-tokoh garis keras kemudian mengambilalih kepemimpinan kelompok ini. Mereka bangga karena mempunyai hubungan dengan jaringan teror Al Qaida. Setelah itu rakyat Somalia diwajibkan untuk berjuang atas nama Allah.

Sheikh Ali Mohammed Hussein, seorang pemimpin milisi Al-Shabaab, beberapa bulan lalu mengatakan, bahwa perempuan juga harus ikut serta dalam perang jihad. Ia mengatakan kepada perempuan-perempuan yang sudah tua: "Kirim anak-anak kalian ke perang jihad ini, kalau kalian sendiri tidak bisa ikut serta. Beli senjata bagi anak-anak kalian, karena Al Qur'an mengatakan: mempersenjatai seseorang bagi perang jihad, sama baiknya dengan ikut serta langsung dalam perang jihad."

Perpecahan di kelompok Al-Shabaab

Milisi Al-Shabaab menguasai semakin banyak wilayah di Somalia. Pemerintah transisi yang lemah dengan dukungan pasukan Uni Afrika hanya bisa mengawasi beberapa bagian di ibukota Mogadishu. Sekarang, di masa bencana kelaparan, milisi Al-Shabaab terlihat terpecah. Beberapa pemimpin Al-Shabaab memohon kepada organisasi-organisasi kemanusiaan untuk segera mengirimkan bahan pangan, tetapi pemimpin lainnya justru mengancam akan membunuh relawan-relawan internasional. Menurut mereka, bencana kelaparan yang dilaporkan PBB hanya sebuah propaganda dan kenyataannya tidak separah itu.

Ratusan ribu warga Somalia terancam mati kelaparan jika bantuan pangan tidak segera datang
Ratusan ribu warga Somalia terancam mati kelaparan jika bantuan pangan tidak segera datangFoto: AP

Bagi para relawan, ini artinya, mereka tidak bisa mencapai dua juta orang yang menderita bencana kelaparan di Somalia Selatan, tanpa membahayakan nyawanya. Tetapi agar bisa tetap menolong, mereka mencoba menyebarkan bahan pangan melalui pekerja-pekerja lokal. Ini bisa dilakukan di beberapa wilayah.

Rashid Abdi, seorang pakar dari organisasi bantuan krisis internasional ICG (International Crisis Group), percaya, bahwa ini merupakan strategi yang benar. Menurutnya, cara ini bisa lebih sukses dibandingkan dengan operasi militer. "Harapannya adalah, bahwa cara ini bisa memperkuat para pemimpin Al-Shabaab yang moderat," ujar Rashid Abdi. "Dialog dengan mereka adalah cara terbaik. Hal ini bisa menyebabkan perpecahan di kelompok Al-Shabaab."

Tetapi yang juga jadi masalah adalah desakan waktu. Setiap hari di mana milisi Al-Shabaab memblokir bantuan pangan, bagi banyak warga Somalia artinya mati kelaparan.

Antje Diekhans/Anggatira Gollmer
Editor: Agus Setiawan