1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Militan Makin Kuat di Pakistan

16 Oktober 2009

Militer menggelar operasi besar-besar-an ke Waziristan, kawasan yang jadi basis utama kelompok militan. Aksi itu dijawab dengan serangan teror ke berbagai kota.

https://p.dw.com/p/K8j1

Harian Jerman Frankfurter Allgemeine Zeitung menulis:

Bibit-bibit ideologi islamisme sekarang berkembang jadi talibanisasi terbuka. Sebagian aparat keamanan terlalu lama memanfaatkan kelompok ekstrimis militan. Dengan kata lain, mereka benar-benar mendapat pembinaan. Serangan beruntun yang dilakukan terhadap kantor-kantor polisi, terutama serangan terhadap markas besar angkatan bersenjata, adalah bukti profesionalitas para pelakunya. Ini sekaligus membuktikan tekad kelompok militan untuk menantang negara pada pusat kekuasaannya. Pakistan tidak boleh menghindar dari tantangan ini. Negara dan masyarakatnya harus benar-benar menyadari betapa gentingnya situasi dan betapa besar ancaman saat ini. Hanya menunjuk dan mencari kambing hitam saja, seperti yang sering dilakukan, berarti menipu diri sendiri. Tindakan yang naif dan berbahaya.

Harian Austria der Standard berkomentar:

Meluasnya serangan di Pakistan merupakan petunjuk jelas bahwa ada kerjasama baru antara kelompok Taliban, yang sebagian besar terdiri dari etnis Pashtun, dengan kelompok militan Islam lain dan dengan Al Qaida. Ini adalah dampak dari politik Amerika Serikat yang keliru. Amerika Serikat hanya melihat perlawanan etnis Pashtun dalam konteks Al Qaida. Jadi ada anggapan yang salah, bahwa memerangi Taliban sama dengan memerangi Al Qaida. Padahal strategi itu justru memperkuat Al Qaida.

Tema lain yang masih jadi sorotan media adalah isu pangan dan kelaparan, setelah PBB mengeluarkan laporan situasi pangan dunia. Harian Perancis La Croix berkomentar:

Lebih dari satu miliar manusia, jadi seperenam penduduk bumi, saat ini menderita kurang gizi. Seharusnya ini bukan fakta yang mengagetkan. Semua orang bisa mengetahuinya. Ini jadi mengejutkan, karena kita tidak mau mendengar apa yang sejak bertahun-tahun diserukan oleh badan-badan PBB dan organisasi bantuan pembangunan. Alasan mengapa orang seperti menjadi tuli pada angka-angka ini sederhana saja: Jika orang mengakuinya, berarti ada kewajiban untuk memikirkan jalan keluar. Pemerintahan sering menjanjikan bantuan dan mengaitkannya dengan berbagai sasaran. Ini untuk menenangkan mereka yang tidak sabar. Namun janji-janji itu kemudian tidak dipenuhi.

Harian Inggris Guardian menyoroti pembayaran bonus bagi para manajer bank, yang sekarang mulai dilakukan lagi. Harian ini menulis:

Bank Goldman Sachs akhir tahun ini akan membayar bonus kepada para bankir rata-rata senilai 323.000 pound sterling per orang. Ini merupakan pembayaran bonus yang tertinggi, hanya satu tahun setelah krisis hampir meruntuhkan Wall Street. Goldman Sachs tentu punya uang sebanyak itu. Bank ini baru saja mengumumkan kenaikan laba empat kali lipat dalam kuartal terakhir. Untuk memberi kesan baik, Goldman menyumbang 122 juta pound sterling ke sebuah yayasan yang bergerak dalam bidang pendidikan, sebagai tanda terima kasih kepada para pembayar pajak Amerika Serikat untuk upaya penyelamatan bank. Dana yang tak seberapa bagi Goldman Sachs, sebab langkah penyelamatan itu menelan biaya 10 miliar dollar AS, menggerogoti anggaran belanja Amerika Serikat, dan mengantar kita pada resesi terburuk sejak puluhan tahun.

HP/EK/dpa/afp