1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
Sosial

Muak oleh Propaganda, Atlet Iran Membelot ke Eropa

13 Januari 2020

Iran kehilangan satu-satunya atlet perempuan pemenang medali olimpiade yang memilih meninggalkan tanah kelahirannya lantaran muak dijadikan alat propaganda. Kimia Alizadeh kini mencari perlindungan di Eropa.

https://p.dw.com/p/3W6dt
Kimiya Alizadeh Iran Olympia Rio 2016
Foto: Isna

Lewat media sosial Kimia Alizaedh menjelaskan alasannya menanggalkan kewarganegaraan Iran. Atlet taekwondo yang memenangkan medali perunggu pada Olimpiade Rio de Janeiro 2016 itu sedang mencari suaka di Eropa.

"Tidak ada yang mengundang saya ke Eropa dan saya tidak juga mendapat tawaran (bermigrasi). Tapi saya menerima rasa sakit akibat rindu tanah air karena saya tidak ingin lagi menjadi bagian dari hipokrisi, kebohongan dan ketidakadilan ini."

Baca juga: Ramai di Medsos, Dilarang Nonton Bola di Stadion Perempuan Iran Bakar Diri

Tanpa gereget, pemerintah Iran bereaksi santai pada kabar muram dari Alizadeh. Kesaksiannya itu diumbar ketika otoritas Teheran sedang sibuk menghadapi kisruh politik di luar dan dalam negeri. Pekan lalu Garda Revolusi keliru menembak pesawat penumpang milik Ukraina dan membunuh semua penumpang yang sebagian besar berasal dari Iran.

"Saya belum membaca unggahan Kimia," kata Mahin Farhadizadeh, Wakil Menteri Olahraga Iran, kepada kantor berita ISNA. "Sejauh yang saya tahu dia memang selalu berambisi melanjutkan studinya di bidang Fisioterapi."

Alizadeh menuding pemerintah Republik Islam mengurung atlet perempuan lewat serangkaian aturan berpakaian dan penampilan yang ketat. "Saya adalah satu dari jutaan perempuan Iran yang ditindas yang selama bertahun-tahun menjadi mainan pemerintah," tukasnya dalam sebuah unggahan di Instagram.

"Saya mengenakan apapun yang mereka perintahkan dan mengulangi apa yang mereka inginkan. Saya mengulangi setiap kalimat yang mereka wajibkan kepada saya," tulis Alizadeh lagi.

"Tidak seorangpun dari kami yang berharga di mata mereka. Kami hanya alat."

Dia meyakini pemerintah Iran hanya berniat mengeksploitasi prestasi olahraganya untuk kepentingan politik. Sudah begitu, Alizadeh kerap menjadi korban ujaran merendahkan oleh pejabat yang gemar melontarkan komentar seperti, "adalah tidak bermoral bagi perempuan untuk merenggangkan kakinya!"

Alizadeh mengaku medali perunggu yang dia raih untuk cabang taekwondo kelas 57kg di Brazil merupakan hadiah bagi perempuan Iran.

Baca juga: Perempuan Iran Tuntut Perubahan di Negaranya

Dalam surat pernyataannya, sang atlet sempat meragukan keputusannya sendiri. "Haruskah saya memulai dengan halo, selamat tinggal atau ucapan duka? Halo perempuan Iran yang tertindas, selamat tinggal bangsa yang bermartabat, turut berbela sungkawa bagi mereka yang selalu berduka."

Alizadeh menjadi atlet ketiga Iran yang undur diri dan pindah kewarganegaraan. Desember silam Federasi Catur Iran melaporkan juara dunia Alireza Firouzja memutuskan berhenti mewakili negeri sendiri dalam turnamen internasional karena dilarang berkompetisi melawan pecatur Israel.

Tiga bulan sebelumnya Federasi Judo Internasional mengabarkan atlet Iran Saeid Mollaei menolak pulang ke kampung halaman karena mengkhawatirkan keselamatan sendiri. Dalam sebuah turnamen dunia dia mengabaikan perintah federasi nasional untuk membatalkan pertandingan melawan atlet Israel.

rzn/vlz (rtr, ap)