1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

140710 Megacitys Mumbai LANG

21 Oktober 2010

Lebih 20 juta orang tinggal di Mumbai. Kota pelabuhan ini merupakan motor ekonomi India yang tengah booming. Meski banyak perkembangan positif dalam tahun-tahun terakhir ini, kemiskinan meluas di megacity itu.

https://p.dw.com/p/PjwF
Bangunan tinggi yang menjulang diantara perkampungan kumuh di MumbaiFoto: DW/ Disha Uppal

Lebih 20 juta orang tinggal di Mumbai, kota terbesar di India. Kota pelabuhan ini merupakan motor ekonomi India yang tengah booming. Meski banyak perkembangan positif dalam tahun-tahun terakhir ini, kemiskinan meluas di megacity itu.

Kota Penuh Kontradiksi

Kontradiksi yang dimiliki kota Mumbai menarik perhatian banyak penulis, dan ditemakan dalam karya-karya mereka, begitu juga Altaf Tyrewala. Dalam novelnya "No God In Sight" ia menceritakan kontradiksi di Byculla, salah satu wilayah tertua di Mumbai tempat ia dilahirkan.

"No God In Sight§ bisa diterjemahkan sebagai §Tak Ada Tuhan Yang Tampak§. Itulah judul novel pertama Altaf Tyrewala, pengarang berusia 33 tahun asal India. Ia menulisnya dalam bahasa Inggris, bahasa yang umum dipakai di negaranya, disamping bahasa nasional Hindi. Menurut Tyrewala, novel beserta judulnya terinspirasi oleh kondisi kota kelahirannya, Mumbai.

"Mumbai itu tempat kelahiran saya. Tapi juga merupakan tempat, yang tanpa disengaja melatar belakangi kesadaran yang tumbuh pada banyak orang. Bagi saya pribadi, Mumbai merupakan tempat di mana saya berkembang sebagai manusia, dan juga bagi semua langkah mundur yang saya lakukan," demikian Tyrewala mengatakan tentang kota kelahirannya.

Kultur-Projekt Megacities Freizeit
Pantai Juhu di sebelah barat kota Mumbai: tempat warga Mumbai sejenak melepaskan kepenatan keseharian merekaFoto: DW

Mumbai, Bagian dari Novel

Mumbai adalah kota yang tepat untuk melihat perbedaan antara pesatnya kemajuan dengan ketertinggalan yang dialami masyarakat. Lebih separuh penduduk Mumbai tak bisa mendapatkan air bersih, tinggal di gubuk beratap seng. Sementara di bagian kota yang lain, terdapat sedikitnya 200 klinik diet. Mumbai adalah kota terkaya di India dan yang paling kotor. Organisasi kesehatan dunia, WHO menyatakan, udara Mumbai sama kotornya seperti paru-paru orang yang merokok dua pak sehari.

Tapi bukankah Mumbai itu sendiri bagaikan sebuah novel? Altaf Tyrewala, mengiyakan. Tambahnya, sebuah novel yang ditulis oleh kekuatan magi. Menegangkan, dan rumit. Bagi Tyrewala, kota ini penuh dengan cerita-cerita menarik. Banyak diantaranya yang belum didengar.

Kota Harapan

Seorang rekan Tyrewala, penulis terkenal Kiran Nagarkar pernah menulis: kota besar itu bagai narkoba, bisa sangat dibenci. Tapi bagi yang terlanjur kecanduan, lebih baik mempertaruhkan nyawa daripada tidak merasakan kota itu. Gambaran ini terlalu bombastis menurut Tyrewala. Mumbai bagi dia, hanyalah kota yang membuka peluang untuk berharap.

"Masih ada perasaan di sini bahwa saya bisa meraih cita-cita dan suatu hari menjadikan impian saya kenyataan. Sebuah apartemen yang sempurna, dengan jendela yang menampilkan pemandangan indah, serta utopia bahwa saya akan punya cukup uang di bank, sehingga tanpa rasa cemas bisa menulis novel saya yang kedua atau yang ketiga," dikatakan Altaf Tyrewala.

Kultur-Projekt Megacities Ein Kontrast in der Stadt
Dharavi, salah satu wilayah kumuh terbesar di Asia, dengan penduduk yang mencapai hampir satu juta jiwaFoto: DW

Altaf Tyrewala tinggal bersama istri, ibu serta putranya yang baru berusia 10 bulan. Apartemennya kecil di sebuah gedung tinggi di Bycullas. Keluarganya liberal, pengikut Ismailiyah ajaran Aga Khan. Di India, Mumbai adalah kota yang paling multikutural. Meski begitu kaum Muslim dan agama Islam kerap menghadapi pandangan penuh prasangka. Pergantian tahun 1992 -1993 berlangsung bentrokan hebat antara kaum Hindu dan Muslim.. Diperkirakan, sekitar 900 orang tewas akibatnya. Kebanyakan pengikut Islam. Tema ini berulang kali muncul dalam bukunya „No God In Sight“. Seorang tokoh cerita itu bernama Avantika. Beragama Hindu, ia menentang keluarganya dan menikah dengan seorang lelaki Muslim.

Altaf Tyrewala Autor
Altaf TyrewalaFoto: DW

Ribuan orang datang ke Mumbai setiap tahunnya untuk bekerja, mencari kebahagiaan. Ada yang sukses, banyak yang tidak. Bagi kalangan menengahpun tidak mudah untuk memiliki rumah sendiri. Altaf Tyrewala mengenal masalahnya dengan baik. Sejak berbulan-bulan ia mencari apartemen baru untuk dibeli. Ia ingin tinggal di kawasan yang multibudaya dan tidak eksklusif. Namun sampai kini, ia belum berhasil.

Disha Uppal/Edith Koesoemawiria

Editor: Ging Ginanjar