1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

080410 Taliban Kundus Bundeswehr

9 April 2010

Keberadaan Taliban di Kundus lebih kuat daripada yang selama ini diketahui pihak di luar Afghanistan. Mereka menentukan situasi di kota-kota yang ditinggalkan.

https://p.dw.com/p/MrjP
Tentara Jerman Bundeswehr yang tergabung dalam misi ISAF di AfghanistanFoto: AP

Militer Jerman dengan 750 personilnya di kawasan Kundus itu tampaknya tidak bisa berbuat banyak. Banyak penduduk Kundus mengeluhkan situasi sulit yang mereka hadapi.

"Kerusuhan yang kadang-kadang terjadi di sejumlah daerah menyebabkan anak-anak kami tidak bisa pergi ke sekolah lagi. Taliban menghalang-halangi mereka“, kata Amanullah Nabizada tinggal di Jarbashi, desa yang terletak jauh dari pusat Kundus. Ia mengharapkan penempatan tetap tentara Afghanistan di desanya.

Keinginan yang sulit dipenuhi. Untuk menjaga keamanan bagi sekitar 1 juta orang di Kundus, hanya tersedia sekitar 300 tentara Afghanistan dan 1200 polisi yang miskin persenjataan.

Muhammad Omar, Gubernur Provinsi Kundus mengatakan, "Pada masa kekuasaan Taliban, Kundus adalah salah satu pusat pertahanan mereka. Ketika itu, banyak pejuang ditempatkan di sini, dari Chechnya, Uzbekistan dan negara-negara Arab. Sekarang mereka kembali ke sini lewat jalur yang berbeda-beda. Mereka kenal baik daerah ini.“

Taliban dan para sekutunya, yang disebut kaum jihadis internasional, bertambah kuat setiap tahunnya, kata Omar. Gubernur Kundus itu memperkirakan, jumlah militan bersenjata di provinsinya berkisar 500 sampai 1000 pejuang. Tujuan utama mereka mengembalikan Kundus sebagai daerah kekuatan Taliban. Alasannya beragam, seperti diungkap pakar Afghanistan Conrad Schetter dari Pusat Penelitian Pembangunan di Bonn.

"Mereka tahu, pasukan NATO di selatan, Kandahar dan Helmand, melancarkan serangan sangat kuat terhadap Taliban. Jadi mereka mencoba menggencarkan serangan di Kundus agar tekanan di selatan beralih. Itu alasan pertama“, kata Schetter.

Alasan lain, tambah Schetter, adalah niat Taliban untuk menguasai jalan-jalan utama di wilayah utara Afghanistan. Tidak lama lagi, sebagian besar logistik untuk pasukan NATO dari Rusia dan Asia Tengah diangkut lewat jalan-jalan itu. Taliban dan para sekutunya menyiapkan diri untuk pertempuran besar, kata Schetter.

Ia menuturkan, "Ketika musim dingin ini para pejuang Taliban mundur ke Pakistan, mereka memboyong keluarganya. Pertanyaannya, apakah mereka kembali ke Afghnistan tanpa keluarga. Jika benar demikian, itu buruk. Artinya, mereka siap untuk bertempur sampai titik darah penghabisan. Musim panas ini akan menyengat bagi militer Jerman, Bundeswehr.“

Merujuk pada situasi berbahaya di Afghanistan, Schetter menyarankan agar Bundeswehr menambah pelatihan bagi tentaranya. Saat ini hanya sedikit satuan elit yang cocok bagi misi di Afghanistan.

"Selain tidak menguasai bahasa dan budaya setempat, pengetahuan para tentara tentang perang gerilya juga kurang. Mengandalkan perang dengan cara lama tidak akan membawa hasil. Itu sudah kelihatan Jumat pekan lalu dalam pertempuran dengan Taliban“, kata Schetter.

Faktanya, tugas Bundeswehr di Afghanistan tidak akan bertambah ringan. Conrad Schetter dari Pusat Penelitian Pembangunan di Bonn kuatir, dalam bulan-bulan mendatang, tentara Jerman malah tak punya waktu untuk menunaikan tugas mereka sesungguhnya, yaitu membantu pembangunan kembali Afghanistan.

Ratbil Shamel/Renata Permadi

Editor: Hendra Pasuhuk