1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Myanmar Perangi Obat Bius

16 Juli 2012

Otoritas Myanmar Senin (16/07) mendapat pujian dalam usaha memerangi narkotika, pasca penggerebekan atas pabrik obat bius bernilai jutaan dollar di negara bagian Shan. Myanmar bertekad memerangi narkotika.

https://p.dw.com/p/15YQN
Presiden Thein Sein bertekad memerangi narkotikaFoto: AP

Polisi menangkap sembilan tersangka dengan 73 kilogram "kristal es" methampethamine serta 274 kilogram meth cair bersama perlengkapan peralatan pembuatan narkotika serta sebuah pistol dalam penggerebekan di sebuah rumah di Laukkai, 9 Juli lalu. Demikian media setempat melaporkan.

Para pejabat menyebut penggerebekan ini bernilai lebih dari empat juta dollar Amerika."Ini adalah penggerebekan terbesar kami sepanjang sejarah" kata seorang pejabat senior di Kementerian Dalam Negeri Myanmar yang tak bersedia disebutkan namanya.

Bisnis Obat Bius Pemberontak

Produk obat sintetik dan budidaya opium dikenal lazim di wilayah terpencil di perbatasan Myanmar, di mana kelompok pemberontak etnik bersenjata menggunakan keuntungan dari penjualan narkotik untuk membiayai operasi mereka.

Pemerintahan Presiden Thein Sein yang reformis, telah menandatangani perjanjian damai dengan sejumlah kelompok pemberontak etnik bersenjata sebagai bagian dari transisi politik di negara itu. Pemerintah Myanmar telah mengumumkan target mereka untuk memberantas narkotika hingga tahun 2014.

Produsen Opium Terbesar Kedua Dunia

Negara yang kini pelan-pelan melakukan transisi setelah puluhan tahun di bawah junta militer yang represif itu, dikenal sebagai tempat penanaman opium terbesar kedua di dunia setelah Afghanistan.

Negara bagian Shan adalah sumber terbesar tablet methampethamine, demikian menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa PBB. Bulan Mei lalu, pemerintah Myanmar dan pemberontak Shan menjalin kesepakatan untuk menghapuskan produksi obat-obatan terlarang di Negara bagian timur laut tersebut.

Pejabat Myanmar mengatakan bahwa penggerebekan terakhir ini menghadapi banyak rintangan dan resiko, sambil menambahkan bahwa "Dulu kami tak punya pengalaman menggerebek sebuah pabrik yang memproduksi obat-obatan terlarang."

ab/ afp