1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

NASA Umumkan Rencana Dua Misi Baru ke Venus

John Culatto
4 Juni 2021

NASA berencana meluncurkan dua misi baru ke Venus pada 2028 hingga 2030 untuk mencari tahu mengapa planet itu menjadi bagaikan "neraka", sedangkan Bumi tidak. Padahal Venus adalah ''saudaranya'' planet Bumi.

https://p.dw.com/p/3uNr9
«DaVinci+» und «Veritas»: Nasa plant zwei Missionen zur Venus
Foto: NASA/AP/dpa/picture alliance

Badan antariksa Amerika Serikat NASA mengumumkan rencana pada Rabu (03/06) untuk dua misi barunya ke Venus. Misi ini menjadi yang pertama dalam beberapa dekade untuk menjelajahi planet tetangga paling dekat ke Bumi itu. 

"Dua misi bersaudara ini sama-sama bertujuan untuk memahami bagaimana Venus menjadi dunia bak neraka, dengan suhu permukaan rata-rata 480°Celsius yang mampu melelehkan timah," kata Bill Nelson, administrator baru NASA.

Dalam rilisnya, NASA menambahkan bahwa sejatinya planet Venus memiliki banyak kesamaan karakteristik dengan Bumi.

"Misi ini akan menawarkan kesempatan kepada seluruh komunitas sains untuk menyelidiki planet yang belum pernah kita kunjungi lagi selama lebih dari 30 tahun."

Misinya diberi nama DAVINCI+ (Deep Atmosphere Investigation of Noble gases, Chemistry and Imaging), yang terutama hendak meneliti atmosfer Venus. Sementara misi lainnya diberi nama VERITAS (Venus Emissivity, Radio Science, InSAR, Topography, and Spectroscopy) terutama untuk pemetaan permukaan planet Venus.

Seolah menemukan kembali planet ini

Program penjelajahan dan riset NASA ini mendapat anggaran $500 juta (Rp 7 trilun) untuk dua misi tersebut yang akan berlangsung antara 2028 hingga 2030. Misi terakhir ke Venus yang dipimpin AS dilakukan pada tahun 1978.

Meskipun misi tersebut dipimpin oleh NASA, Badan Antariksa Jerman (German Aerospace Center/DLR) akan memasok peralatan pemetaan inframerah. Sementara, Badan Antariksa Italia dan Pusat Nasional Prancis d′Etudes Spatiales akan menyediakan radar dan peralatan lainnya untuk misi tersebut.

"Mengherankan betapa sedikit yang kita ketahui tentang Venus, tetapi hasil gabungan dari misi ini akan memberi tahu kita tentang planet ini mulai dari awan di langitnya hingga gunung api di permukaannya sampai ke intinya," kata Tom Wagner, ilmuwan Program Penemuan NASA.

"Misi Ini akan membuat kita seolah-olah menemukan kembali planet ini," tambahnya. 

Dua misi baru NASA ke Venus diberi nama DaVinci+ dan Veritas
Dua misi baru NASA ke Venus diberi nama DaVinci+ dan VeritasFoto: Bill Ingalls/NASA/AP/dpa/picture alliance

Apa tujuan dari kedua misi tersebut?

Investigasi Atmosfer Dalam untuk Gas Mulia, Kimia, dan Pencitraan (DaVinci+) akan mencoba mencari tahu asal-usul atmosfer karbon dioksida Venus.

Misi ini bertujuan mengetahui apakah planet venus pernah memiliki lautan sebelumnya. DaVinci+ akan mengukur elemen planet untuk mencoba mencari tahu penyebab intensnya gas rumah kaca.

Misi ini juga akan mengirimkan gambar pencitraan resolusi tinggi pertama dari "terrerae" planet Venus, yang dapat membantu memberikan informasi inovatif kepada para ilmuwan tentang bagaimana planet itu terbentuk.

Misi kedua yang dijuluki Veritas (Emisivitas Venus, Radio Sains, InSAR, Topografi dan Spektroskopi) akan berusaha memetakan permukaan berbatu planet.

Para ilmuwan berharap dapat mempelajari sejarah geologis planet ini dan memahami bagaimana Venus berkembang secara berbeda dari Bumi. Dengan memetakan emisi inframerah, para peneliti akan dapat menentukan jenis batuan apa yang terletak di bawah atmosfer tebal planet ini.

Venus sering disebut saudara planet Bumi karena ukuran dan komposisinya yang mirip. NASA percaya, pada satu titik, Venus mungkin merupakan "dunia layak huni pertama di tata surya", tetapi sekarang jadi yang terpanas, meskipun tidak paling dekat dengan matahari.

Para ilmuwan sejak lama menemukan, Venus berotasi kebalikan dari Bumi. Satu tahun Venus lebih lambat dari satu harinya. Satu hari di Venus rata-rata berlangsung selama 243 hari Bumi. Sedangkan satu tahun di Venus berlangsung selama 224 hari Bumi. Apa penyebab fenomena itu walaupun terdapat sejumlah teori yang paling masuk akal, tetap belum diketahui pasti,.

Penulis: John Culatto (pkp/as)