1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

NATO Cemaskan Senjata Kimia Suriah

24 April 2013

Menlu AS John Kerry mendesak NATO membahas tindakan jika Suriah menggunakan senjata kimia. Amerika Serikat dan Rusia akan melakukan penyelidikan.

https://p.dw.com/p/18Lmg
Belgium's Foreign Minister Didier Reynders (L), his Turkish counterpart Ahmet Davutoglu (C) and U.S. Secretary of State John Kerry attend NATO meeting in Brussels April 23, 2013. REUTERS/Yves Herman
Pertemuan Menlu NATO di BrusselFoto: Reuters

Menteri Luar Negeri AS John Kerry mengatakan hari Selasa (23/04/13) NATO harus membuat rencana tentang apa yang akan dilakukan jika terbukti bahwa Suriah menggunakan senjata kimia.

”Kami sebaiknya dengan cermat dan secara kolektif memikirkan bagaimana NATO menanggapi dan melindngi anggotanya dari ancaman Suriah, termasuk ancaman penggunaan senjata kimia,” kata Kerry dalam pertemuan NATO di Brussel, Belgia.

Israel menuduh Suriah sudah beberapa kali menggunakan senjata kimia. Pejabat Intelijen Militer Israel Brigadir Jendral Itai Baron menyatakan di Tel Aviv, ada bukti kuat bahwa senjata kimia digunakan pasukan pemerintah dalam serangan terhadap pemberontak.

Isreal sudah mengumpulkan bukti-bukti termasuk foto-foto korban. Senjata kimia yang digunakan kemungkinan besar mengandung gas sarin. Menurut Itai Baron, korban serangan itu menunjukkan gejala terkena gas saraf.

Belum Ada Bukti Konkret

Pemerintah Amerika Serikat menyatakan, belum ada bukti konkret tentang penggunaan senjata kimia dalam perang Suriah. Presiden Obama sebelumnya menyatakan bahwa pengerahan senjata kimia adalah sebuah garis merah yang akan mengundang konsekuensi keras.

Juru bicara Gedung Putih Jay Carney menerangkan, Washington menanggapi tuduhan dari Israel secara serius, namun akan menyelidiki bukti-bukti yang konklusif sebelum menetapkan langkah selanjutnya.

”Kami belum tiba pada kesimpulan bahwa sudah ada penggunaan seperti itu,” kata Jay Carney kepada wartawan. Namun ia menegaskan, isu senjata kimia adalah sesuatu yang harus ditanggapi dengan serius oleh Amerika Serikat dan mitra-mitranya.

Menlu AS John Kerry dan rekan sejabatnya dari Rusia, Sergei Lavrov, juga sudah membahas situasi di Suriah. Lavrov menerangkan kepada wartawan, semua indikasi tentang penggunaan senjata kimia harus ”dipelajari dengan hati-hati”.

Bantuan Untuk Oposisi

Dalam pertemuan di Brussel, John Kerry meminta NATO memainkan peran lebih besar menghadapi situasi krisis. ”Kita harus meninjau lagi peran NATO dalam hubungannya dengan krisis Suriah,” kata Kerry di hadapan para menteri luar negeri NATO.

Ia mendesak anggota NATO untuk memberi bantuan lebih banyak terhadap oposisi di Suriah. ”Saya ingin mengingatkan Anda dan pemerintahan Anda agar menambah bantuan material dan dukungan politik kepada koalisi oposisi, yang punya visi bersama tentang masa depan Suriah. Dan kita harus memastikan bahwa bantuan hanya disalurkan melalui mereka,” kata Kerry.

Konflik di Suriah berawal dari gerakan perlawanan bulan Maret 2011 yang berkembang menjadi perang saudara. PBB memperkirakan, perang saudara itu sudah menelan korban lebih 70.000 orang tewas.


HP/YF (rtr, dpa)