1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

NATO Lancarkan Serangan Udara Baru di Tripoli

28 Mei 2011

Dalam lima hari berturut-turut NATO melancarkan serangan udara ke Tripoli. Saat ini Rusia juga menuntut Muammar Gaddafi untuk mundur

https://p.dw.com/p/11Pnu
Kelompok perlawanan Libya di Misrata
Kelompok perlawanan Libya di MisrataFoto: picture alliance / dpa

Sabtu dini hari (28/05) Tripoli, Libya, diguncang beberapa ledakan. Seperti yang dilaporkan kantor berita AFP, sumber ledakan itu berada di dekat pusat kota, tepatnya di kawasan Bab al Aziziya. Salah satu rumah Muammar Gaddafi terletak di kawasan itu. Sebelumnya kantor berita Libya Jana melaporkan, sejumlah gedung sipil di wilayah Al Kariet, Tripoli menjadi sasaran serangan.

Televisi pemerintah Libya dan stasiun televisi Al Arabiya juga melaporkan serangan udara baru NATO terhadap Tripoli. Menurut laporan televisi pemerintah, pesawat tempur NATO juga melancarkan serangan terhadap kawasan dekat Misda, Libya selatan.

Asap membumbung tinggi dari sasaran serangan udara NATO di Tripoli, Libya.
Asap membumbung tinggi dari sasaran serangan udara NATO di Tripoli, Libya.Foto: picture alliance/dpa

Medvedev: Gaddafi Harus Mundur

Sebelumnya, pemerintah Rusia menuntut Gaddafi untuk mundur dari kekuasaan. "Ia harus pergi," ujar Presiden Dmitry Medvedev, Jumat (27/05), di sela-sela pertemuan puncak G-8 di Perancis. Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Rjabkov juga tidak mengakui pemerintahan Gaddafi. "Kami seharusnya membantu Gaddafi mundur dari jabatannya," kata Rjabkov. Kedua pernyataan ini menegaskan perubahan sikap Rusia terhadap pimpinan di Tripoli. Sebelumnya Rusia sangat tajam mengkritik serangan udara NATO terhadap militer Gaddafi.

Lebih lanjut Medvedev mengatakan bahwa dirinya telah mengirim utusan khususnya ke kubu oposisi di kota Benghazi. Ditambahkannya, Rusia juga membuka kemungkinan untuk menjadi juru penengah. Namun, negaranya tidak bersedia menerima Gaddafi.

Dalam KTT G-8 di Deauville, negara-negara yang hadir menegaskan bahwa Gaddafi tidak punya masa depan di Libya yang bebas dan demokratis.

Pemerintah Libya Bersikap Keras Kepala

Kelompok perlawanan Libya di Misrata
Kelompok perlawanan Libya di MisrataFoto: AP

Pemerintah Libya menyatakan tidak terpengaruh tuntutan internasional bahwa Gaddafi harus mundur. Wakil Menteri Luar Negeri Libya Chaled Kaaim, Jumat, menolak tawaran mediasi Rusia. Tripoli tidak menerima mediasi yang bisa melemahkan rancangan perdamaian Uni Afrika. Demikian ditegaskan Kaaim. Ia menambahkan, setiap penyelesaian konflik harus disampaikan lewat Uni Afrika.

Kamis (26/05), Uni Afrika dalam sidang khusus di Addis Abeba, Ethiopia mendesak diakhirinya semua pertempuran di Libya. "Kelanjutan operasi militer pimpinan NATO menyulitkan semua upaya demokratisasi di Libya," demikian dijelaskan dalam deklarasi KTT Uni Afrika. Lebih lanjut dalam deklarasi disebutkan, yang penting adalah solusi politis. Aksi militer, menurut Uni Afrika, juga berlawanan dengan tujuan melindungi warga sipil. Uni Afrika juga menegaskan, gencatan senjata penting agar pengiriman bantuan kemanusiaan bisa dimulai.

Sejak Maret tahun ini, NATO melancarkan serangan terhadap pasukan Gaddafi berdasarkan Resolusi PBB. NATO juga mendukung kelompok perlawanan yang menuntut diakhirinya kekuasaan diktator Libya. Saat ini perang saudara di Libya pun mengalami jalan buntu.

Luky Setyarini/Marjory Linardy/dpa/rtr/afp/DW