1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

NATO Rapatkan Barisan Hadapi Serangan Cyber

5 Juni 2013

Pakta Pertahanan Atlantik Utara, NATO, sepakat membentengi diri terhadap ancaman dari dunia maya. Namun ke-28 menteri pertahanan masih berselisih soal bantuan langsung buat negara anggota.

https://p.dw.com/p/18jpl
Foto: picture-alliance/dpa

Situasi yang digambarkan Sekretaris Jendral NATO Anders Fogh Rasmussen terkesan serius dan penuh urgensi, "Serangan-serangan cyber semakin sering, rumit dan berbahaya," ujarnya di tengah pertemuan menteri-menteri pertahanan NATO. "Serangan itu dilancarkan tanpa peringatan dari siapapun dan dampaknya bisa sangat berbahaya," tambahnya.

Sejauh ini NATO sering dikritik tidak berdaya melindungi anggotanya dari serangan di dunia maya. Tahun 2007 Estonia, yang menjadi anggota sejak 2004, mendapat serangan intensif terhadap bank data pemerintahan. Sejak saat itu NATO menyadari ancaman yang datang dari dunia maya, namun cuma mampu bereaksi pasif. Tahun lalu saja organisasi pertahanan multinasional itu mencatat 2.500 serangan terhadap jejaring internet milik sendiri.

Task Force mulai Oktober

"Serangan menyusup dan kotor," terhadap jaringan listrik, pasar keuangan dan instansi pertahanan harus dilawan, kata Menteri Pertahanan AS Chuck Hagel. Ia terutama merujuk pada serangan spionase dunia maya yang jumlahnya belakangan terus meningkat. Cina dicurigai mendalangi aksi-aksi tersebut.

Kini ke-28 menteri pertahanan sepakat membentuk Task Force yang akan mulai aktif awal Oktober mendatang dan bertugas melindungi serta mengungkap serangan-serangan cyber terhadap anggota NATO.

NATO-Verteidigungsministertreffen in Brüssel
Pertemuan tingkat menteri pertahanan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) di Brussels, Belgia, Senin (4/6)Foto: John Thys/AFP/Getty Images

Kendati begitu organisasi yang bermarkas di Brussels, Belgia, itu gagal menyepakati mekanisme internal, jika salah satu negara anggota meminta bantuan terkait serangan cyber.

Ancaman berupa pengetatan anggaran

Sebagian negara anggota bersikeras, pertahanan terhadap infrastruktur nasional, seperti misalnya jaringan komunikasi, adalah urusan dalam negeri pemerintahan masing-masing. Menteri Pertahanan Jerman Thomas de Maizière adalah salah seorang yang paling vokal mempertahankan argumen tersebut.

Sebagian negara lain melihat sebaliknya, keberadaan NATO adalah untuk melindungi negara anggota, "Ancaman tidak berakhir di garis batas embarkasi, dan pertahanan juga tidak berakhir di sana, " kata Rasmussen.

Ironisnya ancaman terbesar terhadap upaya NATO ini justru datang dari anggota sendiri. Rasmussen mewanti-wanti terhadap pengetatan anggaran pertahanan. Buat sebagian negara yang tengah dililit masaah ekonomi, pertahanan acap menjadi resor pertama yang menjadi korban.

rzn/yf (dpa/rtr/ap)