1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Abschluss NATO Berlin

16 April 2011

Para Menlu NATO menutup pertemuan dua hari di Berlin, yang didominasi tema Libya. Namun kebersamaan yang digadang-gadang, tampil lebih besar dalam pertemuan NATO-Rusia tentang sistem pertahanan anti rudal.

https://p.dw.com/p/10uWf
Die Nato-Außenminister treffen sich am Freitag (15.04.2011) in Berlin im Außemministerium zum Nato-Russland-Rat. Die Außenminister des westlichen Verteidigungsbündnisses treffen sich für 2 Tage in Berlin, um die Themen Libyen, Afghanistan und Raketenabwehr zu erörtern. Foto: Maurizio Gambarini dpa/lbn +++(c) dpa - Bildfunk+++
Pertemuan dua hari di Berlin, ditutup Jumat (15/04).Foto: picture alliance/dpa

Sistem pertahanan anti rudal bersama harus diwujudkan. Pada pertemuan di Berlin, hari Jumat (15/04), NATO dan Rusia meneguhkan apa yang dulu disepakati di Lisabon. Seperti sebelumnya, perlindungan terhadap serangan rudal merupakan tema yang peka karena menyangkut kepentingan keamanan nasional.

Pemerintah Rusia bereaksi sangat sensitif saat menyatakan tidak merasa cukup dilibatkan oleh NATO. Namun dalam pertemuan Dewan NATO-Rusia yang muncul adalah isyarat kerjasama.

Sekjen NATO Anders Fogh Rasmussen merangkum, "Kami memikirkan tentang dua sistem terpisah, satu dari NATO, dan satunya lagi Rusia, tetapi dengan tujuan bersama. Kedua sistem ini harus terkait erat satu sama lain, bertukar data, dan dengan begitu memperbaiki keseluruhan arsitektur keamanan."

Außenminister Guido Westerwelle (FDP, r) und NATO-Generalsekretär Anders Fogh Rasmussen (l) begrüßen am Freitag (15.04.2011) den russischen Außenminister Sergej Lawrow (M) während des Treffens der Nato-Außenminister in Berlin. Die Außenminister des westlichen Verteidigungsbündnisses treffen sich für 2 Tage in Berlin, um die Themen Libyen, Afghanistan und Raketenabwehr zu erörtern. Foto: Hannibal dpa/lbn
Menlu Rusia Sergey Lavrov diapit Sekjen NATO Anders Fogh Rasmussen (ki) dan Menlu Jerman Guido Westerwelle (ka).Foto: picture alliance/dpa

Pihak yang juga puas dengan hasil ini adalah Menlu Jerman Guido Westerwelle, tuan rumah pertemuan di Kementrian Luar Negeri, Berlin. Rencana sistem pertahanan anti rudal yang sama, pernah membuat AS dan Rusia bersitegang.

"Tujuannya haruslah membuat sengketa di masa lalu menjadi visi bersama untuk masa depan, visi bersama bagi keamanan kita bersama", kata Westerwelle.

Kebersamaan yang tidak terlalu besar dalam soal Libya. Selama Jerman tidak terlibat dalam misi militer NATO, Perancis dan Inggis menilai serangan yang lebih besar harus dilakukan. Dalam pertemuan dua hari di Berlin yang berakhir Jumat, ke-28 Menlu NATO menyepakati pernyataan yang dapat berlaku sebagai konsensus minimal.

Serangan udara NATO akan dilanjutkan sampai terpenuhinya tiga kondisi, kata Rasmussen, "Pertama, semua serangan dan ancaman terhadap warga sipil harus dihentikan. Kedua, pasukan Gaddafi harus kembali ke barak, dan harus segera ada pintu masuk bagi bantuan kemanusiaan."

Pressesaal der NATO-Tagung, NATO-Tagung der Außenminister, Berlin, 14.04.2011, Foto: Panagiotis Kouparanis
Pertemuan Menlu NATO di Berlin.Foto: DW

Tekanan harus dipertahankan, sampai Gaddafi angkat kaki. Tidak terbayangkan bahwa serangan terhadap warga sipil dihentikan, selama Gaddafi masih berkuasa, kata Sekjen NATO. Pengerahan pasukan infanteri tidak dibahas para menlu, dan memang hal itu tidak tercakup dalam mandat yang diberikan PBB.

Krisis Libya membawa NATO dan Uni Eropa duduk di satu meja. Utusan dari total 34 negara ingin bertemu dalam waktu dekat untuk membicarakan tindakan berikutnya terhadap penguasa Libya, Muammar Gaddafi. Uni Eropa menawarkan kepada PBB untuk menjamin pengiriman bantuan bagi rakyat Libya dengan pengamanan tentara. Tetapi sampai saat ini PBB belum menyatakan bahwa misi semacam itu dibutuhkan.

Nina Werkhäuser/ Renata Permadi

Editor: Rizki Nugraha