1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

130410 BRIC-Staaten politische Schnittmengen

14 April 2010

Hari Kamis dan Jum'at (15-16/04) negara-negara BRIC bertemu untuk kedua kalinya, kali ini di Brazil. Dalam pertemuan itu, empat raksasa ekonomi dunia membicarakan berbagai tema internasional.

https://p.dw.com/p/MwDp
Negara-negara BRIC: Brazil, Rusia, India dan Cina.Foto: DW

Apa yang membuat Brazil, Rusia, India dan Cina menonjol adalah bahwa keempatnya merupakan negara-negara berpopulasi tinggi dan mempunyai kapasitas ekonomi yang luar biasa besarnya. Stefan Mair dari Yayasan Ilmu Pengetahuan dan Politik Jerman SWP memberikan definisi BRIC.

“Ini merupakan formasi negara-negara yang diperkirakan di masa depan akan mempunyai pengaruh dalam politik internasional, yang bukan saja besar, melainkan semakin tumbuh. BRIC sebenarnya merupakan perhimpunan informal negara-negara yang bertemu secara berkala. Mereka mencoba untuk menyamakan posisinya menjelang konferensi-konferensi besar dan berbagai perundingan internasional. Tetapi ini bukanlah aliansi yang kokoh atau formasi tetap.“

Singkatan BRIC sudah ada sejak awal abad ini ketika kelompok tersebut menggantikan grup “Big 5“, yang masih mengikutsertakan Indonesia. Sebenarnya Indonesia juga seharusnya masih tergabung dalam kelompok ini, karena semua negara BRIC mempunyai populasi penduduk sangat tinggi dan ekonominya tumbuh sangat pesat. Demikian dikatakan Uri Dadush dari organisasi Carnegie Endowment, di Amerika Serikat. Ia juga berkata, perkembangan negara-negara ini sangat penting.

“Menurut saya, negara-negara BRIC membangun sebuah blok penting yang secara prinsip akan lebih berarti dibandingkan kelompok G8 atau negara-negara G7. Karena kelompok-kelompok negara maju ini sebenarnya tidak merepresentasikan perekonomian dunia saat ini.“

Apa yang mengikat negara-negara BRIC adalah kemauan besar untuk berperan sebagai saingan kekuatan-kekuatan Barat dan Jepang. Demikian Dadush. Tetapi ia menganggap tidak mungkin, bahwa di masa depan BRIC akan menjadi sebuah perhimpunan politik atau perdagangan.

“Kalau dilihat dari segi kepentingan strategis dan perbedaan diantara negara-negara BRIC, kelihatannya tidak mungkin, bahwa dalam waktu lima sampai 15 tahun akan terbentuk sebuah perhimpunan logis di antara negara-negara ini. Negara-negara tersebut berbeda pendapat dalam banyak tema.“

Contohnya dalam masalah perbatasan antara Cina dan India. Kedua negara selalu bertikai dalam masalah ini. Rusia dan Cina juga selalu bersaing secara politis. Kembali Stefan Mair.“Dalam beberapa bidang politik mungkin ada kepentingan bersama, mungkin yang paling mirip di bidang politik iklim, dimana saya pikir keempat negara ini masih relatif ragu untuk berinvestasi besar di negaranya sendiri. Dalam bidang lain, sulit sekali mendefinisikan kepentingan bersama negara-negara ini. Dalam kelompok BRIC ada satu negara yang otoriter, yaitu Cina, Rusia setengah otoriter dan Brazil serta India negara demokrasi. Yang paling bisa diraih bersama adalah posisi melawan, seperti contohnya melawan AS atau Uni Eropa.“

Sementara itu Uri Dadush mengometari tema sistem mata uang global: “Peran mata uang dollar AS sebagai cadangan devisa sudah dipertanyakan sejak lama. Sejak krisis ekonomi global yang memang dimulai dari AS, kembali muncul diskusi tentang hal ini. Tetapi kebanyakan orang yang bergelut dengan tema ini masih mengatakan, bahwa saat ini tidak ada alternatif yang nyata bagi dollar.”

Sarah Berning / Anggatira Gollmer
Editor: Agus Setiawan