1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

140311 Bahrain Golfstaaten-Truppen

15 Maret 2011

Sejak empat pekan kerajaan Bahrain dilanda kerusuhan politik. Kelompok oposisi yang mayoritas adalah warga Syiah menuntut diberikan suara lebih di pemerintahan.

https://p.dw.com/p/10ZKr
Pasukan khusus Dewan Kerja Sama Teluk dipersiapkan untuk dikirim ke BahrainFoto: picture alliance/dpa

Negara-negara tetangga di Teluk Persia mengirimkan tentaranya ke Bahrain, karena rajanya semakin terdesak. Arab Saudi telah mengkerahkan sedikitnya seribu tentara ke negara kepulauan itu dan pasukan dari negara lain akan menyusul dalam waktu dekat. Aksi ini merupakan perwujudan kerja-sama antar negara yang tergabung dalam sebuah blog dagang, Dewan Kerja Sama Teluk. Negara-negara yang tergabung dalam blog tersebut adalah Bahrain, Arab Saudi, Kuwait, Qatar, Uni Emirat Arab dan Oman. Ini merupakan pertama kali negara-negara itu memberikan bantuan militer kepada anggota lain sejak Perang Teluk 20 tahun silam.

Menurut wartawan Arab Saudi Hussein Shobokshi, tentara asing dikerahkan ke Bahrain bukan untuk menumpas demonstran.

"Oh bukan, tugas itu akan dilakukan oleh militer Bahrain sendiri. Tentara Arab Saudi akan menjaga keamanan di pelabuhan, bandara dan gedung pemerintahan lainnya. Berdasarkan piagam Dewan Kerja Sama Teluk, jika sebuah negara dilanda krisis, anggota lainnya akan memberikan dukungannya.“

Menurut kelompok oposisi, tentara asing ditempatkan di Bahrain untuk melakukan „pendudukan terbuka“ dan menilainya sebagai sebuah „aksi konspirasi“ terhadap rakyat yang tidak bersenjata. Kalangan pengamat menduga, bahwa aksi tersebut dimaksudkan untuk meringankan tugas aparat keamanan Bahrain, karena nantinya akan dipakai untuk menghalau demonstran. Secara tak terduga, hari ini (Selasa 15/3) kelompok oposisi mengumumkan, bahwa perwakilannya telah bertemu dengan putra mahkota untuk merundingkan mekanisme sebuah dialog nasional.

Nampaknya kerajaan-kerajaan di Teluk Persia bertekad untuk menghindari segala aksi penggulingan raja Bahrain. Mereka cemas, jika kekuasaan mayoritas kaum Syiah bertambah, pengaruh Iran di kawasan itu juga akan meningkat. Pekan lalu Dewan Kerja Sama Teluk memutuskan sebuah paket bantuan senilai sepuluh milyar dolar Amerika Serikat, sementara produk domestik bruto Bahrain hanya dua kali lipat dari nilai paket itu. Dananya akan digunakan antara lain untuk menciptakan lapangan kerja dan membangun perumahan. Syeikh Ali Salman, pemimpin kelompok oposisi terbesar di Bahrain, Al-Wefaq menyambut baik paket bantuan tersebut, tetapi:

"Itu bukan solusi untuk sebuah masalah yang tidak berunsur agama atau ekonomi, akan tetapi masalahnya bersifat politik. Sebuah masalah politik harus diselesaikan dengan sebuah solusi politik.“

Mayoritas masyarakat Bahrain adalah warga Syiah, sementara kekuasaan berada di tangan penguasa minoritas Sunni. Kaum Syiah menuntut sebuah peralihan ke sistem monarki konstitusional yang telah dijanjikan oleh raja Bahrain sepuluh tahun lalu.

Akhir pekan lalu situasi di ibukota Manama semakin memanas ketika demonstran memblokir jalan masuk ke Financial Harbour, sebuah proyek bangunan perumahan eksklusif. Polisi menggunakan kekerasan untuk menghadang demonstran.

Carsten Kühntopp/Andriani Nangoy

Editor: Hendra Pasuhuk