1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Nelayan Ubah Sampah Plastik Jadi BBM

17 Oktober 2023

Warga Pulau Pramuka menyelesaikan masalah sampah plastik secara mandiri, dengan tidak membuang ke laut atau ke TPA Bantar Gebang. Didukung Rumah Literasi Hijau, warga mengolah sampah plastik jadi bahan bakar.

https://p.dw.com/p/4XBnJ
Plastikmüll in Indonesien
Foto: Owen Humphreys/dpa/picture alliance

Pulau Pramuka di Kepulauan Seribu adalah salah satu destinasi wisata baru di Provinsi DKI Jakarta. Namun sampah berserakan di sini.

Kendati demikian, masalah sampah plastik di pulau tersebut, belakangan ini, secara perlahan mulai teratasi. Ini berkat upaya Mahariyah Sandri, perempuan penggerak lingkungan Rumah Literasi Hijau. 

Bersama komunitasnya, sejak 2006 lalu ia berjuang memerangi sampah di Pulau Pramuka. Sebelumnya sampah dari sini biasanya diangkut ke TPA Bantar Gebang.

Mahariyah Sandri mengungkap, sebetulnya sampah di Kepulauan Seribu itu adalah sampah dari tempat pertama, dari kemunculan pertama, jadi relatif masih bisa dikelola.

"Kalau kami tumpuk ke sana bercampur dengan yang lain, dengan beragam kompleksitas sampah, bisa jadi beda lagi cara menanganinya," kata Mariyah. Bersama penduduk lainnya ia berpikir seharusnya sampah di Pulau Seribu selesai, tanpa harus ke Bantar Gebang, ujarnya lebih lanjut.

Mengolah Limbah Plastik Jadi Bahan Bakar

Mesin pirolisis sokong upaya warga

Sejak dua tahun terakhir Komunitas Rumah Literasi Hijau mendapat bantuan berupa tiga mesin pirolisis. Mesin ini mampu menyulap sampah plastik menjadi bahan bakar

Penjelasan sederhananya, pirolisis adalah proses dekomposisi kimia dengan menggunakan pemanasan tanpa oksigen. Ada beberapa pertanyaan menyangkut sistem ini, di antaranya apakah bisa dioperasionalkan dengan mudah, juga dampak asap yang dihasilkannya.

Komarullah, anggota Komunitas Rumah Literasi Hijau menjelaskan, kesulitan penggunaan mesin sebetulnya tidak ada. "Rumah Literasi Hijau punya tiga mesin generasi berbeda, yang dari teman-teman Get Plastic, yaitu generasi 10, 11, 12. "Dari 3 generasi ini, asyik banget dioperasikannya. Sangat manual, jadi sejauh ini enggak ada kendala," ujar Komarullah.

Sekitar 4% gas yang dihasilkan dari proses ini juga dapat digunakan sebagai sumber energi. Meski melalui proses pemanasan sampah, penggunaan mesin pirolisis tak menghasilkan asap sama sekali. Sampah dibakar dengan cara tertutup dan tanpa oksigen.

Menangkap ikan sambil membersihkan laut

Mahariyah Sandri mengungkapkan, nelayan yang terlibat di dalam komunitas pengambil sampah disebut Eco Rangers. "Jumlahnya baru 16 nelayan tangkap, jadi setiap ke laut, sambil mereka memancing, mereka mengambil sampah dari laut kemudian disetorkan ke tempat pengumpulan." Jadi, secara mandiri mereka memelihara lautnya sambil mengambil ikannya.

Mereka berharap, proyek ini bisa diperkenalkan ke daerah lain, sehingga makin banyak sampah plastik yang dapat diolah menjadi bahan bakar. Bagaimana respons dan dukungan dari nelayan setempat?

Ahmad Aulia yang berprofesi sebagai nelayan mengatakan, menemukan sampah mudah. Dari sampah yang ia kumpulkan, ia mendapat 2-3 liter solar. Minyaknya juga bagus, bisa irit juga di mesin.

Pulau Pramuka dengan populasi penduduk sekitar 2000 jiwa ini membuktikan, perlindungan ekosistem berbasis pirolisis, dan upaya pemanfaatan sampah plastik menjadi sesuatu yang bernilai, tidak hanya bisa dilakukan di kota-kota besar saja. (ml/as)