1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

180110 Obama Deutschland

19 Januari 2010

Satu tahun sudah, Barack Obama menjabat sebagai presiden AS. Kini semakin jelas, bahwa ia tidak dapat menyelesaikan sendirian semua masalah di dunia.

https://p.dw.com/p/Lb0U
Barack Obama ketika dilantik satu tahun lalu di Gedung Putih, WashingtonFoto: picture-alliance/ dpa

Ketika Barack Obama terpilih sebagai presiden AS masyarakat internasional menaruh harapan tinggi padanya. Ia diharapkan dapat mengubah secepat mungkin politik luar negeri agresif pendahulunya George W. Bush. Sementara warga AS sendiri, di tengah krisis ekonomi, lebih menginginkan presiden barunya mementingkan urusan dalam negeri daripada konflik di dunia.

Beban Obama terlampau berat. Menurut pakar AS dari Universitas Halle, Reinhard Rode, setelah satu tahun menjabat sebagai presiden, citra Obama agak memudar, "terutama di Eropa dan di antara sebagian kalangan pemilihnya yang tidak puas dengan politik presiden sebelumnya, Obama diagungkan seperti orang suci. Dan suatu ketika kesadaran dan realitas akhirnya kembali."

Popularitas Obama yang awalnya mencapai 70 persen kini menurun menjadi 50 persen. Pakar AS dari pusat penelitian di Berlin, Michael Zürn, memaparkan bahwa harapan masyarakat Eropa, Obama sendirian dapat menyelesaikan sejumlah masalah internasional setahun setelah ia memegang jabatan sudah berkurang, "Banyak yang diharapkan ternyata tidak terpenuhi. Hingga kini belum ada kesepakatan menyangkut peraturan pasar uang, politik iklim global, begitu juga terkait masalah Timur Tengah belum ada perkembangan besar.“

Meskipun belum mencatat kesuksesan besar dalam politik luar negeri, setidaknya Obama tidak mengikuti gaya Bush dan mengubah haluan politiknya di berbagai bidang. Barack Obama tidak hanya menghentikan era unilaterilsme secara retorika, akan tetapi juga secara praktis. Misalnya, ia menyerukan Iran untuk berdialog, larangan ekspor terhadap Kuba dilonggarkan, Obama mulai menarik tentara dari Irak dan menghentikan rencana pembangunan sistem penangkal rudal AS di Eropa timur. Namun, bahwa reaksi terhadap tindakan-tindakan itu tidak selalu sesuai yang diharapkan, memperjelas bahwa dalam globalisasi seorang presiden AS tidak mungkin menyelesaikan berbagai masalah sendirian. Hal ini juga menyangkut masalah tersulit yakni Afghanistan, dimana setelah menunda cukup lama Obama akhirnya memutuskan penambahan tentara AS di Afghanistan.

Langkah penting dalam politik luar negerinya tidak dapat dikategorikan secara geografis ataupun berdasarkan perjanjian. Akan tetapi, lebih banyak berdasarkan keterbukaan AS pada dunia. Obama membawa angin baru dalam politik internasional. Ia tidak menempuh haluan politik pemerintah sebelumnya, yang berprinsip „bersama kami atau melawan kami“, tutur pakar politik AS Michael Zürn, "Multilateralisme menjadi istilah yang pantas dibicarakan lagi. Dan begitu juga norma-norma internasional semacamnya. Sejauh itu, sudah ada perubahan."

Meskipun secara politik luar negeri kesuksesan Obama masih tersendat-sendat, di dalam negeri ia berhasil mencetak prestasi yaitu dalam upayanya mereformasi sistem kesehatan AS. Tema ini sangatlah pelik di AS. Upayanya, agar semua warga AS mempunyai asuransi kesehatan belum tuntas. Namun setelah berunding alot di Kongres, nampaknya proyek ini akan diloloskan menjelang pemilihan Kongres baru November mendatang.

Jika menilai secara keseluruhan, tahun pertama Barack Obama sebagai presiden AS cukup berhasil, demikan tutur pakar AS Reinhard Rode.

Michael Knigge / Andriani Nangoy

Editor: Agus Setiawan