1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Nino Fernandez: Vegan, Jerman dan Perfilman

16 Mei 2020

Aktor Nino Fernandez lebih sering masak makanan vegan selama di rumah. Simak perbincangan seru Nino Fernandez bersama DW Indonesia seputar vegan, Jerman, dan perfilman.

https://p.dw.com/p/3cJnW
Aktor Indonesia keturunan Jerman, Nino Fernandez
Foto: Privat

Aktor Indonesia keturunan Jerman Nino Fernandez kini menjalani gaya hidup sebagai seorang vegan. Ia tidak mengonsumsi daging hewan atau turunan produk hewani seperti, susu dan telur.  

Ia mengaku sempat mengalami masalah kesehatan di bagian perut, serta asam lambung yang tinggi sehingga kerap kali membuat paru-parunya nyeri. Setelah mencoba menjalani hidup yang lebih sehat sebagai vegan, masalah-masalah kesehatan tersebut hilang dalam waktu dua minggu.  

“Saya ingin hidup sehat, saya suka berinvestasi, investasi kepada kesehatan sendiri I think is the best form dan itu sesuatu yang kita bisa kontrol outcome-nya seperti apa,” ujar Nino. 

Pria yang kini menyibukkan diri dengan berolahraga, membaca dan bermain game ini juga mulai belajar memasak. Ia akui selama masa PSBB di tengah pandemi COVID-19, dirinya banyak menemukan resep baru mengolah makanan vegan, salah satunya kue kering. 

“Mudah menjadi vegan di Jakarta” 

Menjadi seorang vegan berarti harus pintar-pintar memilih menu makanan. Namun menurut Nino, di Jakarta pilihan makanan vegan yang tersedia cukup banyak, meski harganya masih terbilang mahal. Untuk satu porsi kue kering bisa dihargai Rp 130-150 ribu.  

“Dengan itu saya coba bikin sendiri. Semenjak itu jadi menu favorit di sini (di rumah). Saya bisa bikin menu vegan cookies tanpa telur, tanpa susu and its very delicious and healthy and I know what’s in it no chemical, no nothing,” jelasnya.  

Ia menambahkan bahwa menjadi vegan di Indonesia, khususnya di Jakarta adalah hal yang cukup mudah. Ia menyebut budaya makan tahu dan tempe di Indonesia sangat lumrah dan protein yang didapat dengan mengonsumsi keduanya pun cukup tinggi.

Pria berusia 36 tahun ini menjelaskan bahwa perkembangan vegan di Indonesia tengah meningkat. “Kalau saya lihat di Asia mengalami penurunan tapi di Indonesia mengalami kenaikan 8 persen tahun ini.” 

Jatuh cinta kepada dunia akting sambil mencari jati diri 

Selama menjalani masa PSBB, Nino banyak mencari kegiatan baru untuk mempersiapkan masa depan. Menurutnya kehidupan di masa mendatang tak akan sama lagi setelah pandemi berakhir.  

Akibat pandemi, Nino harus menunda proses syuting tiga film yang akan dibintanginya. Padahal dalam keadaan normal, seharusnya ketiga film tersebut sudah selesai produksi. 

Meski tak selalu mulus, Nino bersyukur ia bisa menapaki karir sebagai seorang aktor. Pria pecinta keju dan kebab ini mengatakan bahwa lewat akting, ia mampu menemukan jati dirinya. 

“Jatuh cinta sebenarnya seru banget sih, proses untuk jatuh cinta ke dunia akting itu adalah saya mencari jati diri. Banyak orang bayar banyak sekali uang untuk pergi ke psikiatris untuk mencari jati diri mereka atau pengalaman hidup mereka, sedangkan saya itu beruntung sekali bisa mencari (jati diri) di dunia akting,” katanya. 

Nino menjelaskan proses penemuan jati dirinya tersebut ia dapatkan lewat pendalaman karakter di setiap filmnya. “Oh gue suka banget ya karakter ini, oh gue suka banget ya karakter itu, yang ini gue enggak terlalu suka sih. Nah dari situ saya pelan-pelan mencari jati diri saya. Saya bisa tahu, oh tenyata Nino itu begini ya, oh tenyata Nino enggak suka ini ya. Jadi di situlah awal mulanya jatuh cinta dengan akting,” ujarnya. 

Persiapkan diri bekerja di belakang layar di Jerman 

Peraih penghargaan “Pemeran Pendukung Pria Terbaik” di Indonesia Box Office Movie Awards 2016 ini ternyata tengah mempersiapkan diri untuk berkarir di belakang layar di Jerman.  

“Untuk membangun menjadi aktor lebih susah dibanding menjadi kru atau saya bisa membuat sesuatu (selain akting). Oleh karena itu sebenarnya masih akan di dunia film juga di Jerman tapi mungkin lebih di belakang layar,” sebutnya. 

Nino mempunyai keinginan untuk membintangi film bergenre thriller atau misteri pembunuhan. Menurutnya, kesempatan itu masih sangat langka di Indonesia.  

“Indonesia itu suka banget mengeskploitasi genre apapun, yang lagi hits itu memang langsung dieskploitasi. Saya enggak bisa menyalahkan mereka karena kalau saya melihat diri saya sebagai produser saya pastinya akan melakukan hal yang sama karena penonton Indonesia itu susah diprediksi,” ujar aktor yang kerap kali membintangi film bergenre reliji, horor atau komedi romantis ini. 

Nino punya banyak target yang akan ia lakukan di masa depan. Prinsipnya adalah mencoba segala hal yang selama ini belum pernah dilakukannya. Ia tak ingin menyesal di masa tua karena melewatkan kesempatan-kesempatan yang mungkin bisa digapainya selagi muda.

“Kalau kita berpikir terlalu banyak, saya rasa sampai tua kita bakal menyesal. Jadi saat ini saya hidup apapun yang saya mau lakukan, saya harus lakukan. Setidaknya saya mencoba kalau berhasil, ya berhasil, kalau enggak ya enggak apa-apa,” tutupnya. (ae)