1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Nobel Kedokteran Untuk Revolusi Terapi Kanker

1 Oktober 2018

Dua pakar imunologi, James Allison dari AS dan Tasuku Honjo dari Jepang dianugerahi hadiah Nobel Kedokteran 2018. Keduanya melakukan riset yang merevolusi terapi penyakit kanker.

https://p.dw.com/p/35n43
Nobelpreis für Medizin 2018 Tasuku Honjo James Allison
Foto: AFP/Getty Images/J. Nackstrand

Komite hadiah Nobel di Stockholm menyebutkan Senin (01/10), pengharagaan diberikan untuk penemuan James Allison dan Tasuku Honjo dalam terapi penyakit kanker dengan metode "inhibitasi regulasi kekebalan negatif".

Kedua pemenang Nobel itu meriset sejumlah protein yang menghalangi sel utama kekebalan tubuh yang disebut sel T dalam menyerang sel tumor secara efektif. Terapi penghambat checkpoint kekebalan, menyasar beberapa protein yang dibuat sel sistem kekebalan tubuh maupun yang diproduksi sel kanker.

James Allison profesor di Universitas Texas, meneliti sejumlah protein yang berfungsi sebagai rem pada sistem kekebalan tubuh. Allison mengenali potensi untuk memacu sel kekebalan tubuh agar menyerang tumor, jika berhasil melepas rem tersebut.

Sementara Tasuku Honjo, profesor di Universitas Kyoto secara terpisah juga menemukan adanya protein lain yang juga berfungsi serupa, seperti rem pada sistem kekebalan tubuh, namun dengan mekanisme berbeda. Honjo pada tahun 2014 dianugerahi hadiah Tang, yang disebut sebagai hadiah Nobel versi Asia untuk risetnya di bidang terapi penyakit kanker itu.

Institut Karolinska di Swedia menyebutkan, temuan dari kedua pemenang Nobel itu menjadi semacam titik acuan baru, dalam perang melawan penyakit kanker.

as/yf(rtr, afp,ap)