Nobel Kimia: Sebenarnya Tidak Rumit
Hadiah Nobel Kimia seringkali diberikan pada temuan yang sulit dimengerti awam. Tapi jika melihat terapannya semua menjadi mudah dipahami.
2013: Kimia Dunia Siber
Martin Karplus, Michael Levitt dan Arieh Warshel meletakkan dasar bagi program komputer untuk struktur kimia yang kompleks. Dengan itu dapat dilakukan analisa struktur yang rumit, kombinasi kreatif dan juga meramalkan reaksinya. Dengan temuan ini, ketiga ilmuwan membuka jalan bagi sejumlah terapannya, misalnya pengembangan obat-obatan baru pada komputer.
1902: Kimia Gula
Hermann Emil Fischer dari Jerman di awal abad lalu meneliti sesuatu yang sangat manis : Gula. Pakar kimia ini terutama mengembangkan metode, untuk menuangkan struktur tiga dimensi molekul gula yang amat rumit di atas kertas.
1904: Gas Mulia
Sir William Ramsay menemukan gas mulia yang sulit bereaksi. Gas ini terkandung dalam udara dan amat jarang bereaksi dengan senyawa kimia lainnya. Termasuk keluarga gas mulia antara lain Helium, yang biasa diisikan ke dalam balon gas dan Neon yang digunakan mengisi lampu dengan nama sama.
1907: Produksi Bir Anorganik
Eduard Buchner dari Jerman menemukan, proses fermentasi tidak mutlak memerlukan sel hidup. Molekul ragi yang anorganik misalnya, dalam proses fermentasi mengurai molekul gula menjadi alkohol, misalnya dalam proses pembuatan bir. Buchner membuktikan, proses juga berfungsi dengan ragi yang dihancurkan.
1911: Unsur Kimia Radioaktif
Marie Curie meraih dua penghargaan Nobel sekaligus. 1903 dalam bidang fisika dan 8 tahun kemudian di bidang kimia. Ia menemukan unsur radioaktif Radium dan Polonium, yang meluruh spontan dan memancarkan radiasi. Polonium berasal dari bijih Uranium, tapi juga memiliki konsentrasi tinggi pada asap tembakau.
1915: Bahan Pewarna Alami
Richard Willstätter dari Jerman mendapat anugerah Nobel untuk penelitian bahan pewarna dari tumbuhan. Terutama Klorofil terbukti amat berguna. Zat warna ini memberikan warna hijau pada tanaman, sekaligus memungkinan fotosintesa : dengan bantuan sinar matahari memproduksi gula dari air dan karbondioksida.
1918: Pupuk Untuk Kesejahteraan
Fritz Haber dari Jerman meneliti cara produksi Amoniak dari unsur Hidrogen dan Nitrogen. Dengan begitu, dimungkinkan produksi pupuk sintetis secara besar-besaran, untuk memberi makan warga dunia yang terus bertambah. Di sisi lainnya, proses sintesa Amoniak sekaligus menandai kelahiran cara pembuatan bahan peledak.
1927: Bantuan Pencernaan Alami
Heinrich Otto Wieland dari Jerman menemukan komposisi asam empedu, yang diproduksi dalam hati. Asam ini membantu tubuh mencerna lemak dan menyerapnya.
1939: Hormon Seksual
Adolf Butenandt dari Jerman mendapat hadiah Nobel untuk penelitian hormon seksual manusia. Ia mengisolasi sejumlah hormon yang mengatur fungsi seksual manusia. Hormon inilah yang menentukan, apakah embrio akan berkembang menjadi jenis kelamin perempuan atau lelaki. Hitler melarang Butenandt menerima anugerah bergengsi itu.
1944: Reaksi Nuklir
Otto Hahn menemukan reaksi pembelahan inti atom. Jika kita menembakkan partikel Neutron ke inti atom berat, ini akan terpecah menjadi inti atom yang lebih ringan. Dalam reaksi dilepaskan energi luar biasa besarnya dan juga Neutron lainnya--inilah prinsip dasar reaksi berantai. Dengan itu bisa dibuat pembangkit listrik nuklir atau juga bom atom.
1958: Hormon Bagi Penderita Diabetes
Frederick Sanger dari Inggris menjelaskan struktur hormon Insulin. Penderita diabetes tidak mampu memproduksinya atau kekurangan hormon ini, harus mendapat suntikan Insulin agar dapat tetap hidup. Insulin dewasa ini dapat diproduksi secara massal dengan bantuan rekayasa genetika.
1963: Kantong Plastik
Karl Waldemar Zieglerdari Jerman dan Guilio Natta dari Italia, berbagi hadiah Nobel Kimia untuk temuannya : proses produksi plastik Polietilen. Contoh paling populer dari temuan ini adalah kantong plastik yang kini jadi salah satu masalah lingkungan.
1995: Lubang Ozon
Paul Crutzen, Mario Molina dan Frank Rowland meneliti komposisi kimia atmosfir, khususnya pembentukan dan penguraian lapisan Ozon. Ketiga ilmuwan membuktikan, lapisan ozon amat peka bereaksi terhadap emisi dari aktivitas manusia. Dengan itu juga dijelaskan proses terbentuknya lubang ozon.
2008: Tikus Bercahaya Hijau
Osamu Shimomura, Martin Chalfie dan Roger Tsien meneliti protein yang dapat bercahaya fluoresens. Protein ini secara alami terkandung pada sejenis ubur-ubur. Dengan rekayasa genetika, protein bercahaya ini dapat disisipkan pada tikus, dan dengan itu proses metabolismenya dapat diamati.