1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
Sosial

Vietnam Siap Normalisasi Bisnis

8 Mei 2020

Setelah mengumumkan keberhasilannya dalam penanganan virus corona, Vietnam menyatakan negaranya sebagai tempat yang aman untuk berbisnis.

https://p.dw.com/p/3bvZI
Vietnam Geschäft in Hanoi
Foto: picture-alliance/dpa/D. M. Sabangan

Vietnam tercatat melaporkan 288 kasus COVID-19 dengan angka kematian nol. Catatan kasus yang relatif kecil itu menempatkannya sebagai negara di Asia Tenggara yang berada pada jalur lebih cepat untuk menghidupkan kembali perekonomian dibanding negara ASEAN lainnya, demikian menurut publik pakar kesehatan yang diwawancarai oleh Reuters. 

Dalam sebuah pernyataan tertulis kepada Reuters, Kizuna Joint Development Corp, yang membangun pabrik siap pakai di Vietnam menyampaikan: "Mengingat responnya yang cepat terhadap penanganan virus, kami mengharapkan investasi asing kembali berinvestasi di Vietnam setelah pandemi."  

Perusahaan yang memiliki basis klien terutama investor Jepang dan Korea itu mengatakan sedang mempercepat rencana untuk menyelesaikan pabrik seluas 100.000 meter persegi di selatan Vietnam dalam mengantisipasi peningkatan permintaan pasokan pascapandemi. "Ruang pabrik akan siap pada bulan Juli," kata Kizuna. 

Penasihat yang membantu perusahaan asing berelokasi bisnis secara internasional mengatakan keberhasilan Vietnam dalam menangani pandemi telah meningkatkan kepercayaan investor asing di negara ini. 

"Dari banyak diskusi, ada kesan bahwa Vietnam akan muncul lebih menonjol di radar investor dibanding negara lainnya,“ kata Michael Sieburg, mitra di perusahaan konsultan yang fokus di Asia, YCP Solidiance. 

Vietnam memang ingin memanfaatkan tingginya permintaan dari produsen internasional yang ingin mendiversifikasi rantai pasokan mereka dari Cina.  

Kementerian Perencanaan dan Investasi Vietnam mengatakan, negara itu berada pada posisi yang  baik untuk membantu produsen mencari basis produksi baru. 

"Peluang ini akan mencakup pergeseran investasi, khususnya oleh kelompok multinasional besar yang mencari alternatif untuk mendiversifikasi rantai pasokan mereka ke daerah lain, termasuk Asia Tenggara," kata wakil Menteri Perencanaan dan Investasi Tran Quoc Phuong dalam pernyataan di situs web pemerintah. "Vietnam adalah yang pertama memenuhi tujuan tersebut, " katanya. 

Pergeseran sudah terjadi 

Keberhasilan Vietnam meredam pandemi corona sebagian besar didorong oleh program tes corona yang gterarah dann dan sistem karantina terpusat terhadap puluhan ribu orang. 

Hanoi melancarkan program karantina khusus, termasuk untuk hampir 200 insinyur dari unit display Samsung Electronics dan untuk para ahli minyak asing. 

Pihak berwenang di Vietnam kemudian memerintahkan warganya yang bekerja di unit itu untuk melakukan karantina secara mandiri, setelah seorang pekerja dinyatakan positif terkena virus corona. 

Tetapi langkah-langkah itu adalah pukulan besar bagi sektor bisnis dan tidak mudah bagi perusahaan untuk menyesuaikan diri dengan situasi yang berkembang cepat. 

"Tetap sulit untuk orang datang ke sana dan menandatangani perjanjian atau mengunjungi fasilitas," kata Samuel Pursch dari Vriens & Partners, seorang penasihat konsultasi bisnis asing di Vietnam. 

Menurut survei pemerintah, 85,7% dari 126.565 perusahaan yang disurvei di Vietnam mengatakan mereka terkena  dampak oleh pandemi, terutama yang beroperasi di sektor penerbangan, pariwisata, makanan, dan pendidikan. 

Setelah mengalami pertumbuhan ekonomi dalam kurun waktu lima tahun, investasi asing di Vietnam turun 15,5% dalam empat bulan pertama tahun ini menjadi 12,3 miliar dollar AS, demikian menurut data dari Kantor Statistik Umum (GSO). 

Kementerian luar negeri Vietnam tidak segera menanggapi komentar tentang investasi asing setelah pandemi. Namun, Vietnam menargetkan pertumbuhan Produk Domestik Brutto  tahunan di atas 5% pada tahun ini. 

Fred Burke, mitra pengelola di firma hukum internasional Baker McKenzie, mengatakan, respons pandemi yang dilakukan Vietnam telah meyakinkan bisnis. "Vietnam telah menunjukkan niat baik yang besar," kata Burke. 

"Dulu, dihadapkan pada epidemi, ekspatriat akan kabur kembali ke Amerika atau Eropa, dan bahkan Asia Timur Laut, tetapi kali ini, dengan tingkat kematian yang tinggi di daerah asal mereka sendiri, orang- orang malah merasa aman atau bahkan  lebih aman di sini,“ pungkasnya. 

ap/hp (Reuters)