1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Obama: Banyak yang Lebih Pantas Menerima Nobel Perdamaian

10 Desember 2009

Kamis ini, Barack Obama akan menerima penghargaan Nobel Perdamaian di ibukota Norwegia, Oslo. Usaha Obama dipandang luar biasa dalam memperkuat diplomasi internasional dan kerjasama diantara masyarakat.

https://p.dw.com/p/Kyzc
Patung Obama kecil diresmikan di Jakarta, bertepatan dengan hari penyerahan penghargaan NobelFoto: AP

"Tidak ada keraguan bahwa banyak orang yang lebih pantas menerima penghargaan Nobel Perdamaian ini ketimbang saya," ujar Presiden AS Barack Obama, dalam jumpa pers bersama Perdana Menteri Norwegia, Jens Stoltenberg, sebelum upacara resmi penghargaan Nobel Perdamaian hari ini.

Penghargaan Nobel Perdamaian tahun ini yang diterima Obama, sebelumnya mengundang kritik. Sesaat sebelum berangkat ke Oslo, Obama memerintahkan pengiriman 30 ribu tentara ke medan peperangan yang kontroversial.

„Ini merupakan kepentingan AS dan dunia untuk mengirimkan 30 ribu serdadu tambahan ke Afghanistan, ini juga merupakan kepentingan negara-negara Muslim, sebab para serdadu ini akan berperang melawan jaringan Al Qaida dan Taliban di Afghanistan," kata Obam. Keputusan itupun bahkan menuai pujian dari lawan politik. Orang nomor satu di Amerika Serikat itu merupakan politisi luar biasa, puji seorang politisi garis keras Partai Republik. Paul Wolfowitz, mantan menteri pertahanan AS di bawah kepemimpinan George W. Bush dan arsitek perang Irak mengatakan: „Dengan integritas kepribadian dan kualitas karakteristik menonjol, Obama memiliki kesempatan besar untuk mempengaruhi isu-isu dunia.“

Bersedia untuk berunding tanpa syarat, dilakukan Obama baik terhadap Presiden Korea Utara Kim Jung Il atau dengan Presiden Iran Mahmud Ahmadinejad. Jika perlu bahkan dengan kelompok moderat Taliban. Meski demikian kesabaran Obama pun ada batasnya, terutama menyangkut sengketa atom Iran. Obama mengharapkan ada langkah konkrit dari pemerintahan di Teheran dalam pelucutan senjata nuklir. Presiden AS itupun mengancam menjatuhkan sanksi keras. Bahkan tidak tertutup kemungkinan serangan militer. Namun Iran tetap bergeming, ujar pengamat politik Daniel Senor: „satu-satunya masalah adalah Iran tidak bereaksi terhadap tekanan Washington.“

Iran berusaha mengulur-ngulur perundingan. Toh Obama sebenarnya tidak menginginkan adanya konflik militer ketiga, setelah perang Irak dan Afghanistan. Sementara dalam sengketa Israel-Palestina, Israel tampak melakukan segalanya untuk menghindari tuntutan Obama menyangkut persyaratan perdamaian di Timur Tengah. „Ada langkah ke arah yang benar,“ ujar Obama dengan tidak yakin, ketika ditanya mengenai konflik Israel-Palestina. Ia berlindung dalam kalimat diplomatis: „saya melihat ada langkah positif.“

Menanggapi berbagai kritik atas Nobel Perdamaian yang diterimanya, Obama mengungkapkan ia akan melanjutkan kerja-kerjanya menyangkut kepentingan negara dan membangun perdamaian dan keamanan di dunia, seperti misalnya menghentikan pengembangan senjata nuklir, menahan laju pemanasan global dan menstabilkan situasi di Afghanistan.

Di Oslo, demonstrasi anti perang mewarnai hari penyerahan penghargaan Nobel ini. Sementara di Indonesia, patung kanak-kanak Obama diresmikan, sebagai sumber inspirasi bagi generasi muda.

(AP/HPdpa/rtr/ap/afp)