1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Obama Desak Dunia Dukung Perdamaian Timur Tengah

23 September 2010

Dalam Majelis Umum PBB, Presiden AS Obama mengungkapkan pentingnya solusi dua negara bagi Palestina dan Israel. Selain itu ia menyerukan agar Iran bekerja sama dalam menyelesaikan konflik atom.

https://p.dw.com/p/PLMU
Foto: AP

Presiden AS Barack Obama menyerukan dunia untuk bersatu mendukung rencana perdamaian Timur Tengah, yang ditargetkan bisa dicapai dalam tempo satu tahun. Jika tidak, kata Obama dalam pidatonya di Majelis Umum PBB, tanah suci Yerusalem terancam menjadi ajang pertumpahan darah tak berkesudahan.

"Kenyataan getir itu akan terus berlangsung. Darah akan terus ditumpahkan. Tanah Suci ini akan terus menjadi lambang pertentangan kita, dan bukannya lambang kemanusiaan bersama," ujarnya.

Bukan kebetulan, perundingan langsung Palestina-Israel yang baru saja dilangsungkan lagi setelah lumpuh sekian lama, kembali terancam ambruk. Palestian mengancam mogok berunding, jika Israel tidak memperpanjang moratorium pemukiman yang tenggat waktunya akan berakhir hari Minggu nanti. Sementara Israel menolak untuk tunduk pada apa yang mereka sebut sebagai prasyarat yang tak bisa diterima.

Palestina dan Israel Harus Bersikap Luwes

Obama mendesak keluwesan sikap para pemimpin Israel dan Palestina.

Ia menegaskan, "Kami percaya bahwa moratorium harus diperpanjang. Pada saat yang sama kami juga percaya bahwa perundingan harus terus dilangsungkan hingga tuntas. Inilah waktunya kedua belah pihak saling membantu satu sama lain dalam melewati halangan berat ini. Inilah saatnya membangun sikap saling percaya, dan bersabar untuk menciptakan kemajuan penting. Inilah waktunya untuk memanfaatkan peluang, agar tidak lenyap sia-sia."

Israel dan Palestina harus mewujudkan perdamaian, namun kata Obama, seluruh dunia juga wajib mengambil peran masing-masing yang konstruktif. Mereka yang merasa sahabat Israel harus mengeri bahwa keamanan sejati bagi Negara Yahudi itu membutuhkan suatu Negara Palestina yang berdaulat, yang merupakan tempat bagi rakyat Palestina untuk hidup bermartabat. Sebaliknya sahabat Palestina mesti paham bahwa hak-hak rakyat Palestina hanya bias dicapai dengan jalan damai, yang melibatkan suatu perdamaian dan perujukan sejati dengan Israel.

Ia menegaskan pembelaan terhadap Palestina bukan berarti menggugat eksistensi Israel sebagai suatu negara yang berdaulat. Karenanya kampanye menghancurkan Israel sama sekali tidak ada gunanya.

Dunia Harus Mewujudkan Ajaran Toleransi Tiga Agama Agung

Secara retorika Obama menyebutkan, ada dua pilihan. Apakah setiap tahun sidang majelis umum PBB dilangsungkan dengan diwarnai sikap yang sama sebagaimana puluh tahun ini, dengan kebencian dan penolakan satu sama lain, yang tak akan ada manfaatnya bagi seorangpun anak Israel atau Palestina. Atau menciptakan keadaan yang berbeda.

Bahwa, kata Obama, "Kali ini kita mesti mewujudkan ajaran toleransi yang menjadi jantung tiga agama agung yang menganggap Yerusalem sebagai tanah suci. Kali ini kita mesti mengerahkan upaya terbaik kita. Jika itu terjadi, maka tahun depan kita akan kembali ke sidang majelis umum ini, untuk mencapai kesepakatan yang mengarah pada penerimaan anggota baru PBB, negara Palestina berdaulat yang hidup damai berdampingan dengan Israel."

Dalam pidato panjangnya, Obama menyinggung berbagai masalah internasional lain. Ia bahkan menyinggung rencana kunjungannya ke Indonesia dalam waktu dekat.

Topik penting pidato Obama adalah seruannya kepada Iran untuk sepenuhnya bekerja sama dengan masyarakat internasional, menyelesaikan sengketa nuklir negeri itu.

Pidato Ahmadinejad yang Kontroversial

Sebaliknya, presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad yang baru saja tampil di mimbar, justru menyerang Amerika Serikat dan Negara-negara barat sebagai penyebab dari berbagai permasalahan dunia. Dalam pidatonya ia bahkan menuduh, serangan terror 11 September didalangi oleh sejumlah pejabat Amerika sendiri. Tujuannya, kata Ahmadinejad, adalah “membangkitkan kembali ekonomi AS dan mengembalikan cengkramannya di Timur Tengah untuk menyelamatkan rezim Zionis”.

Sesaat setelah Ahmadinejad melontarkan tudingan itu, delegasi AS, diikuti sejumlah negara barat lainnya, melakukan aksi meninggalkan ruang sidang.

GG/LS/afp/dpa/rtr