1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Obama Inginkan Babak Baru Hubungan AS dan Dunia Islam

4 Juni 2009

Dalam lawatannya di Timur Tengah, Obama hendak memulai babak baru hubungan AS dengan dunia Islam. Ini ditandai dengan pidato yang disampakan di Universitas Al Azhar Kairo, Mesir, hari Kamis (04/06) ini.

https://p.dw.com/p/I3Px
Barack Obama sampaikan pidato di Universitas Al Azhar, Kairo, MesirFoto: AP

Dalam lawatannya di Timur Tengah, Presiden Barack Obama hendak memulai babak baru hubungan Amerika Serikat dengan dunia Islam. Hal ini ditandai dengan pidato yang ditujukan kepada dunia Islam, yang disampakan di Universitas Al Azhar Kairo hari Kamis (04/06) ini.

"Saya datang ke sini untuk memulai babak baru antara Amerika Serikat dengan umat Islam di seluruh dunia, berdasarkan kepentingan bersama. saling menghargai dan berdasarkan kenyataan bahwa Amerika Serikat dan Islam tidak eksklusif dan tidak berkompetisi.“

Hal ini merupakan dasar bagi ditatanya hubungan yang baru. Demikian ditandaskan Presiden Barack Obama. Bagi Presiden Barack Obama, pidato yang disampaikannya sangat penting, sebagai usaha memulihkan kembali kepercayaan dan persepsi Amerika Serikat di kalangan dunia Islam, setelah pendahulunya George W Bush melancarkan "perang melawan teror" dan politik Timur Tengah yang dijalankannya mengalami kegagalan.

Dunia Islam mengharapkan perubahan hubungan politik luar negeri terhadap Amerika Serikat dan dunia barat secara umumnya, berdasarkan sikap saling menghormati kepentingan masing-masing serta mentaati hukum internasional. Dunia Islam juga mengharapkan, sejak Obama memangku jabatan Presiden Amerika Serikat, agar "babak gelap" hubungan Amerika Serikat dan dunia Islam dapat diakhiri.

Presiden Barack Obama sendiri juga mengakui, di waktu belakangan banyak terjadi kesalahpahaman antara dunia barat dan dunia Islam. Presiden Barack Obama menginginkan diakhirinya sikap tidak saling percaya dan perselisihan antara dunia barat dan dunia Islam. Ia menambahkan, “Selama hubungan kita didasari oleh perbedaan-perbedaan. Artinya kita memberikan wewenang kepada mereka yang menaburkan kebencian ketimbang perdamaian, kepada mereka yang mendukung konflik, ketimbang kerjasama yang dapat membantu kita untuk mencapai keadilan dan kemakmuran. Lingkaran kecurigaan dan perpecahan ini harus diakhiri.”

Sementara itu, dalam pidatonya di Universitas Al-Azhar di Kairo, Presiden Barack Obama kembali menandaskan hak warga Palestina dan kembali menuntut diakhirinya pembangunan pemukiman Yahudi. Ditambahkannya, tidak ada alternatif lain untuk memecahkan konflik ini, selain lewat solusi dua negara. Ia mengingatkan, penderitaan warga Palestina yang berada di kamp pengungsi serta penghinaan dan pelecehan terhadap warga Palestina di wilayah yang diduduki Israel. Tak dapat dipungkiri, kondisi kehidupan warga Palestina tidak dapat diterima.

Presiden Obama dalam pidatonya juga menyinggung konflik atom dengan Iran. Ia menyebutnya telah mencapai ‘titik yang menentukan’. Dan bersedia membicarakannya tanpa adanya prasyarat.

AR/dpa/afpd