1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Lawatan Bersejarah Obama ke Kuba

21 Maret 2016

Tepis perbedaan mendalam di masa lalu, Presiden Barack Obama dan Presiden Kuba Raul Castro duduk bersama di Istana Revolusi, Havana, dalam pertemuan bersejarah retas awal baru.

https://p.dw.com/p/1IGpF
Obama di Kuba
Foto: Y. Lage/AFP/Getty Images

Bagi Barack Obama, tidak ada tempat yang lebih baik ketimbang Havana untuk menunjukkan bahwa menjalin hubungan kembali dapat menjadi hal yang lebih baik daripada mengisolasi negara komunis itu.

Namun, bagi Kuba, yang mencolok adalah sebuah pertanyaan, apakah pemerintah mereka sendiri siap untuk membuktikan bahwa membuka hubungan diplomatik secara ambisius— akan menjadi hal yang lebih baik daripada sekedar berdialog

Kunjungan perdana setelah 90 tahun

Obama menjadi presiden Amerika Serikat pertama yang menginjakkan kakinya di Kuba sejak 90 tahun lalu. Ia ditemani istrinya, Michelle, dan kedua putrinya Sasha dan Malia. Dengan hati-hati Obama dan Presiden Kuba Raul Castro mendorong berhembusnya angin perdamaian.

Obama mengatakan: "Ini masa depan yang kita harapkan bagi anak-anak Amerika, anak-anak Kuba, dimana pada saat mereka dewasa, mereka menganggap kunjungan presiden AS ke Kuba merupakan hal yang wajar, " Di hadapan diplomat Amerika yang baru ditugaskan kembali di kedutaan AS di Havana, Obama menambahkkan: "Anak-anak itu akan berpikir, bahwa wajar saja kedua bangsa bekerja sama."

AS dan Kuba kini lebih erat bekerja sama daripada masa revolusi Kuba tahun 1959. Jumlah warga AS yang ke Kuba kini lebih banyak, sementara warga Kuba juga menaruh harapan besar, sejak Obama dan Castro mulai bergerak menormalisasi hubungan kedua negara – dalam 15 bulan terakhir ini.

Sejak mengambil alih kekuasaan pada tahun 2008, Raul Castro telah mengatur kebijakan ekonomi dan reformasi sosialnya, untuk jangka panjang dan dalam cakupan yang lebih luas, meskipun baik warga Kuba dan warga asing tampak lambat dalam merealisasikan kebijakan itu.

Tidak hanya membebaskan warganya untuk membangun perusahaan-perusahaan independen, tapi pembatasan penggunaan telefon seluler dan internet juga diperingan.Warga juga merasa lebih nyaman mendiskusikan masalah Kuba.

Menanti perubahan

Namun Castro tak berubah dalam kebijakan sistem partai tunggal serta sensor ketat media dan perbedaan politik. Pemerintahannya juga berulang kali mencaci Obama dengan tudingan ingin menguasai warga Kuba.

Untuk itu, dalam kunjungannya ke Havana, Obama berharap dapat mendorong Castro untuk bersama mengggerakkan itikad baik dan mewujudkan perubahan yang berarti, sekaligus menepis kritik bahwa Obawa tunduk pada pemerintahan yang otoriter.

Dalam lawatannya di Kuba, Obama meletakkan karangan bunga di tugu peringatan Jose Marti, pahlawan kemerdekaan Kuba, sebelum menuju untuk kantor kepresidenan Castro. Obama juga menggelar pertemuan dengan para pengusaha AS dan pengusaha Kuba, guna mendorong perluasan sektor swasta.

Dalam beberapa jam pertamanya di pulau Karibia itu, Obama menciptakan memori yang tak mudah terhapuskan atas gambaran hubungan AS-Kuba yang baru. Berjalan di bawah hujan dan udara yang basah, makan di restoran milik swasta yangramai, melintasi pemukiman kelas pekerja.

warga Kuba kaos bergambar Obama
Masih banyak warga Kuba yang menyayangi ASFoto: Reuters/J. Ernst

Orang-orang bergembira dan banyak melonjak menuju iring-iringan yang dijaga ketat tersebut, mengingatkan bahwa banyak rakyat Kuba yang masih menyayangi Amerika meskipun permusuhan antara pemerintahan mereka berlangsung selama beberapa dekade.

Namun kesempatan ini juga mengingatkan, bahwa aspirasi Obama untuk meningkatkan penegakkan hak asasi manusia di Kuba masih harus diwujudkan. Sekelompok pengunjuk rasa anti-pemerintah ditangkap saat Force One melintasi udara dalam penerbangannya menuju Kuba. Kelompok oposisi Kuba diharapkan menghadiri pertemuan Obama dengan para pembangkang di negeri itu.

ap/as(ap)