1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Obama Mencari Penyembuh "Ketergantungan Utang" AS

7 Agustus 2011

Obama menyimpulkan, Washington tidak bisa melanjutkan kebijakan penghematan berikutnya. Lembaga pemeringkat Standard & Poor’s mempertahankan penilaian terhadap Amerika Serikat.

https://p.dw.com/p/12CU8
Peringkat kredit Amerika Serikat tidak lagi dianggap paling bonafid.
Peringkat kredit Amerika Serikat tidak lagi dianggap paling bonafid.Foto: picture alliance/dpa

"Kami harus menegaskan penggabungan tekad, kemampuan, dan keterlibatan bangsa kami dalam mengatasi tantangan utama dalam sektor ekonomi dan keuangan," kata Jay Carney, jurubicara Presiden Barack Obama, merujuk pada dua partai yang bersengketa di Washington. Tujuannya adalah, "memberikan landasan keuangan yang lebih kuat kepada bangsa".

Carney menjelaskan, dalam beberapa pekan mendatang Obama akan menugaskan komisi bipartisan untuk mengeksplorasi kemungkinan tindakan penghematan yang baru. Lebih lanjut Carney mengatakan bahwa Presiden AS akan mendorong semua anggota Kongres untuk "mewujudkan tekad bersama melalui perbedaan politis dan ideologis bagi pemulihan dan langkah jangka panjang yang lebih sehat dalam sektor keuangan."


"Terlalu Banyak Silang Pendapat"

Jurubicara Gedung Putih Jay Carney
Jurubicara Gedung Putih Jay CarneyFoto: dapd

Kompromi antara kubu Demokrat dan Republik mengenai kenaikan plafon utang AS merupakan "langkah penting ke arah yang tepat". "Namun terlalu banyak silang pendapat dan diperlukan waktu yang terlalu lama dalam menuju jalan itu," jelas Carney. Dengan kata-kata itu Carney menanggapi Standard & Poor's yang menurunkan peringkat kredit AS untuk pertama kalinya sejak 70 tahun terakhir. Keputusan Standard & Poor's merupakan konsekuensi sengketa utang yang berkepanjangan. Konkretnya, S&P menurunkan peringkat kredit AS dari nilai tertinggi AAA menjadi AA+, satu peringkat lebih rendah. Dalam kesempatan yang sama, S&P juga memperingatkan bahwa prospek AS pun "negatif".

Standard & Poor's mempertahankan penilaiannya itu di tengah kritik dari Washington. Mereka berkesimpulan bahwa AS menemui kesulitan mengatasi defisit anggarannya, ungkap seorang pejabat senior S&P. "Mungkin juga akan terjadi lagi penurunan peringkat kredit," tambahnya. Media-media AS melaporkan, pemerintah di Washington menentang keras penurunan peringkatnya hingga detik-detik terakhir. Dikatakan, Washington menuding S&P melakukan kesalahan kalkulasi.

Ketakutan Para Analis

Bursa saham AS dan Eropa mengalami kerugian signifikan pekan lalu.
Bursa saham AS dan Eropa mengalami kerugian signifikan pekan lalu.Foto: picture alliance/dpa

Kini para analis mengkhawatirkan badai berikutnya di pasar keuangan. Beberapa hari lalu saja terjadi kerugian signifikan di pasar saham Amerika Serikat dan Eropa. Apalagi saat ini Eropa juga mengalami krisis utang beberapa negaranya. Setelah peringkat kredit AS diturunkan, ada 17 negara yang masih berada dalam peringkat AAA, seperti negara-negara kecil dan juga negara industri G-7 seperti Jerman, Perancis, Inggris dan Kanada.

Sementara itu, Cina melontarkan kritik tajam pada Amerika Serikat. Hal ini tidak biasa dilakukan RRC. "Amerika harus membayar ketergantungan pada utang dan perdebatan politiknya yang rabun," begitu komentar kantor berita resmi Cina, Xinhua. Sebagai kreditor terbesar Amerika Serikat, Cina berhak meminta "agar Amerika Serikat bisa mengatasi masa utang secara struktural dan menjaga keamanan simpanan Dollar milik Cina". Selain itu, pemerintah di Beijing mempertanyakan peranan Dollar sebagai pemimpin. Harus ada alternatif, tambahnya. Pemerintah Jerman tidak ingin mengomentari secara resmi penurunan peringkat kredit Amerika Serikat.

Christian Walz (afp, dapd, dpa, rtr)/Luky Setyarini

Editor: Marjory Linardy