1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

271109 USA Afghanistan Strategie

27 November 2009

Warga Amerika sudah berbulan-bulan menunggu janji presiden Obama memulangkan pasukan AS dari Afghanistan. Kapan pelaksanaannya, merupakan pertanyaan besar apalagi setelah panglima AS menuntut tambahan pasukan.

https://p.dw.com/p/Khp8
Seorang tentara AS di distrik Narang, dekat perbatasan di kawasan timur Afghanistan.Foto: AP

Presiden Barack Obama hati-hati mempertimbangkan langkahnya. Dalam pekan-pekan terakhir, ia terus berkonsultasi dengan para jendral dan para pakar keamanan untuk menetapkan strateginya di Afghanistan.

Panglimanya, Jendral McChrystal, menuntut penambahan pasukan. Selain itu banyak pertimbangan pelik lainnya, seperti masalah biaya, pelatihan pasukan Afghanistan serta legitimasi pemerintahan Hamid Karsai saat ini. Sementara itu sebagian besar masyarakat Amerika Serikat tengah menunggu-nunggu pidato Obama mendatang yang akan disiarkan langsung di televisi. Apa yang akan dikatakannya Selasa depan (01/12)?

Dalam rangka kunjungan Perdana Menteri India Manmohan Singh beberapa hari lalu, Obama sempat menyinggung targetnya di Afghanistan. Ketika itu ia menyebutkan, secara strategis kepentingan AS adalah memastikan bahwa Al Qaida dan jaringan radikal tidak bisa lagi beroperasi secara efisien di kawasan ini.

Sebagian besar pengamat politik di Washington menilai, pasukan Amerika Serikat di Afghanistan akan harus ditambah dulu, sebelum nantinya – dalam beberapa tahun lagi, akhirnya bisa ditarik pulang secara bertahap. Para pengamat juga memperkirakan bahwa Obama akan meminta bantuan pasukan dari negara-negara mitranya. Meski ada harapan bahwa pasukan bantuan itu bisa mencapai 10 000 orang tentara, secara realistis negara anggota NATO diperkirakan hanya akan bersedia mengirim 5 000 tentara.

Namun apapun keputusannya, Obama nanti akan berhadapan dengan kritik. Partai republik menganggap Obama terlalu ragu-ragu, dan menuntut pengiriman 40 ribu tentara ke kawasan Hindukush. Sementara orang-orang seperti Richard Haas dari majelis hubungan luar negeri, sebuah think tank AS, menilai kawasan Afghanistan tidak menentukan mati-hidupnya kelompok-kelompok teroris.

Menurut Haas, Afghanistan itu penting, tapi sebenarnya negara itu tidak memiliki peran penting dalam masa depan Amerika Serikat, juga dari segi keamanan. Bagi seorang teroris, Afghanistan tidak istimewa. Ia katakan, tidak benar bahwa Afghanistan memainkan peranan utama dalam upaya global untuk melawan terorisme.

Richard Haas dan juga sejumlah anggota partai demokrat memandang penambahan pasukan di Afghanistan secara kritis. Mereka menilai, Asia Tengah bukan satu-satunya lokasi kamp-kamp pelatihan teroris. Jaringan Al Qaida kini sudah beroperasi dari Somalia dan Yaman.

Di samping itu menurut pejabat dinas intelijen AS, Paul Pillar, biaya penugasan pasukan di Afghanistan terlalu mahal. Pillar memperkirakan, biaya penambahan pasukan untuk berperang di Afghanistan mencapai seratus milyar dolar per tahunnya. Biaya yang harus ditanggung oleh setiap warga pembayar pajak di Amerika Serikat.

Dalam pidatonya di akademi militer Westpoint pekan depan, Presiden Obama harus menjelaskan juga, bagaimana ia akan membiayai penambahan pasukan itu.

Miodrag Soric / Edith Koesoemawiria
Editor: Hendra Pasuhuk