1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
KesehatanIndonesia

Omicron 'Siluman' BA.2 Masuk RI, Simak Kemungkinan Dampaknya

Detik News
28 Januari 2022

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin meyakini varian Omicron BA.2 sudah masuk RI dan diprediksi sudah terdapat 10 kasus. Subvarian ini sulit dideteksi alat tes PCR SGTF yang digunakan untuk skrining varian Omicron BA.1.

https://p.dw.com/p/46Czg
Tes PCR
Omicron BA.2 dapat tidak terdeteksi oleh pemeriksaan PCR SGTFFoto: Hasan Bratic/picture alliance

Omicron BA.2 dipastikan Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin sudah terdeteksi di Indonesia. Subvarian ini dijuluki 'Omicron siluman' karena lebih sulit dideteksi dengan tes SGTF (S-gene Target Failure).

"Sudah ada. Kita sudah deteksi mungkin sekitar 10," kata Menkes Budi dalam perbincangan dengan media, Kamis (27/01).

Mantan Direktur Penyakit Menular Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) bagian Asia Tenggara, Profesor Tjandra Yoga Aditama, mengatakan Omicron BA.2 memang sedang meningkat di beberapa negara. Bukan tidak mungkin perlu ada penyesuaian kebijakan bila kemudian subvarian ini menyebar luas di Indonesia.

"Kita ketahui bahwa BA.2 dikenal sebagai 'stealth Omicron' atau Omicron yang 'menipu', khususnya karena adanya delesi fenomena 'S gene target failure - SGTF' sehingga dapat tidak terdeteksi oleh pemeriksaan PCR SGTF yang kini justru mulai diperbanyak di negara kita," ungkap Prof Tjandra.

"Sekarang memang jumlah BA.2 masih amat kecil, tapi kalau jumlahnya makin banyak maka bukan tidak mungkin dapat mempengaruhi kebijakan yang perlu diambil," pungkasnya dalam pesan yang diterima detikcom pada Jumat (28/01).

Diduga menular dengan cepat

"Di beberapa negara maka BA.2 ini makin meningkat, seperti di India, Filipina, dan juga mulai ada laporan antara lain dari Denmark, Inggris, dan Jerman," sambung Prof Tjandra.

Dalam kesempatan lainnya, pakar biologi molekuler Ahmad Rusdan Utomo menyebut penularan BA.2 diduga lebih cepat dibanding varian Omicron BA.1. Akan tetapi lantaran sudah disimpulkan sebagai varian corona, pencegahan penyebaran subvarian ini masih mengandalkan penerapan protokol kesehatan dan vaksinasi COVID-19.

"Memang diduga penyebaran BA.2 lebih tinggi, tapi tidak diketahui apakah juga menimbulkan tingkat keparahan gejala. Hingga kini peningkatan penyebaran BA.2 juga tidak diikuti dengan kenaikan angka kenaikan pasien COVID yang dirawat di rumah sakit," terang Ahmad saat dihubungi detikcom, Kamis (27/01).

"Yang pasti secara umum semua varian masih terdeteksi sebagai COVID. Artinya mitigasinya pun masih standar yaitu prokes dan vaksinasi," pungkasnya. (Ed: ha)

 

Baca selengkapnya di: Detik News

Omicron 'Siluman' BA.2 Masuk RI, Eks Petinggi WHO Bahas Kemungkinan Dampaknya

BA.2 Sulit Terdeteksi SGTF dan Diduga Menular Cepat, Ini Pesan Pakar buat Warga