1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Oposisi Suriah Bertekad Bersatu Singkirkan Assad

16 Juli 2011

Puluhan ribu warga Suriah lakukan pawai duka bagi demonstran yang tewas dalam aksi protes baru-baru ini. Sementara oposisi Suriah gelar pertemuan di Istanbul dan di Damaskus, Sabtu (16/07).

https://p.dw.com/p/11wmJ
Mitglieder der syrischen Opposition nehmen am Samstag (16.07.2011) in Pendik bei Istanbul an einer Konferenz teil. Auf der Konferenz wurde eine Strategie für den Sturz des Regimes von Präsident Baschar al-Assad beschlossen. Foto: Anne Beatrice Clasmann dpa (Zu dpa 0145)
Konferensi Oposisi Suriah di IstanbulFoto: picture alliance/dpa

Puluhan ribu warga Suriah hari Sabtu kemarin (16/7) melakukan pawai duka di ibukota Damaskus sambil mengusung jenazah para demonstran yang tewas pada aksi unjuk rasa Jumat lalu (15/7). Menurut saksi mata, pemakaman korban dilangsungkan di Damaskus dan kawasan sekitarnya. Menurut aktivis Suriah, pasukan pemerintah hari Jumat lalu (15/7) menewaskan sedikitnya 28 orang demonstran dan melukai ratusan lainnya. Sementara pihak lainnya memperkirakan lebih dari 41 demonstran tewas.

Hanya di Damaskus dan kawasan sekitarnya saja diperkirakan 22 pengunjuk rasa tewas Jumat lalu, ujar Mohammed Abdullah dari komite koordinasi yang mendokumentasikan aksi protes di Suriah, hari Sabtu (16/7). Dengan begitu, aksi kekerasan militer untuk membubarkan demonstrasi menentang Presiden Assad yang dimulai empat bulan lalu, mencapai titik puncak yang paling berdarah.

Syrien Demonstration Facebook
Demonstrasi di Suriah, FacebookFoto: picture-alliance/dpa

Transisi damai menuju tatanan demokrasi

Sementara itu hari Sabtu (16/7) para aktivis Suriah melakukan perundingan di Istanbul, Turki, dan juga di Damaskus digelar pertemuan rahasia mengenai kemungkinan untuk menjatuhkan Presiden Bashir al-Assad dan untuk mulai mencanangkan transisi damai menuju tatanan demokrasi.

Sekitar empat ratus oposisi dalam pengasingan bertemu di Istanbul pada acara yang dinamakan "Konferensi Perujukan Nasional " dan mencoba untuk berbicara dengan satu suara, yaitu menentang penguasa Suriah, Presiden Bashar al-Assad. Haitham al-Maleh dari organisasi HAM Suriah mengutarakan: "Saya harap, kita semua mengerti bahwa kita menghadapi sebuah rejim yang sangat sulit di Suriah."

Awalnya para tokoh oposisi di Istanbul ini hendak melakukan pertemuan bersama di Damaskus dengan para penentang rejim Suriah. Namun rencana ini dibatalkan mengingat terlalu berbahaya, apalagi setelah dilancarkannya penumpasan aksi protes berdarah Jumat lalu (15/7).

epa02688955 Turkish and Syrian protestors hold Syrian flags and shout slogans against Syrian President Bashar al-Assad during a demonstration after Friday pray in Istanbul, Turkey, 15 April 2011. Hundreds of people protest against President Bashar's government and the Baath Party, following street violence and a growing number of dead and injured across Syria. EPA/TOLGA BOZOGLU +++(c) dpa - Bildfunk+++
Aksi protes terhadap Presiden Suriah, Bashar al-AssadFoto: picture alliance/dpa

Oposisi: Assad sudah kehilangan legitimasinya

Tujuan konferensi ini adalah pemilihan wakil-wakil gerakan oposisi bersama yang hidup di Suriah maupun dalam pengasingan. Juga direncanakan untuk merumuskan rencana kerja. Sedangkan dari tempat yang dirahasiakan di Damaskus, para aktivis peserta pertemuan melakukan kontak lewat telepon dengan peserta konferensi di Istanbul. Haitham al-Maleh yang mengorganisir pertemuan di dua tempat itu mengatakan bahwa rejim Assad menyandera negara Suriah dan mereka ingin mengambilnya kembali. Maleh bertahun-tahun dipenjarakan di Suriah karena aktivitas politiknya. Baru-baru ini pengacara berusia 80 tahun itu melarikan diri dari tanah airnya karena khawatir akan keselamatannya.

Sementara pemimpin oposisi Maschaal Tammo mengatakan lewat telepon kepada kantor berita AP bahwa Assad telah kehilangan legitimasinya. Tammo menuntut pengunduran diri Assad sebagai presiden dan transisi damai menuju negara sipil, pluralis dan demokratis. Para oposisi di Istanbul memutuskan untuk melupakan semua perbedaan ideologis mereka sampai Assad berhasil dilengserkan.

Christa Saloh/dpa/rtr

Ediitor: Agus Setiawan