1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Oposisi Thailand Menolak Berunding

11 April 2010

Kubu oposisi Thailand menolak untuk bernegosiasi, setelah aksi demonstrasi berjalan selama berbulan-bulan, yang berujung pada bentrokan dan tewasnya dua puluh korban jiwa di negara Gajah Putih tersebut.

https://p.dw.com/p/Mt76
Hari Minggu /11/04) pemrotes bertahan di pusat perbelanjaan BangkokFoto: AP

Selongsong peluru dan batu-baru berserakan dimana-mana, darah menggenangi jalan-jalan utama di dekat pusat kawasan wisata, dimana pasukan keamanan berusaha menghalau demonstran, yang menuntut agar Perdana Menteri Thailand Abhisit Vejjajiva membubarkan parlemen. Para pengunjuk rasa juga mendesak digelarnya pemilu lebih awal.

Thailand Bankok Proteste
Demonstran menolak meninggalkan jantung ibukota.Foto: AP

Oposisi Menghimbau Dijauhinya Aksi Kekerasan

Pada hari Minggu (11/04), para demonstran menunjukkan tumpukan senjata yang mereka rampas dari dari tentara, termamasuk senapan dan senjata mesin. Namun pemimpin aksi demonstrasi Veera Musikapong menyerukan pengikutnya untuk menghindari kekerasan melawan pasukan pemerintah dan bekerjasama dengan pihak berwenang dalam menyelidiki insiden yang terjadi Sabtu kemarin.

Dua Puluh Orang Tewas

Bentrokan antara kelompok „Baju Merah“ dengan pihak keamanan, yang terjadi di ibukota Thailand kemarin, mengakibatkan sedikitnya dua puluh orang tewas dan 800 ribu orang terluka. Seorang wartawan Jepang termasuk di antara yang tewas.

Unruhen in Thailand
Kerusuhan di ThailandFoto: AP

Pasukan keamanan dan para pengunjuk rasa beratribut merah itu terlibat bentrokan di jantung ibukota, Bangkok. Tentara dan polisi berusaha membubarkan demonstrasi di beberapa titik dengan gas air mata. Para demonstran pro bekas PM Thaksin Sinawatra membalas dengan lemparan batu. Polisi pun melepaskan sejumlah tembakan.

Oposisi dan Tentara Kini Menahan Diri

Bentrokan terparah dalam 18 tahun terakhir di negara Gajah Putih tersebut, termasuk di kawasan-kawasan wisata di Bangkok itu berakhir setelah pasukan keamanan menarik diri dan Sabtu (10/04). Pada hari Minggu (11/04) ini, Bangkok, kembali tenang. Kubu oposisi yang dikenal dengan kelompok „Baju Merah“ menduduki dua kawasan utama ibukota berpenduduk 15 juta jiwa itu, namun tidak mencoba untuk keluar dari markas mereka. Di pihak lain, tentara juga tidak mengambil langkah maju mendekati para demonstran. Juru bicara pemerintah mengungkapkan, tentara telah diperintahkan untuk mundur dari kawasan perbelanjaan untuk beristirahat.

Oposisi Menolak Berunding

Pemerintah juga menyatakan telah menunjuk seorang pejabat senior untuk membuka kontak dengan kelompok oposisi, guna mencari solusi untuk menghentikan konfrontasi, namun kubu oposisi tidak berhasrat untuk kompromi. Pemimpin kelompok „Baju Merah“ Weng Tojirakarn berujar „Waktu untuk bernegosisasi sudah habis. Kami tidak mau berunding dengan pembunuh.“ Dilanjutkannya: „Kami akan tetap berjuang.“

Abhisit Vejjajiva
PM Thailand Abhisit VejjajivaFoto: picture alliance / landov

PM Abhisit Vejjajiva menyampaikan dukacita pada korban yang tewas. Namun ia menegaskan tidak akan tunduk pada tuntutan para pengunjuk rasa. "Saya dan seluruh jajaran pemerintah akan terus berupaya memecahkan kemelut ini," kata PM Vejjajiva dalam pidato televisinya.

Raja Diminta Turun Tangan

Kaum demonstran berbaju merah yang sebagian besar berasal dari pedesaan, meminta Raja Bhumibol untuk turun tangan demi mencegah jatuhnya korban jiwa lebih banyak.

Unruhen in Thailand
Biksu Budha menyerukan agar tidak digunakan aksi kekerasanFoto: AP

Situasi Perekonomian Dicemaskan Terganggu

Kalangan ekonom menengarai kondisi ini akan menghantam industri pariwisata di Thailand dan pasar saham bakal bereaksi negatif pada´pembukaan Senin esok. Kepala riset CIMB Securities, Kasem Prunratanamala menyebutkan dari pengalaman bulan-bulan lalu, para pialang asing akan menunggu hingga situasi politik kembali lebih jelas.

AP/GG/ML/ap/rtr