1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

110711 Griechenland Hilfspaket

11 Juli 2011

Setelah beberapa bank swasta setuju akan memberi kontribusinya, para politisi Eropa berharap bisa segera meloloskan paket bantuan kedua bagi Yunani. Tetapi rencana ini masih bisa digaglkan oleh lembaga-lembaga rating.

https://p.dw.com/p/11sye
Simbol paket bantuan Yunani
Uni Eropa diskusikan paket bantuan kedua bagi YunaniFoto: DW/Fotolia-Giordano Aita/Dan Race

Yunani sekali lagi luput dari kebangkrutan. Sebanarnya tim ahli dari Bank Sentral Eropa, Komisi Uni Eropa dan Dana Moneter Internasional sudah memberikan status “tidak memuaskan” bagi Yunani, sehingga kucuran dana seharusnya dihentikan. Tetapi di saat-saat terakhir, parlemen Yunani menyetujui program penghematan dan privatisasi sebesar 78 milyar Euro, yang memungkinkan pembayaran tahap kelima dari paket bantuan pertama. Sampai September dana bantuan sebesar 12 milyar Euro diharapkan dapat menyelamatkan Yunani dari lautan hutangnya. Lalu inspeksi berikutnya akan datang lagi dan Yunani akan kembali gemetar, karena situasi di Athena tidak akan banyak berubah.

Resesi saat ini menyebabkan pendapatan melalui pajak berkurang, sementara gaji akan terus dipotong dan konsumsi juga terus berkurang. Ini akan menyebabkan resesi lanjutan. Untuk menjamin reformasi keuangan untuk jangka panjang, Uni Eropa sekarang sedang mendiskusikan paket bantuan tahap kedua sebesar 120 milyar Euro. Bagi Andreas Rees, kepala organisasi bank-bank Eropa UniCredit, paket ini mempunyai arti penting.

"Program ini kemungkinan akan berjalan sampai akhir 2014, dan dengan ini Yunani akan mempunyai waktu paling tidak dua tahun untuk menunjukkan, bahwa mereka bisa menerapkan program reformasinya, dan bahwa reformasi ini juga bisa mempunyai efek positif, yaitu pertumbuhan ekonomi yang tinggi,“ papar Rees.

Hutang Yunani terus meningkat

Pertumbuhan ekonomi memang kunci untuk menghentikan hutang. Karena walaupun ekonom seperti Rees mengatakan bahwa defisit Yunani sudah sangat berkurang, total hutang negara ini tetap terus meningkat. Menurut perkiraan Uni Eropa, tahun 2012 Yunani akan mempunyai hutang negara sebesar 160 persen pendapatan domestik brutonya.

Program privatisasi yang berambisi tinggi juga tidak akan banyak membantu. Karena itu ahli ekonomi seperti Max Otte terus menuntut penjadwalan kembali pembayaran hutang dan kontribusi wajib dari bank-bank. Menurutnya, "pihak yang turus melakukan kesalahan, kreditor yang juga memberikan uangnya dengan alasan mereka tahu situasinya, mereka juga harus bertanggung jawab. Dan sekarang ini hanya terjadi secara simbolis.“

Krisis ancam zona mata uang Euro

Tetapi kesepakatan antara bank-bank swasta Jerman dan pihak asuransi mengenai kontribusi dalam paket bantuan tahap kedua kembali dikritik oleh lembaga rating Standard & Poor's. Lembaga rating yang berkuasa ini mengumumkan akan menilai kontribusi sukarela bank pun sebagai kegagalan membayar hutang bagi Yunani.

Ini artinya Bank Sentral Eropa tidak akan lagi menerima obligasi pemerintah Yunani sebagai jaminan bagi kredit bank. Ini bisa meyebabkan sistem perbankan Yunani runtuh dan, yang paling buruk, musibah besar di zona mata uang Euro.

Kemungkinan ini membuat para politisi Eropa ketakutan. Karena itu paket bantuan kedua harus diloloskan, juga tanpa kontribusi bank. Hal yang sulit bagi Uni Eropa. Parlemen Jerman, misalnya, hanya akan menyetujui paket bantuan jika para kreditor juga memberikan kontribusinya. Karena itu perdebatannya mulai dari nol lagi dan akan berlangsung sampai Septermber, ketika harus kembali diputuskan, apakah Yunani dinyatakan bangkrut atau apakah Yunani harus ditolong agar kembali luput dari kebankrutan.

Menurut pakar Max Otte, karena para politisi pasti memilih opsi kedua dan tragedi Yunani tidak akan ada akhirnya. "Drama ini akan berlanjut ke babak tiga dan empat," ujarnya "Tetapi memang ini lah yang diinginkan oleh bank-bank. Mereka akan terus mendapatkan uang. Pada akhirnya tidak ada yang berubah. Dan ini situasi yang fatal,“ kata Otte.

Zhang Danhong / Anggatira Gollmer
Editor: Hendra Pasuhuk