1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

080410 EU Pakistan

8 April 2010

Pakistan sekarang mendapat perhatian lebih dari Eropa karena beberapa faktor penting. Tadinya pertemuan Puncak Uni Eropa-Pakistan akan berlangsung minggu ini, tapi ditunda sampai akhir April.

https://p.dw.com/p/MqWf
Presiden Pakistan Asif Ali ZardariFoto: Abdul Sabooh

Juni tahun lalu Uni Eropa mengundang Presiden Pakistan Asif Ali Zardari ke Brussel. Itu merupakan pertemuan tinggi pertama antara UE dan Pakistan. Motivasi utama undangan tersebut adalah menciptakan stabilisasi di Pakistan. Sebelum kasus pembunuhan terhadap istri Zardari, mantan Perdana Menteri Benazir Bhutto, Pakistan sudah lama dilanda kerusuhan politik. Pertikaian antara militer, pemerintah sipil dan apartur penegak hukum terpicu oleh kenyataan mengkhawatirkan, bahwa Pakistan memiliki senjata nuklir. Dan jaringan yang terbentuk antara kelompok militan dengan Pakistan dan Afghanistan membuat pusing UE. Ketika Zardari mengunjungi Brussel, Ketua Komisi UE José Manuel Barroso memuji upayanya memerangi kelompok Taliban, "kami terkesan oleh upayanya menjadikan Pakistan negara demokrasi, agar tidak menjadi sumber konflik dan terorisme untuk kawasan lain di dunia.“

Dalam pertemuan itu UE menjanjikan akan meneruskan bantuan dana serta dukungan politik kepada Pakistan, namun dengan maksud tertentu. Pejabat khusus urusan luar negeri UE waktu itu, Benita Ferrero-Waldner memaparkan, "sebagai balasannya kami menginginkan Pakistan menganggap serius perang melawan terorisme. Selain itu, kami juga mengharapkan perubahan seperti pemerintahan yang baik agar kami dapat memulai kerjasama dengan Pakistan di bidang pendidikan. Pakistan hendaknya bersedia untuk menanganinya dengan sungguh-sungguh.“

Pernyataan itu disampaikan Ferrero-Waldner tahun lalu. Apakah sejak itu Pakistan memenuhi persyaratan-persyaratan tersebut? Shada Islam, pakar Pakistan di pusat politik Eropa di Brussel menuturkan, "menurut saya, tuntutan mewujudkan pemerintahan yang baik diperhatikan betul-betul oleh pemerintah Pakistan. Tema besar di Pakistan adalah siapa yang akan memegang kekuasan. Militer atau sipil? Dan saya kira, militer yang sementara ini lebih unggul. Hal terkait pendidikan merupakan proses yang memerlukan waktu. Di Barat soal pesantren menyebabkan sakit kepala, tetapi itu proyek beberapa generasi ke depan. Pakistan harus mengupayakan sekolah negeri yang baik, supaya orang-tua tidak mendaftarkan anak-anaknya di pesantren. Begitu juga pemberantasan terorisme merupakan tanggung jawab beberapa generasi yang akan datang. Ekstremisme, pemberontakan, aksi kekerasan di Pakistan tidak dapat dihilangkan hanya dengan melakukan sekali dialog. Ini upaya jangka panjang.“

Namun Pakistan juga mempunyai persyaratan. Diantaranya, UE diminta membuka pasarnya untuk produk tekstil Pakistan. Dan hingga kini belum ada perkembangan. Pakistan tidak ingin terus-terusan menjadi penerima bantuan, akan tetapi menjadi mitra perdagangan yang kuat. Shada Islam menjelaskan, tanpa adanya konflik dengan Afghanistan, perhatian Eropa untuk Pakistan jauh lebih sedikit. Walaupun demikian, ia menganjurkan, agar UE bekerjasama dengan Pakistan untuk jangka panjang. Kalau tidak, Eropa tidak akan mempunyai pengaruh di kawasan itu.

Shada Islam, "sesungguhnya, AS yang mempunyai pengaruh besar di Asia dan pasti juga di Pakistan. Sedangkan UE di sini menempati peringkat kedua. Mungkin juga hanya peringkat ketiga setelah Cina, yang mempunyai peranan yang sangat penting. Tetapi, bila UE ingin menjadi pemain global, tidak mungkin lembaga itu tidak menghiraukan kawasan ini. Namun di satu pihak, tidak menguntungkan Pakistan, jika terlalu tergantung pada AS, dan di pihak lain, jangan sampai UE tidak dilibatkan dalam kejadian-kejadian di Asia selatan.“

Menurut Shada Islam, perundingan antara Pakistan dengan UE masih berada pada tahap awal, yang diharapkan dalam waktu dekat dapat dikembangkan lebih erat lagi.

Christina Janssen / Andriani Nangoy

Editor: Asril Ridwan