1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Palestina Mengejar Kemandirian Ekonomi

Blair Cunningham23 April 2014

Otoritas Palestina mengungkap rencana eksplorasi minyak bumi di Tepi Barat, yang disebut sebagai langkah penting dalam menumbuhkan ekonomi dan bebas dari ketergantungan terhadap Israel.

https://p.dw.com/p/1BlrU
Foto: David Silverman/Getty Images

Mohammed Mustafa, wakil perdana menteri Palestina urusan ekonomi, mengatakan bahwa Palestina tengah mencari investasi perusahaan internasional untuk mengeksplorasi dan mengolah minyak di bagian utara Tepi Barat, tak jauh dari ladang minyak Meged milik Israel, yang memproduksi 200 juta ton minyak.

Sebagian besar dari wilayah eksplorasi yang ditawarkan Tepi Barat seluas 400 kilometer persegi berada di bawah kontrol Israel dan muncul keraguan apakah Israel akan menyetujui proyek ini atau tidak. Kantor Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menolak berkomentar.

Mustafa, yang pernah menjabat di Bank Dunia, memperkirakan proyek ini akan menghasilkan sekitar 1 miliar Dolar bagi Otoritas Palestina.

Pakar minyak Amit Mor kepada DW mengatakan bahwa proyek ini butuh investor asing karena hanya menuju eksplorasi saja sudah diperlukan 10 juta Dolar. “Kalau jumlah minyak yang ditemukan signifikan, tentu bisa berkontribusi bagi ekonomi Palestina,” jelasnya.

Jangan terlalu bersemangat

Tak bisa dipungkiri, perekonomian Tepi Barat begitu tergantung pada perdagangan dengan Israel.

Lembaga pemikir The Portland Trust memperlihatkan bahwa 86 persen ekspor dan 59 persen impor Palestina datangnya dari Israel pada tahun 2013.

Diversifikasi menjadi kunci perekonomian Palestina apabila ingin menyapih dari ketergantungan terhadap Israel
Diversifikasi menjadi kunci perekonomian Palestina apabila ingin menyapih dari ketergantungan terhadap IsraelFoto: picture alliance/ZUMA Press

Direktur The Portland Trust, Kamel Husseini, menilai diversifikasi amatlah penting bagi perekonomian dan keberlanjutan ekspor Palestina.

"Yang juga kritis adalah implementasi strategi ekspor terkoordinasi yang dipimpin sektor swasta dan bertujuan mempromosikan aktivitas berpotensi tinggi termasuk produk pertanian dan layanan IT," lanjutnya.

Tahun 2013 defisit perdagangan Tepi Barat mencapai 3,7 miliar Dolar dan pada tahun 2012 produk domestik bruto per kapita di Tepi Barat hanya 1.924 Dolar dan 876 Dolar di Gaza.

Husseini juga termasuk dalam delegasi pebisnis dari Israel dan Tepi Barat yang membentuk inisiatif perdamaian 'Breaking the Impasse' (BTI). Ia menilai bisnis tidak dapat bertahan di tengah ketidakpastian dan ia menginginkan para pemimpin politik untuk memecahkan kebuntuan. "Belum terlihat adanya pemecahan, kita butuh solusi dua negara."

Tiada laba tanpa perdamaian

Pertentangan jelas tidak membantu
Pertentangan jelas tidak membantuFoto: Reuters/Ammar Awad

Pebisnis lainnya juga setuju bahwa tanpa perdamaian, tidak akan ada bisnis yang sukses, atau peningkatan GDP di Tepi Barat.

Namun CEO Kamar Dagang Israel-Palestina Baruch Mazor mengatakan meski angka pengangguran naik 39 persen pada sejumlah sektor, semua indikator menunjukkan bahwa standar hidup terus membaik.

"Menurut saya perekonomian Palestina tidak tergantung pada Israel - mereka bisa membeli apapun yang mereka mau. Mereka punya dananya. Namun membeli dari Israel adalah cara berbisnis yang sangat logis - jaraknya dekat dan bagi Palestina ini cukup nyaman," papar Mazor kepada DW.

Ia menilai peluang seperti eksplorasi minyak akan membantu Otoritas Palestina dan meningkatkan GDP, namun ia tidak mengharapkan sebuah peluru perak.

"Saya pikir ini tidak akan menciptakan jutaan Dolar atau ratusan ribu pekerjaan, tapi akan memberi pemasukan bagi pemerintah dan mendorong investasi publik serta pertumbuhan ekonomi," tambahnya.

Ketua Bursa Saham Palestina, Ahmad Aweidah, mengaku tidak yakin bisnis di Tepi Barat dalam waktu dekat bisa kembali pulih menyusul gagalnya dialog perdamaian. Ia mengatakan hal-hal fundamental masih belum berubah. "Butuh waktu sebelum dampak sebuah peristiwa terlihat pada dunia finansial. Namun yang harus juga dipahami, kami adalah sandera lingkungan politik yang menjadi lokasi kami berbisnis."