1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Afghanistan Karsai

18 Januari 2010

Krisis politik di Afghanistan terus berlanjut. Parlemen Afghanistan mulai memasuki masa reses, Senin (18/01), setelah Sabtu (16/01) untuk kedua kalinya menolak lebih dari separuh kandidat menteri yang diajukan Karzai.

https://p.dw.com/p/LZ2J
Presiden Afghanistan Hamid KarzaiFoto: AP

Parlemen menolak 10 nama kandidat dari 17 calon menteri yang diajukan. Dalam sidang sebelumnya yang digelar dua pekan lalu, parlemen juga menolak 17 nama dari 24 kandidat menteri yang dicalonkan. Dengan demikian, dari rancangan 25 menteri dalam kabinet di Kabul, saat ini 11 diantaranya masih kosong. Hal ini merupakan pukulan telak bagi Karzai menjelang digelarnya konferensi Afghanistan di London tanggal 28 Januari mendatang.

Para pengamat di Kabul menilai kegagalan berturut-turut di parlemen itu, sebagai kekalahan berikutnya dari Presiden Karzai yang kredibilitasnya memang sudah lemah, gara-gara hasil pemilu presiden yang kontroversial. Upayanya mengajukan nama-nama baru kandidat menteri dinilai hanya untuk mengukuhkan posisinya menjelang konferensi di London. Namun terlepas dari penolakan parlemen itu, sebetulnya sejumlah posisi penting dalam kabinet Karzai sudah terisi, masing-masing untuk jabatan menteri pertahanan, luar negeri, dalam negeri, ekonomi, tenaga kerja, kehakiman dan keuangan.

Menanggapi keputusaan parlemen itu, Hamid Karzai mengatakan ia menghormatinya karena keputusan ini sesuai konstitusi. Namun dalam waktu bersamaan, ia juga menyesalkan hasil voting, karena nama-nama yang diajukan dinilai merupakan kandidat yang layak dan mampu untuk menduduki jabatan di kabinet.

Masyarakat internasional kembali mengingatkan presiden Afghanistan itu, agar membentuk kabinet yang bersih dan dapat berfungsi. Utusan khusus Uni Eropa untuk Afghanistan Kai Eide mengatakan, lambannya pembentukan kabinet akan berdampak pada kemampuan pemerintah dalam menjalankan tugasnya. Sementara utusan Afghanistan dari pemerintah Amerika serikat, Richard Holbrooke, menepis tudingan, bahwa gagal lolosnya nama-nama kandidat menteri itu berkaitan dengan keberadaan pasukan AS di Afghanistan. Hal itu murni masalah dalam negeri Afghanistan sendiri, kata Holbrooke menegaskan.

Kini dinantikan dengan tegang, bagaimana reaksi negara-negara donor Afghanistan. Sejumlah donor bahkan sudah menyatakan akan menarik diri dari negara itu. Silang sengketa di parlemen Afghanistan terutama berkaitan dengan keraguan bahwa pemerintah baru itu akan memiliki kemampuan dalam memberantas korupsi yang sudah menggurita. Selain itu parlemen juga mengritik sejumlah kandidat menteri, karena dinilai dekat dengan kelompok militan dan para panglima perang etnis. Tanpa terpengaruh krisis pemerintahan itu, Karzai menyatakan akan tetap hadir dalam konferensi Afghanistan yang akan digelar di London.

Kai Küstner/Agus Setiawan

Editor: Asril Ridwan