1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Partai Netanyahu Kehilangan Banyak Suara

23 Januari 2013

Aliansi pimpinan PM Benjamin Netanyahu hanya meraih 31 kursi dalam pemilu parlemen Israel, 11 kursi lebih sedikit dari sebelumnya. Tapi Likud-Beitenu tetap menjadi fraksi terkuat di parlemen.

https://p.dw.com/p/17QCN
Benjamin Netanyahu dalam pemilu parlemen 2013
Benjamin Netanyahu dalam pemilu parlemen 2013Foto: AP

Jajak pendapat menjelang pemilu sempat membawa harapan besar bagi kubu Netanyahu. Tapi hasil pemungutan suara ternyata lain. Tanpa diharapkan, aliansi partai Likud-Beitenu kehilangan banyak suara. Menurut perhitungan portal berita internet Ynet, Likud-Beitenu sekarang menguasai 31 kursi di parlemen. Padahal dalam pemilu sebelumnya, Likud dan Beitenu merebut 42 kursi. Partai pimpinan Netanyahu dan mantan Menteri Luar Negeri Avigdor Liebermann ini sekarang kehilangan 11 kursi. Kekalahan cukup besar. Walaupun demikian, Likud-Beitenu tetap merupakan fraksi terkuat di parlemen. Jadi Benjamin Netanyahu tetap akan menjadi Perdana Menteri, jika ia berhasil membentuk koalisi dengan partai-partai lain.

Kejutan dalam pemilu parlemen Israel kali ini adalah munculnya partai baru Yesh Atid sebagai kekuatan kedua. Menurut hasil perhitungan sementara, Yesh Atid yang baru saja dibentuk berhasil mengumpulkan 19 kursi, sementara Partai Buruh pimpinan Shelly Yachimovich berada di tempat ketiga dengan 15 kursi. Partai sekuler Yesh Atid didirikan oleh penyiar televisi terkenal Yair Lapid. Selama kampanye pemilu, Lapid terutama berkonsentrasi pada isu-isu dalam negeri dan kemandekan ekonomi. Jajak pendapat sebelumnya tidak memperhitungkan partai ini.

Partai ultra kanan Rumah Yahudi yang dipimpin oleh Naftali Bennett sebelumnya diperkirakan akan menang besar. Tapi partainya hanya mampu meraih 11 kursi, sama dengan partai relijius Shas. Partai Tengah yang dipimpin oleh mantan Menteri Luar Negeri Tzipi Livni hanya memenangkan 6 kursi.

Blok kanan dan kiri sama kuat

Menurut perhitungan sementara, blok kanan dan blok kiri di parlemen Israel Knesset sama-sama memiliki 60 kursi. Blok kanan terdiri dari partai-partai konservatif, ultrakonservatif dan partai relijius. Sedangkan blok kiri termasuk partai-partai sekuler, partai-partai buruh dan partai liberal. Sebagai fraksi terkuat, Netanyahu akan mendapat hak membentuk koalisi pemerintahan.

Dalam pidato setelah pemilihan umum, Benjamin Netanyahu menyatakan partainya telah merebut kemenangan. Ia akan berusaha membentuk koalisi yang luas. Hasil pemilu kali ini adalah "kesempatan baik untuk menerapkan berbagai perubahan yang diinginkan rakyat Israel”, kata Netanyahu. Ia menyebut ada lima agenda utama untuk pemerintahan baru. Yaitu mencegah Iran memiliki senjata nuklir, membangkitkan ekonomi, mengupayakan agenda perdamaian di Timur Tengah, menerapkan wajib militer dan menurunkan biaya hidup yang semakin tinggi. Menurut Netanyahu, ia sudah berbicara dengan pimpinan Yesh Atid, Yair Lapid. Setelah kemenangan besar, Lapid sekarang dianggap sebagai tokoh yang menentukan dalam pembentukan koalisi baru.

Bagaimana dengan proses perdamaian?

Pembentukan pemerintahan baru akan menentukan kebijakan Israel selanjutnya dalam proses perdamaian di Timur Tengah, yang saat ini sudah lama terhenti. Amerika Serikat dan Jerman sudah beberapa kali mengeritik politik pemukiman yang dijalankan Netanyahu. Jerman menuntut agar pembangunan pemukiman baru di daerah Palestina dihentikan. Pihak Palestina berulangkali menyatakan, penghentian pembangunan pemukiman Yahudi adalah prasyarat untuk melanjutkan perundingan dengan Israel.

Media di Palestina segera bereaksi terhadap hasill pemilihan parlemen di Israel. Mereka meragukan kelanjutan proses perdamaian, karena Netanyahu tetap akan memimpin pemerintahan, sekalipun ia terpaksa harus berunding dengan partai-partai yang lebih moderat. Harian Al Quds yang terbit di Ramallah menulis, keterlibatan partai moderat hanya merupakan "dekorasi kosmetik”. Pemerintah yang dipimpin Netanyahu tidak akan menghentikan pembangunan pemukiman ilegal di kawasan yang diduduki. Saeb Erakat yang sering memimpin delegasi Palestina dalam perundingan dengan Israel mengatakan, Palestina tidak berunding dengan satu persatu partai di Israel. Ia menambahkan, proses perdamaian menuntut pembentukan negara Palestina yang hidup berdampingan dengan negara Israel dalam perbatasan dari tahun 1967. Harian-harian Palestina menyebut hasil pemilu di Israel sebagai langkah mundur bagi Netanyahu.

HP/VLZ (rtr, dpa, afp)