1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Äthiopien nach dem Tod von Meles Zenawi

22 Agustus 2012

Kematian Meles Zenawi meninggalkan Ethiopia dalam konflik perebutan kekuasaan antara fraksi politik. Sebagian pemimpin negeri jiran bahkan mengkhawatirkan stabilitas negara tersebut.

https://p.dw.com/p/15uGT
epa03307749 (FILE) A file photo dated 17 September 2011 shows Ephiopian Prime Minister Meles Zeinawi speaking during a join press conference with his Egyptian counterpart Essam Sharaf (not pictured), in Cairo, Egypt. Reports on 16 July 2012 state that Meles Zenawi was unable to attend the opening on 15 July of the African Union Summit being held in Ethiopia because of rumoured health concerns. The Ethiopian government declined to make a statement on the issue. EPA/KHALED ELFIQI /POOL *** Local Caption *** 50045673
Bekas Perdana Menteri Ethiopia, Meles ZenawiFoto: picture-alliance/dpa

Di menit-menit terakhir Jurubicara pemerintah Bereket Simon masih berupaya meyakinkan diplomat asing dan wartawan yang hadir, bahwa sang perdana menteri akan kembali bekerja tepat pada perayaan tahun baru Ethiopia, 11 September mendatang. Saat itu isu soal memburuknya kondisi kesehatan Meles Zenawi sudah beredar luas di Addis Abeba.

Perdana menteri yang dikenal aktif itu menghilang dari publik sejak Juli ketika ia absen dari pertemuan puncak kepala negara dan pemerintahan Afrika di Addis Abeba Juli lalu. Sejak saat itu Meles yang kini berusia 57 tahun diisukan sakit keras dan sekarat.

Baru menjelang siang hari Bereket kembali tampil di hadapan pers untuk memastikan kematian sang perdana menteri. Isu keracunan makanan yang sontak dihembuskan media-media Ethiopia segera ditampik oleh pemerintah.

Pengganti belum jelas

Stasiun televisi milik pemerintah Somalia, ETV, sendiri baru menyiarkan kabar kematian Meles Zenawi hari Selasa (21/8). Sebuah harian lokal yang sebelumnya sempat berspekulasi soal kondisi kesehatan sang perdana menteri dibredel oleh pemerintah.

Sesuai konstitusi Menteri Luar Negeri Hailemariam Desalgene akan mengemban tugas yang ditinggalkan Meles Zenawi. Jurubicara pemerintah Bereket hari Rabu (22/8) memastikan, ia akan tetap menjabat tugas tersebut hingga pemilu presiden tahun 2015.  Desalgene merupakan bekas penasehat pribadi perdana menteri dan dikenal sebagai seorang teknokrat yang loyal. Sejatinya kandidat yang ideal untuk fraksi-fraksi politik di Ethiopia.

Namun sebagai anggota etnis Wolayta, ia praktis kehilangan dukungan dari suku Tigreer yang merupakan basis kekuasaan Meles. Sebab itu pula pencalonannya sebagai perdana menteri ditolak oleh kader Front Pembebasan Tigreer (TPLF) dan petinggi militer. 

People mourn while lifting a portrait of Ethiopia's Prime Minister Meles Zenawi in Ethiopia's capital Addis Ababa August 22, 2012. Thousands of Ethiopians descended on the centre of the capital Addis Ababa on Tuesday to mourn Zenawi, their firm-handed ruler of more than two decades, whose body was flown home after his death in a Brussels hospital at 57. REUTERS/Tiksa Negeri (ETHIOPIA - Tags: POLITICS OBITUARY)
Upacara kematian untuk mendiang Meles Zenawi, di Addis Abeba Rabu (22/8)Foto: Reuters

Konflik kekuasaan di Addis Abeba

Juga patut dipertanyakan apakah gereja Ortodoks Ethiopia yang sangat berpengaruh akan menerima seorang pemeluk protestan di pucuk pemerintahan. Fraksi lain yang diyakini akan memainkan peranan penting adalah etnis Oromo, yang mewakili jumlah populasi terbesar, tapi cuma diwakili oleh segelintir orang di parlemen dan pemerintahan.

Saat ini suku Oromo cuma berhak mengklaim posisi kepala negara - jabatan yang bersifat simbolis dan tanpa kewenangan apapun untuk ikut mengarahkan kebijakan politik. Hal terakhir adalah konflik antara kelompok muslim Ethiopia dengan pemerintah yang diperkirakan akan juga membayangi proses pemilihan perdana menteri yang baru.

Kandidat terkuat saat ini adalah Menteri Kesehatan Tewodros Adhanom dan diplomat senior, Berhane Gebre Kristos. Keduanya merupakan orang kepercayaan Zenawi dan memiliki basis dukungan yang luas di partai TPLF.

Dampak regional

Kematian Meles akan mengubah dinamika politik di tanduk Afrika. Selain Sudan, Ethiopia memainkan peranan penting dalam perang melawan kelompok teroris Al-Syabbab di Somalia. Juga tugas memimpin negosiasi kontroversial antara negara-negara di tepi sungai Nil soal garis demarkasi yang selama ini dilakukan oleh Meles akan terpaksa dialihkan ke orang lain.

"Tapi pertanyaan terpenting adalah, apakah kematian Meles akan mengubah hubungan dengan Eritrea," kata Sally Healy, pakar Ethiopia di Rift Valley Institute di London. Permusuhan abadi antara bekas pejuang griliya Meles dan Presiden Eritrea, Aferweki sejak lama dikenal sebagai sumber konflik di tanduk Afrika. Hubungan antara kedua pemimpin itu memburuk sejak perang perbatasan yang berkecamuk antara tahun 1998 hingga 2000.

Kekhawatiran soal masa depan Ethiopia diutarakan oleh Perdana Menteri Kenya, Raila Odinga, "kami mengkhawatirkan stabilitas di Ethiopia. Saya tidak tahu apakah negara ini sudah siap menerima penerusnya atau tidak."

Betapapun kritik tajam yang dilayangkan terkait pelanggaran HAM di era pemerintahan Meles, kematiannya telah meninggalkan ruang kosong di Afrika. Benua hitam itu telah kehilangan seorang ahli strategi dan figur dominan yang sukses mewakili benuanya di Konfrensi Iklim atau pertemuan puncak G20. Apakah Presiden Afrika Selatan Jacob Zuma yang digadang-gadang akan menggantikan peranan Meles untuk Afrika dapat mengisi kekosongan tersebut, masih harus ditunggu.
 

Rizki Nugraha/Ludger Shadomsky (afp/rtr)