1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Paus Dituduh Abaikan Kasus Pelecehan Seksual

25 Maret 2010

Menurut laporan harian New York Times, Sri Paus Benediktus XVI dianggap lalai menangani kasus pelecehan seksual di lingkungan keuskupan Milwaukee, Amerika Serikat.

https://p.dw.com/p/MceI
Paus Benediktus XVI
Paus Benediktus XVIFoto: picture alliance/dpa

Ini mengenai sebuah kasus yang terjadi di masa lampau.

"Ini merupakan salah satu kasus pelecehan seksual pedofilia terparah dalam sejarah gereja Amerika," ujar Peter Isley dari SNAP, sebuah lembaga perlindungan korban pelecehan seksual di Amerika Serikat.

Mendiang Pastor Lawrence Murphy dituduh melakukan pelecehan seksual terhadap hingga 200 anak laki-laki. Kejahatan itu dilakukan antara tahun 1950 hingga 1974, ketika Murphy mengajar di sekolah khusus anak-anak tuna rungu di negara bagian Wisconsin. Setelah adanya tuduhan itu, Pastor Murphy dipindahkan ke keuskupan lain, namun tetap diperbolehkan bekerja menangani anak-anak.

Akhir bulan Mei lalu, perhimpunan perlindungan korban sudah mengumpulkan banyak arsip mengenai kasus tersebut dan para korban juga sudah mengungkapkan tragedy yang dialaminya. Salah seorang di antaranya adalah Arthur Burdzinski, yang diwakili oleh putrinya.

“Enam kali di tempat yang berbeda,” kata Burdzinki.

Sebanyak itulah Burdzinski dilecehkan secara seksual oleh Pastor Lawrence Murphy.

Harian New York Times, hari Rabu lalu (23/03), melaporkan bahwa pada saat itu Sri Paus Benediktus XVI yang masih menjadi Ketua Dewan Kepausan untuk Doktrin Iman sebenarnya bertugas menangani kasus Murphy. Ini dibuktikan dengan arsip internal dari Vatikan.

Berdasarkan riset harian New York Times, ditemukan bahwa pada tahun 1996 Uskup Agung Milwaukee mengirim dua surat, terkait kasus Murphy, pada Kardinal Joseph Ratzinger. Wakil Ratzinger, Bertone membalas surat itu delapan bulan kemudian.

Dalam suratnya, Bertone menyarankan untuk melakukan tindakan internal gereja, yaitu mencabut status kependetaan Murphy. Kemudian Bertone menghentikan proses ini, setelah Pastor Murphy yang saat itu sakit keras, menulis surat pribadi kepada Kardinal Ratzinger.

Kemungkinan salah satu kalimat yang tertulis dalam surat itu adalah, “Saya meminta agar sisa waktu yang saya miliki, dihabiskan dengan mengemban tugas kerahiban. Saya memohon pertolongan tulus dari Bapa.”

Berdasarkan arsip-arsip di Vatikan, tidak ada petunjuk apakah Kardinal Ratzinger membalas surat ini. Harian New York Times memberitakan bahwa kasus Murphy hanya merupakan satu dari ribuan kasus pelecehan seksual yang diinformasikan kepada Dewan Kepausan di Roma.

Ini menjadi tuduhan berat bagi Sri Paus Benediktus XVI. Pada tahun 2008, Sri Paus untuk pertama kalinya membuat pernyataan mengenai kasus pelecehan seksual di lingkungan gereja Katolik di Amerika Serikat.

"Tidak ada kata-kata yang dapat saya ungkapkan untuk menggambarkan kepedihan dan kesakitan yang ditimbulkan akibat perbuatan terkutuk itu, " kata Sri Paus Benediktus XVI waktu itu. Banyak pujian terlontar untuk Sri Paus yang telah mengungkap topik tersebut.

Harian New York Times sebelumnya menunjukkan arsip-arsip yang mendukung laporan, kepada Vatikan, dan meminta pendapat sebelum mereka menerbitkan laporan tersebut.

Juru bicara Vatikan Lombardi menepis tudingan bahwa Vatikan dan Kardinal Ratzinger berusaha menutup-nutupi kasus Murphy. Kasus ini merupakan kasus tragis, demikian dikatakan Lombardi. Ditambahkannya, baru setelah berpuluh-puluh tahun Vatikan diberitahu perihal kasus itu. Pada saat ini polisi sudah lama selesai menyelidiki kasus tersebut dan sudah menghentikan penyelidikannya.

Mengenai mengapa status kependetaan Murphy tidak dicabut, Lombardi menanggapi bahwa dalam hukum gereja tidak mengenal hukuman langsung. Kesehatan Murphy yang memburuk, menurut Lombardi, mempengaruhi keputusan. Pada kenyataannya, tuduhan terhadap Murphy itu diajukan sudah sangat lampau.

Sabine Müller/Luky Setyarini
Editor: Rizki Nugraha